Prolog

0 1 0
                                    


•••••

Di sebuah kamar yang cukup luas dan di dominasi oleh warna hitam, seorang laki-laki bernama Adhien Daniel tengah sibuk dengan komputernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah kamar yang cukup luas dan di dominasi oleh warna hitam, seorang laki-laki bernama Adhien Daniel tengah sibuk dengan komputernya. Bermain game setelah belajar masuk ke dalam list kegiatan hariannya, bahkan ketika libur sekolah dirinya bisa bermain hingga pajar tiba.

Ponsel yang terus berbunyi membuat Dhien tidak lagi fokus bermain game. "Lara. Udah jam segini belum juga tidur?" Gerutunya.

Chat

Lara:
Dien bisa ketemu sebentar ga?
23.07

Sebentar aja ko
23.08

Dien ihh
23.09

Ini kudanil bener² ya padahal lagi online
23.10

Adhien:
apa si ra?
gue lg sbk
lagian udh mlm jg
23.10

Lara:
Sebentar doang ihh, gue takut lo nyesel kalau ga nurutin mau gue😃
23.10

Adhien:
gue lg main game
23.11

Lara:
Lo dari dulu ga pernah berubah ya, selalu menomorduakan gue
23.11

lo dimana skrg?
23.12

"Dasar gak jelas," ucap Adhien menggelengkan kepalanya.

Tak lama ponselnya kembali berdering.

"Apalagi sih, Ra? mata gue baru aja merem."

"Maksud lo? Jadi Lara gak lagi sama lo?" Ucap seseorang yang terdengar sangat panik.

"Maaf Kak, gue kira lo Lara."

"Dhien, lo gak tau lara dimana? Gue khawatir banget, udah tengah malem gini Lara belum juga pulang. Gue udah tanyain temen dia satu-satu tapi gak ada yang tau, bantuin gue cari dia"

"Lo tenang aja Kak, gue pastiin Lara pulang dengan selamat."

Tanpa berpikir panjang Adhien langsung mematikan ponselnya lalu mengambil kunci mobil diatas nakas.

-
-
-
-
-


"Lara lo dimana sih?"

Adhien terus-menerus memainkan ponselnya, mencoba untuk menghubungi Lara, padahal posisinya saat ini sedang mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata. Walaupun kondisi jalan terlihat sepi, tapi hujan deras yang menyebabkan jalanan licin bisa saja membahayakan keselamatannya.

Tapi menurut Dhien, keselamatan Lara paling penting, bahkan jika nyawanya menjadi taruhan Adhien rela.

"Gue mohon, angkat telepon gue, Ra." Wajahnya semakin panik ketika mendapatkan pesan dari nomor yang tidak ia kenal.

"Sialan!" Umpat Adhien setelah membaca isi pesan tersebut.

Ia membanting setir lalu menambah kecepatan mobilnya.

Setelah sampai tempat yang dituju, Adhien memarkirkan mobil mewahnya. Dihadapannya kini berdiri sebuah bangunan tua yang ditumbuhi semak belukar. Selain itu, atap yang sudah rusak membuat air hujan masuk kedalam bangunan tersebut.

Kondisi bangunan yang menyeramkan tidak membuat Adhien takut, ketakutannya saat ini adalah keselamatan Lara.

"Ra, lo dimana?" Teriaknya.

"Jawab gue, Ra!"

Langkah Adhien terhenti ketika mendengar langkah kaki seseorang, dirinya tidak bisa menebak dengan pasti karena tidak ada penerangan dibangunan itu selain senter dari ponselnya.

"Ra, itu lo kan?" Tanya Dhien untuk memastikan.

"Kalau gue gak bisa milikin lo, berarti semua wanita di dunia ini juga gak berhak milikin lo, Adhien!"

Mata Adhien membulat, suara itu terdengar tidak asing ditelinganya.

"Lo."

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Gimana? Lanjut gak nih?

Biar aku makin semangat ngetiknya, Don't forget to like, share, follow me and comment karena kritik dan saran dari kalian itu berguna banget buat aku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang