BAGIAN 53 SERANGAN RUBAH RAKSASA

113 1 0
                                    

Suatu sore, Anggariti tengah menikmati hidangan makan malamnya berupa daging mentah. Angga, anak semata wayangnya pun ikut menikmati makan malam yang mengerikan itu. Ia terlihat lahap memakan usus yang masih berlumuran segar. Anggariti sangat senang melihat perkembangan anaknya yang semakin menunjukan insting liarnya.

Dua tahun sudah, Anggariti hidup dengan tubuh baru setelah dihancurkan oleh Hayati. Ia masih belum bisa mengendalikan rasa laparnya akan daging manusia. Namun secara perlahan, ia berusaha mengganti santapannya itu dengan daging hewan.

Misinya untuk mengambil kepala Asnawi masih belum terlaksana, padahal semakin hari, ia semakin dekat dengan Asnawi yang bekerja satu kantor. Bahkan kini, Anggariti berada di satu divisi kerja dengan Asnawi yang artinya setiap hari ia selalu bertemu dengannya.

Tak cuma Anggariti, sang kakak perempuan yakni Prameswari juga tak kunjung menyelesaikan misi dari Kanjeng Ratu. Ia adalah pimpinan perusahaan tempat Asnawi bekerja. Sebagai orang yang berkuasa, Prameswari bisa dengan mudah menculik Asnawi, lalu memenggal kepalanya. Akan tetapi hal itu tak dilakukannya.

Ketika sedang menikmati makanan usus berdarah, Angga merasa telinga rubah nya gatal. Ia menggaruk telinganya, namun Anggariti menghentikan aksinya.

"Kupingmu gatel Ga?" tanya Anggariti.

"Iya Mah...kayaknya banyak kutu di bulu kupingku" jawab Angga.

"Yaudah, Mamah jilatin yah"

"Jangan Mah!! Aku garuk aja"

"Jangan digaruk Ga! Nanti kupingmu bisa luka dan robek... Ayo sini!"

"Tapi kok kayak hewan sih, maen jilat jilatan"

"Kita ini emang hewan Ga, Mamah ini siluman rubah, kamu juga sama"

"Aku gak mau jadi hewan Mah... aku ini manusia!"

Akhirnya mereka berdebat. Anggariti dengan ego kebangsawanannya mendoktrin Angga supaya menunjukan eksistensinya sebagai siluman bangsawan yang kejam. Perdebatan pun semakin memanas, Anggariti pun perlahan mengeluarkan insting kebinatangannya dengan mengeluarkan geraman yang menyeramkan.

Ketika suasana memanas, datanglah Prameswari ke dalam ruang makan. Betapa terkejutnya ia ketika Anggariti dan Angga sama sama telah berubah wujud menjadi rubah. Merela saling menyerang sehingga keadaan ruang makan menjadi berantakan.

Prameswari terpaksa menghentikan pertarungan ibu dan anak itu dengan menyemprotkan lumpur pekat dari kedua telapak tangannya. Seketika Anggariti dan Angga tak bisa bergerak akibat terkena semburan lumpur.

Perlahan mereka berubah wujud kembali ke dalam bentuk manusia. Tubuh Anggariti tampak sangat kotor karena dipenuhi lumpur.

"KALIAN INI KENAPA SIH PADA BERANTEM!" bentak Prameswari sambil menjewer telinga Anggariti dan Angga.

"Aw... aw... aw... ampun Pram, jangan tarik kupingku" rengek Anggariti.

"Ampun Tante Pram... kupingku sakit" tambah Angga.

Prameswari melepaskan cengkeramannya. Ibu dan anak itu pun kemudian terkapar di atas lantai dengan diselimuti lumpur pekat. Prameswari menyemprotkan air dari telapak tangannya untuk membersihkan lumpur dari tubuh mereka.

"Kenapa sih kalian berantem? Kalian ini ibu dan anak !" tanya Prameswari kesal.

"Itu tuh si Angga gak mau aku jilatin kupingnya, padahal banyak kutu" jawab Anggariti.

"Aku gak mau Tante, masa nyari kutu dijilatin? Kan jijik... terus Mamah nih pengen aku berkelakuan kayak binatang... Aku kan manusia Tan, aku bukan hewan seperti Mamah" sanggah Angga.

Pacarku Hidup KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang