Wilson benar-benar berhasil membuat dirinya sibuk dengan organisasi. Sebagai kandidat calon ketua OSIS dia harus banyak belajar hal baru. Termasuk public speaking, menyiapkan pidato yang bisa menarik hati para siswa sekolah, membuat slogan yang erat dengan dirinya, dan memperluas jaringan pertamanan.
Wilson sibuk dengan segala kampanye ketua OSIS, sementara Willa sibuk dengan list buku-buku yang mau dia baca.
Tak ada waktu untuk memikirkan satu sama lain. Selesai. Willa kembali menemukan dirinya sendiri.
Ya, kembali menemukan dirinya sendiri.
Sampai suatu ketika, seluruh siswa diperintahkan untuk berkumpul dan duduk rapi di tengah lapangan, tepat pada hari Jumat. Tidak ada senam dan tidak ada amanat wakil kepala sekolah.
Tahu-tahu, siswa OSIS menyiapkan beberapa meja.Sudah mengantisipasi hal ini terjadi, Willa selalu membawa buku komik horor kecil, seukuran telapak tangan, dan seharga dua ribuan untuk membunuh rasa bosan di kala menunggu kegiatan hari ini. Dia pun membacanya di antara siswa yang sibuk duduk, diam, bersikap manis, saling berbagi cerita layaknya orang piknik di lapangan.
"Owalah, mau debat OSIS, toh. Kirain apa," kata Gebi yang sempat berlutut untuk melihat apa yang siswa OSIS sedang lakukan. "Pantesan Tania kagak kelihatan."
"Tania sibuk." Chelsea berpendapat sembari melirik ke komik kecil yang dibaca Willa dengan tenang. "Buset, lo bawa lima komik ginian di kantong celana?"
Willa menaik turunkan alis. "Untung aja."
Gebi ikut menoleh. "Siapa, sih, yang ngeracunin lo baca buku begini Will? Iri gue. Lo kalau baca cepet banget lagi."
Willa hanya berdeham.
Chelsea mengusap bahu Gebi agar bersabar. "Willa lagi masuk ke dunianya."
Gebi menghela napas, melirik ke kandidat calon ketua dan wakil ketua OSIS yang sudah memposisikan diri di meja yang sudah disiapkan, sama halnya dengan guru yang menjadi juri.
"Yang jadi wakil Wilson siapa?" Gebi berlutut lagi, menyipitkan mata.
"Lo tau Ferdinand? Anak kelas 10?" Chelsea bertanya balik.
Gebi mengangguk. "Oh, yang sering pulang bareng sama Wilson, ya." Gadis dengan rambut yang baru dipotong sebahu itu menepuk lutut Willa. "Will, suami lo nggak mau dikasih kata-kata motivasi, gitu?"
"Hah? Jimin kenapa?" Willa mendongak.
Sontak Gebi memukul lutut Willa, keras. "Ni anak, kok, seleranya beda lagi. Kemarin katanya Peter Parker, kemarinnya lagi lo bilang Nathan di Dear Nathan, minggu lalu si Gerinya Angga Yunanda, bulan lalu lo bilang si siapa itu? Newt sama siapa? Pokoknya tokoh fiksi. Ini lagi, kok bisa-bisa ke BTS! Jauh bener, nggak sempat gue tebak."
"Peter Parker dari komik Spiderman, Nathan dari Dear Nathan, Geri dari Kisah untuk Geri karya Erisca Febriani, Newt sama Thomas dari novel Maze Runner karya James Dashner," jelas Willa, "tapi suami halu gue yang baru itu Jimin. Gue marathon MV-nya BTS semalem."
"Kok bisa, sih, Wilson naksir lo ya Will?"
= Because I'm Fake Nerd! =
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm a Fake Nerd!
Teen FictionWillana Miranika, si gadis halu yang suka baca buku. Minimal, sehari dia bisa membaca tiga buku sampai selesai. Kerjaannya halu dan selalu bilang, "Seandainya begini, seandainya begitu." Wilson Mardagasa wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan dica...