12 - Galau

545 123 50
                                    

"Willa rajin baca, kan, ya. Kok matanya aman-aman aja, sih? Dia emang nggak pake kacamata atau emang minus?" tanya Riani ke Feira, memulai pergosipan di kantin.

Wilson baru saja duduk di meja itu, tetapi sudah ada saja anggota OSIS yang membicarakan Willa. Apa salah Willa, sebenarnya? Semua di komentar. Mulai dari penampilan, kesukaan, hobi, dan sekarang kacamata.

Wilson menyeletuk, "Dia punya kacamata, tapi jarang dipake."

Meja kantin perkumpulan anggota OSIS yang ramai itu mendadak hening. Semuanya saling melempar pandangan, lalu menatap Wilson bersamaan.

Gardi berdeham panjang. "Lo tau aturan dalem kita, kan, Wilson?"

Wilson melempar pandangan ke arah lain, malas menatap kakak kelas yang suka memaksa ini. "Aturan dalem doang, bukan aturan resmi, kan?"

"Ya walaupun aturan dalem bukan resmi, ini gue yang perintahkan," tegas Gardi. "Lo harepan semua anggota Wilson, termasuk guru-guru. Jangan macem-macem."

"Masa gara-gara satu orang bermasalah jadi semuanya kena? Gue juga nggak bakal aneh-aneh." Wilson protes. "We're not doing anything."

"Yeah, but you'll be the leader!" Gardi menunjuk wajah Wilson. "Lo bakal jadi penerus gue, Wilson Madagarsa."

Joshua sampai ikut berdiri ketika sang ketua sudah mulai berdiri. "Kak, ini kantin."

"Ya tau ini kantin, emang tempat latihan bowling?!" Haikal cepat-cepat menarik Joshua untuk tidak ikut campur.

Wilson tersenyum miring, membalas tatapan tajam Gardi. "Yakin? Yakin satu sekolah milih gue? Inget, ketua OSIS itu bukan ketua teater. Beda sistemnya. Lagian juga, aturan yang lo buat yaitu anak OSIS nggak boleh pacaran sama anak OSIS, kan? Bukan 'nggak boleh' pacaran."

Feira samar-samar mengangguk. "Eh iya juga."

"Gue ubah," timpal Gardi. "Gue ubah, anak OSIS nggak boleh ada yang pacaran. Gue nggak mau kejadian Feri terulang. Tolong, jangan buat citra OSIS di sekolah ini makin buruk. Sudah dua kali kejadian. Kita dicap cabul, bucin, dan pikirannya cinta-cintaan doang, bukan koordinasi. Nggak bisa, kita harus ubah stereotip itu di sekolah kita."

Wilson mengatupkan mulutnya, duduk diam dengan membuang muka, tetapi tidak beranjak dari meja itu.

"Wilson?" Surya memanggil.

Wilson melirik sekilas, lalu membuang pandangan lagi. "Ya udah."

Untung tidak ada yang tahu bahwa Wilson sudah ditolak oleh Willa. Jelas bukan? Bahkan sistem dan aturan baru OSIS yang diucapkan Gardi tidak memihak ke mereka.

Lantas, apa yang perlu Wilson perjuangkan lagi?

Willa sudah menolak. Aturan OSIS mendadak diubah dan Gardi sangat menegaskannya. Baiklah, Wilson akan mencoba fokus pada OSIS saja.

Lupakan Willa.

= Because I'm Fake Nerd! =


Komen, voting, share, jangan lupa ya say. Kalo baca offline, langsung vote aja gapapa, masuk kok.
Thanks💝

Because I'm a Fake Nerd! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang