“Lo pulang kemarin diantarin Zafran ya?” tanya Kanya yang baru saja memasuki ruangan Fania. Fania yang tengah membereskan segala sesuatu yang ada dimejanya langsung terkejut dengan perkataan dokter seniornya ini.“Iya, kenapa?” tanya Fania. Dokter cantik yang nampak segar karena baru saja membersihkan dirinya setelah mengoperasi pasien itu kemudian menyusul Kanya yang duduk di sofa.
“Gue udah nebak. Dia ikutin mobil lo dari pas lo antarin gue. Kayaknya dari kita di resto deh, lo hampir ke begal ya?”
“He'em, tahu darimana mbak?”
Kanya tertawa. “Reihan kasih tahu. Dia kemarin nolongin lo sama Zafran. Bisa gitu ya, dua super hero ganteng nolongin lo.”
“Oh itu. Dia kemarin pas aku sampai rumah chat sih, apa aku nggak pa-pa. ternyata dia ikut hajar preman itu sama mas Zafran. Kebetulan lewat situ katanya.”
“Kalau Reihan kebetulan. Kalau Zafran?" Kanya berhenti sejenak, "sengaja demi lo.” Fania terkekeh pelan. Ada-ada saja Kanya.
“Dia lagi deket sama kakak lo ya? gue nyangka.”
“Dokter Reihan?” Kanya mengangguk. “Iya, udah lama sih. Sekitar satu bulanan aku tinggal dirumah papa, sering lihat dia dirumah nyamperin kak Gab. Nggak tahu sih dekatnya darimana.”
“Nggak nyesel kan lo nolak Rehan? Nggak lah ya, kan diganti sama yang lebih tajir.” Goda Kanya.
“Paan sih Mbak.”
“Emang ya, lo sama Zafran itu jodoh.” Fania tidak menanggapi, ia malah kembali ke meja kerjanya untuk mengambil tas kerjanya, sneli, ponsel dan juga kunci mobilnya.
“Eh bule mau kemana lo?”
“Jam sebelas Mbak, aku harus jemput Ansel. Terus nanti kayaknya aku nggak bisa lunch sama mbak Kay deh, nggak pa-pa kan?”
Kanya mengangguk. “Nggak pa-pa asal lo lunch-nya sama Zafran. Gue titip duda tampan ya, dia sahabat gue yang paling royal.”
Fania hanya diam.
“diam aja lo.”
“Mau ngomong, entar di record terus dimasukkan grup yang isinya kalian berlima. Sejak kapan di grup itu topiknya Fania terus?” todong Fania.
Kanya tertawa. Ternyata isi grup berlimanya dengan Sagara, Zafran, Gibran serta Karla ketahuan oleh Fania. “Lo nyadap Whatsapp-nya Zafran?”
Fania menggeleng sebelum membuka pintu ruangannya. “Nope. Kamu sendiri loh mbak yang minta buat aku nyadap handphone kamu, katanya percobaan aplikasi buat nyadap handphone Mas Gibran," ujarnya lalu pergi dengan senang hati.
“Fania bangsat!” teriak Kanya. Bisa-bisanya dia lupa pernah minta tolong Fania terkait itu, dan berarti whatsappnya masih nempel di iphone Fania.
Fania memasuki mobilnya, lalu mengambil kacamata hitamnya yang ada di dashboard. Lalu meletakkan snelinya di kursi samping dan menyalakan mesin mobilnya. Namun saat ia hendak melajukan mobilnya, beberapa pesan sepertinya masuk ke ponselnya. membuat Fania berhenti sejenak untuk membaca lewat layar pop-upnya.
Tante Ivina
Kamu nggak lupa kan kalau tante minta jemput Ansel sayang?Mas Zafran
Kita lunch di resto saya gimana? Sekalian ajak Ansel, mama sudah saya kasih tahu.Mama Ash
Fan nggak lupa kan kamu buat jemput Ansel?Fania membalasnya satu persatu. Lalu menyimpan kembali ponselnya di dashboard karena ia harus cepat jemput Ansel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRANIA (Revisi)
Romance𝑺𝒚𝒓𝒊𝒏𝒈𝒆𝒔 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒓𝒊𝒂𝒍 𝒉𝒂𝒎𝒎𝒆𝒓𝒔 Zafran Ragaska Rajash, pengacara muda yang memiliki sejuta pesona. Tidak hanya menjadi seorang pengacara, sebagai CEO Rajash Law Firm membuat ia lebih diidolakan daripada ketiga saudara laki-lakinya...