Chapter 27

22.8K 2.4K 63
                                    

"All right, guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"All right, guys. Today's lesson is over. You can all rest. Good day," ucap guru perempuan itu yang bernama Ms. Darla. Guru bahasa inggris yang mengajar hari ini.

Selepas kepergian Ms. Darla, semua siswa maupun siswi berhamburan keluar kelas dan aku yakin sebagian besar dari mereka pasti pergi ke kantin-surganya anak sekolah untuk mengisi kekosongan perut mereka.

Sementara aku masih duduk dengan malasnya. Entah ke mana semangatku pergi? Yang jelas aku tengah badmood perihal wishlist Alleta.

Wish ketiga Alleta ingin dinner bersama Gara. Kedengarannya tidak sulit hanya mengajak Gara makan malam, tapi masalahnya aku gengsi jika mengajak duluan!

Nge-chat duluan aja gengsiku setinggi langit dan berakhir tidak jadi. Apalagi ini, harus mengajak Gara dinner. Come on, pasti ada yang mengerti perasaanku 'kan?

"Woii! Ngelamun aja kayak orang dongo." Tepukan pada bahuku sukses membuatku berjengit kaget.

"Nggak usah ngagetin, anying!" umpatku sembari melirik Auri malas.

"Lagian lo ngelamun aja, kenapa sih? Kayaknya berat banget masalah lo."

"Mikirin hutang negara ya, Let? Santuy aja kali, ntar kalau negara dijual sama Presiden kita tinggal pindah aja ke Pluto," oceh April. Sepertinya ia sudah terkena virus tidak waras dari Auri.

"Ngomong apa sih, Pril?" sanggah Kaila. "Lo juga, Let. Kenapa ngelamun? Ada masalah? Cerita aja ke kita."

"Nggak ada. Tadi gue ngantuk, kalau nggak dikagetin Auri pasti gue udah tidur."

Auri berdecak. "Dari dulu kebiasaan lo nggak pernah berubah. Suka banget tidur di kelas, heran."

"Masa' sih? Setahu gue Leta nggak pernah tidur di kelas," cetus April.

"Oh itu, maksud Auri kebiasaan Leta waktu SD. Iya waktu SD." Kaila cepat-cepat mengkoreksi perkataan Auri sambil melirikku yang sudah panik di tempat duduk.

April memicing melihat kami secara bergantian seakan-akan kami penjahat yang patut dicurigai. "Kalian nggak nyembunyiin sesuatu dari gue kan?"

Auri ketawa karir. "Ya enggak lah." Ia menepuk main-main lengan April.

"Um ... oke deh. Yuk ke kantin, cacing diperut gue udah disko minta dikasih jatah." April mengelus-elus perutnya seperti Ibu hamil.

Aku baru bisa menarik napas lega, aku tebak Auri dan Kaila pun sama leganya ketika April tak lagi curiga pada kami.

"Duluan aja, nanti gue nyusul. Gue mau ke toilet dulu," pamitku.

A or A [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang