Lanjutan acara festival dimulai di pagi yang cerah ini. Ubin di depan ruangan klub Silat dilangkahi santai dan tidak ada yang menyadari seorang siswi bernama Eleona berada di bawahnya. Lantai menjadi saksi teriakan Eleona yang semakin kuat kala ingatan rapuhnya diumbar kembali. Entah sedalam apa tanah yang Aria buat, itu tampak menyerap suara Eleona.
Sorakan orang-orang di pelataran akademi membuat senyum grogi Asep muncul. Dia memakai jas putih rapih dengan motif batik membuat Asep menjadi bahan pertanyaan beberapa orang Migart.
Aria melihat Asep yang bingung mengekspresikan dirinya, tangannya bergerak kaku. Aria membaca mantera penenang tanpa sepengetahuan suaminya hingga Asep tetiba merasa lega.
Walau pagi, warga Migart ternyata lebih antusias di hari kedua. Pakaian mereka berhias rapi, ada para wanita memakai rok berenda. Netra Asep melihat sekitarnya, wajah-wajah itu seperti membuat ingatannya berputar saat bangsa Eropa berdatangan dengan pakaian elegan.
Anak-anak klub Silat memberi kode dari ruangan mereka, membuat Aria dan Asep saling pandang. Aria menyentuh bulatan energi di hadapannya, bulatan itu bekerja seperti mikrofon jika di dunia Asep.
"Selamat pagi warga Migart tampaknya acara yang kita tunggu akan dimulai," ujar Aria sembari memberikan senyum ramah.
Para warga tersenyum di bangkunya. Siswa yang mengadakan tenda di luar sepertinya agak penasaran. Acara ini sayangnya tidak seluruhnya diisi oleh anak-anak klub Silat. Di acara pembukaan, agar menghormati duka warga Migart, mereka berdoa agar Jhonson tenang di alamnya. Tapi beberapa orang yang mengetahui siapa Jhonson tidak sudi mendoakannya sama sekali, seperti mendoakan selamatnya orang berjuta dosa dari hukuman cambuk.
Setelah acara itu selesai, ada perwakilan dari bangsawan Migart memperkenalkan pakaian daerah mereka, lalu ada beberapa kota terdekat ikut andil memeriahkan acara setelah Aria mengirim surat dadakan. Melalui sihirnya, surat itu bahkan mengundang walikota lain.
"Acara kita mulai."
---(Ä)---
Tenggorokannya terasa serak. Asep teriak-teriak heboh di sepanjang acara. Dan benar, acara meriah setelah banyak kejutan. Anak-anak klub Silat yang biasanya tanpa berhias wajah, saat sekalinya berhias wajah membuat beberapa orang di sana terpana. Bahkan Asep kaget laki-lakinya pun menjadi terlalu tampan. Setelah turun dari panggung, Rereander seketika mendapat beberapa surat untuk menjadi model perusahaan majalah kota.
Penutupan acara tentu saja diisi oleh Asep dengan bakatnya memainkan angklung. Alat itu digetarkan cepat bukan main, nadanya sangat tepat dan memberi tepukan kagum penonton. Aria kadang tertawa kecil disela acara karena tingkah Asep yang terlalu aktif.
Acara dari klub Silat sudah selesai, karena acara hanya berjalan tiga hari. Asep tidak terlalu banyak berharap acara ini menang dukungan, namun ketika di hari ketiga, ramai orang yang berkunjung melihat-lihat klub Silat latihan.
Ternyata Liliana juga Reander mendapat penggemar, hal itu menyemangati mereka mempraktikan beberapa gerakan sulit dan berhasil sempurna. Anak-anak yang tidak mau kalah juga ikut melakukannya, walau ada yang kewalahan karena tubuh mereka belum terbiasa.
Omong-omong, tentang alat dan bahan berhias wajah belum ditemukan di sini. Ketika ada yang menanyakan siapa yang membuat wajah anak klub Silat tampak berkilau, anak-anak tidak bisa menjawabnya karena Aria sendiri berusaha menyembunyikannya. Dia memakai bakat barunya dengan cepat setelah melihat ingatan Asep saat teman perempuannya menghias wajah para model di belakang layar.
Lalu, alasan lain adalah Aria pemalu. Dirinya takut jika bakat barunya menjadi bahan olokan karena baru belajar.
"Hei, Aria, kamu teh kenapa mojok gitu? Padahal hiasan kamu teh bagus."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Inner Eye And The Other World Volume 1[END]
FantasiSendiri di dunia lain. Memiliki kastil besar juga megah seperti tiada artinya baginya. Terbangun dalam keadaan setelah bunuh diri, Asep tersadar dengan tubuh lain. Kesialannya bertambah ketika baru menyadari desa di sekitarnya tidak menerima keberad...