7. Ayah Jahat

17 4 22
                                    

Enjoy the reading!

🌷🌷🌷

Kreekk

Pagar besi berwarna hitam itu digeser oleh bocah enam tahun untuk memberikan akses baginya menuju luar rumah.

Nara berjalan dengan langkah kecil menuju rumah yang tak jauh di samping rumahnya, membawa setangkai bunga dari kertas origami. Bekal ilmu dari sekolah Taman Kanak-kanak ia terapkan di rumah. Ia membuat bunga dari origami yang diajarkan gurunya, untuk diberikan kepada temannya yang tidak sekolah hari itu.

Ketika sudah berada di depan pagar rumah Aidan, Nara kecil hanya berdiri mematung. Berharap Aidan akan segera menyadari kehadirannya dan pergi menghampirinya. Biasanya seperti itu.

Tetapi, setelah mondar mandir di sekitar rumah Aidan, menendang kerikil dan memetik bunga, yang ditunggu tak kunjung tiba. Bocah dengan rambut dikepang dua itu mengerucutkan bibirnya.

Ketika Nara ingin beranjak dari sana, seorang wanita dewasa nampak muncul dari dalam rumah membawa sekantong sampah.

"Bi Mariii!!!"

Yang dipanggil menyipitkan matanya. Dilihat ada seorang bocah di depan pagar rumah tuannya. Ia pun menghampiri bocah tersebut.

"Neng Nara, sejak kapan di sini?"

"Aku nunggu dari tadi tauu".

"Ya ampun, kasian". Bi Mari menyimpan kresek sampah itu di tempatnya. Sebelum akhirnya berjongkok di depan anak tetangganya itu. "Neng Nara nyari Nak Idan?"

Nara mengangguk.

Sayangnya, Nara melihat wajah Bi Mari nampak sedih.

"Kenapa? Idannya mana?"

"Nak Idan sakit, neng".

"Masa?"

Bi Mari mengangguk. "Nanti kalau udah sembuh kalian main lagi ya?"

"Aku mau jenguk".

"Gak usah, neng pulang aja. Nanti bibi sampein sama Idannya kalau neng Nara ke sini. Yuk bibi anterin pulang".

Hari itu, Nara kembali ke rumah dengan perasaan muram. Padahal ia ingin memberi Aidan hadiah bunga yang ia buat sendiri. Untungnya, setelah tiga hari Aidan kembali muncul di hadapannya.

"Idann!" Nara yang kelewat senang menghampiri Aidan dengan tergesa.

Namun, langkah cepat Nara memelan saat menemukan sesuatu di jidat kanan anak laki-laki itu. Bercak kebiruan, hampir menghitam.

"Itu kenapa?" tanya Nara.

Tak selang lama, Aidan malah menjauhi Nara untuk duduk di pinggir tembok.

"Dipukulin".

Nara tersentak. "Dipukulin siapa?"

"Ayah".

Gadis kecil itu menghampiri Aidan dan berjongkok di sampingnya untuk melihat luka lebam tadi.

"Ayah kamu jahat banget".

"Aku numpahin kopi ke laptopnya Ayah".

"Aku juga pernah, tapi aku gak dipukulin".

Aidan nampak terkejut. "Apa iya?"

Nara mengangguk. Kemudian netra kecil itu beralih pada lengan Aidan yang keunguan. "Ini juga?"

"Yang ini dicubit", jelas Aidan. Lalu ia menunjuk pahanya. "Yang ini dipukul". Terakhir, anak itu menunjuk keningnya yang tadi. "Kalo ini dilempar remot".

Beauty After AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang