One

78 7 0
                                    

Kedua manik coklat itu masih menatap lekat kearah kertas yang berisi deretan tulisan, yang bahkan hanya memiliki jarak spasi yang minim, sehingga membuat mata mudah sakit dan pusing saat membacanya terlalu lama.

"Mau kau baca berulang kalipun tidak akan ada yang berubah,"

'Tak'

Secangkir teh hangat tersedia kini di atas meja, meski berakhir terabaikan berulang kali. Kertas berisi banyak tulisan itu kini menjadi perhatiannya sejak 2 minggu terakhir, bahkan makanan yang selalu menjadi favoritnya kini perlahan tergeser.

"Saudaraku yang bodoh," sendok kecil dengan tangkai panjang terangkat mengarah pada sosok bersurai pirang yang masih fokus dengan  selembar kertas yang sejak tadi di baca, "mau sampai kapan kau memelototinya?"

'Sret'

Kedua manik coklat itu kini menatap tajam, keningnya berkerut menatap kesal, "aku yang harusnya bertanya, mau sampai kapan kau mengikutiku selama 2 minggu?! Kau tidak punya kerjaan? Latihan? Apa pelatih sangat sayang padamu sampai kau tidak perlu latihan?"

Pria yang dimaksud itu kini terdiam, dengan segelas besar puding kesukaan yang tersisa setengah, meski kedua maniknya menatap lurus kearah pria yang memiliki wajah tidak jauh berbeda dengannya.

Tentu hal ini menjadi hal asing untuk seorang yang langsung membalas tanpa berpikir lebih dulu, meski masih dengan memasang wajah datar andalannya.

"A-ada apa?" tubuhnya mundur tanpa sadar, dengan kening yang mengkerut menatap waspada.

Pria dengan surai abu itu kini menggeleng, lalu kembali memakan pudingnya tanpa merasa terganggu, "aneh mendengar kritikan darimu,"

"Ha?! Ck! Dasar! Sebenarnya apa yang selama ini kau lakukan sih!" meski berulang kali ia menggerutu, nyatanya ia tidak bisa mengusir pria bersurai abu itu dari hadapannya.

"Hei Atsumu .. kau yakin masih ingin meneruskan penyelidikannya?" pertanyaan yang pernah di tanya kini kembali di ulang, bahkan Atsumu tidak bisa lagi menghitung sudah berapa banyak pria itu bertanya hal yang sama.

Atsumu Miya- salah satu anggota kepolisian yang baru saja berkerja 3 bulan lalu, mendapatkan tugas untuk kembali membuka kasus yang pernah ditutup sebelumnya. Atas permintaan kakak dari korban, kasus kembali dibuka.

Meski kepolisian tidak mengambil serius dalam penyelidikan ulang, bisa dilihat dari anggota yang berisi anggota baru termasuk dirinya. Atsmu tidak tau akan berakhir seperti apa tugas pertamanya nanti.

"Aku tidak punya pilihan lain... kakak korban bilang pembunuhnya masih di luar sana, padahal polisi sudah menetapkan pembunuh dari adiknya. Menyebalkan sekali, jika seperti ini aku seperti bermain dalam drama,"

Pra bersurai itu mengangguk seakna mengerti, mengunyah puding miliknya hingga tandas dan meletakkan sendok panjang itu di gelas yang sudah kosong, "ya .. kau tidak cocok sekali. kau lebih cocok jadi preman,"

Atsumu yang mendengar pernyataan pria itu kembali menatap kesal,

'Brak'

Tangannya memukul meja marah, "aku tidak meminta persetujuanmu! Aku sedang bercerita!" Atsumu menghela napas lelah, berharap masih memiliki tenaga untuk kembali ke kantor, "sudahlah .. kau tidak akan mengerti!"

'Sret'

Bangku cafe kini tergeser, Atsumu memilih pergi setelah meletakkan beberapa ribu yen diatas meja, "anggap saja aku membayar karna kau mau mendengar cerita menyedihkanku," Atsumu kembali memasukkan dompet ke dalam saku celana.

Atsumu meraih lembaran kertas yang berserakan diatas meja, merapihkannya sedikit, lalu memasukkanya ke dalam amplop coklat. Pria bersurai pirang itu beranjak pergi untuk kembali ke kantor.

Tabun (Atsumu x Kageyama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang