Lima Puluh Delapan

36 6 1
                                    

Jangan lupa klik vote sebelum membaca. Sebagai bentuk menghargai karyaku. Terima kasih :)

———

Seluruh anggota Betelgeuse berada di rumah Hafi. Mereka merayakan kebebasan Arhan dengan makan nasi padang bersama. Makan kesukaan mereka. Nasi padang pagar uyung di depan sekolah lebih tepatnya. Membeli nasi padang dekat sekolah kemudian dibungkus dan makan bersama di rumah Hafi.

"Kenapa beli sampe lima belas dah? Kan kita cuma berlima?!" tanya Ryan.

"Apa kita mau mukbang makan nasi padang? Terus upload di youtube?" Roky menimpali pertanyaan Ryan.

Denar, Hafi dan Arhan lantas menatap Ryan dengan pertanyaan konyol sekaligus polosnya. Hanya Ryan dan Roky saja yang tidak tahu mengapa Denar membeli nasi padang sebanyak itu.

"Eh jawab dong. Jangan malah ngeliatin gua! Gua tau gua ganteng, jadi gak usah segitunya liatin gua."

Denar menepuk pundak Roky dan Ryan. "Nanti kalian juga tau!" Ryan menaikkan sebelah alis. Dan Roky pun mendengus.

"ASSALAMUALAIKUM BETELGEUSE... BETELGEUSE..." ucap The Alpana dengan nada Upin Ipin yang memanggil Tok Dalang.

"Itu mereka datang!"

Denar, Arhan dan Hafi bergegas bangkit dari duduk. Melangkah tergesa menuju gerbang rumah untuk segera membukakan pagar. Ryan dan Roky tidak mau ketinggalan terburu-buru hingga hampir terjatuh mengejar ketiga temannya yang telah jalan terlebih dahulu.

"Ngapain kita ke sini? Kita gak lagi dijebakkan?" tanya Rizky.

"Atau kita diajakin perang lagi?!"

"Kita gak lagi ngajakin War!"

"Cuma ngajakin kalian makan nasi padang bareng!" bela Denar.

"Masa sih? Jangan-jangan dibalik nasi padang ada sianida yang siap menjemput kita!"

"Suudzon aja lo!" tukas Arhan tidak terima.

Mahera pun menjitak kepala Rizky.
"Tau nih suudzon aja!" Mahera terkekeh mendengar perkataan Rizky.

"Udah deh dari pada debat di sini. Mending masuk dah. Keburu nasi padang berserta lauknya di makan sama si gemoy-nya Hafi bahaya!" kelakar Arhan.

Mereka pun masuk ke dalam rumah Hafi setelah memarkirkan motor. Di dalam rumah Hafi tepatnya di atas meja ruang tamu sudah tersedia nasi bungkus padang. Beserta es teh.

"Wih gile banyak makanan nih!" kata Neil yang baru saja masuk ke dalam rumah Hafi, lalu melihat banyak makan di atas meja.

Neil kemudian berjalan terlebih dahulu ia sudah mengambil sebuah nasi bungkus, es teh dan beberapa camilan yang tersedia. Neil si manusia yang gemar makan tetapi tubuhnya tetap kurus.

"Heh celamitan lo?!" kelakar Mahera yang merasa malu dengan kelakuan temanya itu. Bukannya menghentikan mengambil makanan Neil malah menyambung perkataan Mahera.

"Culametan met-met ... Culametan met-met .... Culametan. Kalau ada makanan di meja. Mangga legleg ku sia ... Teroret, teroret, teroret..."

Sambara yang merasa jengkel dengan sikap Neil lantas mengambil kresek yang berada di meja. Dengan gerakkan cepat ia menaruh kresek tersebut ke kepala Neil dan membungkus serta mengikatnya sedikit.

"Woi bangsat!" sentak Neil tidak terima.

Orang-orang yang berada di sana pun tidak bisa menahan tawa. Bukannya membantu Neil melepaskan kresek dari kepala Sambara malah asik mengamati Neil yang kesusahan melepas kresek di kepala sambil minum es teh.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang