Hai, manteman wattpadku! Gimana kabar kalian?
Rasanya udah lama bgt aku nggak publish cerita lagi di wattpad, hehe.
Dan detik ini, bismillah ada kisah baru yang mau aku publish dengan judul "Tentang Rasa dan Asa".Sebenernya cerita ini udah lama ada di draf, cuma emg pengen aku publish di wattpad biar bisa di baca sm kaliann, hehe
Semoga kalian enjoy ya baca kisah satu ini. Ah iya, jangan lupa ya vote&comment biar aku makin semangatt, hihi.
Warm regards,
pitagitaa
*Tentang Rasa dan Asa*
Aira terus melangkahkan kakinya tanpa arah. Detik kemudian dia mempercepat langkahnya seperti berlari. Tak peduli dengan keadaan awan di langit yang makin menggelap. Yang terpenting baginya bisa segera menjauh dari tempat tersebut. Tiba-tiba dia jatuh terjerembap di jalanan aspal yang tidak rata ketika hujan turun dengan derasnya. Dilihat keadaan dengkulnya yang terluka. Namun, rasa sakit luka fisik itu tidak sebanding dengan perih luka batinnya.
Aira bisa saja punya pilihan. Memilih bangkit berdiri atau menyerah larut dalam kesedihan. Sepanjang jalan yang ia lewati, orang-orang disekitarnya tidak menyadari bahwa dirinya menangis. Air matanya keluar tanpa bisa dia cegah. Biar saja hujan yang menutupi kesedihannya. Biar saja langit mendung ini mewakili perasaan hatinya.
Sekujur tubuhnya basah. Dirinya sangat kedinginan. Degup jantungnya masih berdetak keras. Deru napasnya kian kencang. Pikirannya seolah blank. Rasa yang sama itu terulang kembali tiap dia melihat sosok laki-laki tinggi berkacamata yang terbiasa dengan sebuah headphone yang menggantung bebas di lehernya. Karena sangat mirip itulah yang membuatnya selalu berpikir bahwa tadi adalah laki-laki yang sama dengan yang dia kenal.
Salah satu kafe menjadi tempat pilihannya untuk berteduh. Ditemani oleh alunan musik yang terus mengalun pelan dalam remang-remang cahaya kafe ini, dia masih terdiam duduk untuk sekadar mengontrol kembali emosinya. Berusaha meyakini dirinya bahwa ini kesekian kalinya dia salah mengira seseorang. Kejadian tadi kembali menghancurkan dinding pertahanan hati yang telah dia bangun. Kalau saja dia tidak punya lagi rasa peduli, maka tidak mungkin kejadian konyol tadi akan terjadi.
"Aira, are you okay?"
Hingga datang seseorang yang tak pernah Aira duga sebelumnya. Meskipun terlambat di saat semuanya sudah terasa menyakitkan, dia masih membawa segala asa yang dulu pernah sirna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa dan Asa
Teen FictionSeperti ribuah rasa yang sudah tak berarti lagi. Dan ada kalanya langkah yang harus terhenti saat asa yang digenggam selama ini telah sirna kembali.