romawi II; nere lagi

165 135 26
                                    

Pagi ini Mica lagi-lagi harus dibuat jantungan karena melihat Nere yang membaca di perpus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Mica lagi-lagi harus dibuat jantungan karena melihat Nere yang membaca di perpus. Dimeja yang kemarin ia tiduri.

Mica duduk dimeja yang tak jauh dari meja kemarin, tak mau lagi terlalu melirik ke Nere. Kalau sampai tertangkap basah, malunya akan sampai seumur hidup.

Tapi, mau seberapa keras Mica tak peduli, tetap saja matanya melirik ke Nere yang tampak sangat sibuk dengan bukunya. Yah, siapa juga yang bisa mengabaikan sosok Nere. Mungkin semua orang menganggap Mica tak peduli dengan keberadaan Nere.

Itu salah! Salah besar!

Mica malah sangat peduli, tapi lagi dan lagi Mica hanya mengaguminya dalam diam. Enggan menunjukkan, karena yang ada dirinya akan mulai dibandingkan oleh Nere.

Nere itu friendly dan mudah bergaul, sedangkan dirinya cenderung menutup diri dan dingin. Nere juga sangat sempurna dan tampan, sedangkan dia hanya biasa saja. Tak ada yang spesial dari diri Mica.

Mica pernah dengar jika ‘kita akan sempurna dimata orang yang tepat’ tapi dia tak percaya. Teman-teman sekelasnya dikampus banyak yang putus cinta karena pasangannya tak menerima kekurangan—dalam kata lain mau yang sempurna.

Contoh simplenya lagi, dirinya. Dia dibuang ke panti oleh orang tuanya. Berarti bagi orang tuanya dia tidak sempurna. Dimata orang tuanya saja dia kurang, apalagi dimata orang lain.

Mica mengerjap. Pikirannya melambung jauh entah kemana. Sampai matanya sekarang jatuh pada mata Nere yang juga melihatnya. Ini semua karena dia yang memikirkan Nere, hingga dia bengong memperhatikan cowok itu. Gila!

Buru-buru Mica mengalihkan pandang ke bukunya. Semakin lama dia bisa makin salah tingkah. ‘Mica kenapa lo bodoh banget sih?!’ batin cewek itu merutuk kesal.

Mica melirik meja Nere, cowok itu kembali sibuk ke bukunya. Dia bernafas lega. ‘Beruntung gue, dia nggak nyamperin.’

Mica mencoba tak menghiraukan Nere, dia berkutat kembali pada buku di depannya.

15 menit berlalu..

Mica sekarang malah menggambar wajah Nere di kertas selembar. Sial! Ini sebagai bentuk pelampiasannya karena tak bisa terus-terusan melihat Nere. Dia tak mau tertangkap basah lagi oleh cowok itu.

“Hai.”

Mica mendongak, saat mendengar sapaan itu. “Hmm?” cewek itu berjengit saat melihat Nere sudah berdiri di depan mejanya. Dengan cekatan Mica menutup gambarannya dengan buku. Jantung Mica rasanya akan berhenti..

“Lo ada perlu ke gue?”

Pertanyaan Nere bagai serangan kupu-kupu untuk Mica. Dia kembali seperti orang linglung.

“P-perlu? Maksudnya?”

Apa Mica terlihat seperti orang bodoh?

“Tadi lo ngeliatin gue terus, gue pikir lo ada perlu sama gue.”

NEREMICA [segera diterbitkan dimimpi sy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang