hes·i·tate

3.5K 126 190
                                    

Langit semakin gelap. 

Tiupan angin yang membawa hawa dingin mengantar seorang gadis yang mengulang hari lahirnya yang ke dua puluh satu genap dua belas hari lalu melenggang melintasi parkiran mobil kampusnya. 

Hanya tersisa beberapa kendaraan saja di sana. Kegiatan di kampus itu memang sudah lama usai.

Setelah berpamitan dan berpisah dengan beberapa temannya barusan, ia kini menginjakkan sepasang kakinya di batu bata putih yang menjadi lantai lahan parkir tempat gadis itu menimba ilmu. Ia menekan tombol berlogo gembok terbuka pada kunci yang ia pegang, lalu bergegas masuk di kursi kemudi mobil putih miliknya.

Ia mendudukkan dirinya dengan perasaan lega, karena urusannya sesiangan di kampus ini sudah tuntas. Gadis itu segera menyalakan mesin mobilnya, membiarkan air conditioner mencuci isi udara di dalam mobil yang ia tinggal sejak  tadi. 

Dengan nyaman ia sandarkan punggungnya ke dudukan kursi kemudi. Gadis itu menghela nafas lega sembari mengusap wajah dan menyisir rambut dengan kedua tangannya. Ia lalu mengambil ponsel dari tas kecilnya.

Layar ponselnya yang baru saja menyala membuat ia termenung sejenak. Memperhatikan tanggal yang terpampang di halaman lockscreen-nya.

13 Agustus? Hari Jumat?

Katanya banyak orang bisa tertimpa hal sial di hari ini?

Namun bukan itu yang ada di benak Cantika.

Ia tidak lupa ingatan atau pura-pura tidak peduli, ia sungguh ingat bahwa ada yang berulang tahun hari ini. Bahkan di sela-sela waktu senggangnya, ia menyempatkan untuk mengecek social media-nya hanya untuk melihat update terbaru dari sebuah akun yang pemiliknya sedang berulang tahun.

Segera ia ketikkan nama orang itu di pencarian aplikasi berbagi pesan miliknya, membuka ruang obrolannya yang kembali senyap. Pesan dari nama itu belum ia balas lagi sejak tiga hari yang lalu. 

Ia pun mengetikkan beberapa kata di sana, lalu menghapusnya lagi. Ia susun lagi kata demi kata, namun dihapusnya lagi merasa kalimatnya kurang sesuai. Ia merevisi lagi kalimatnya, namun ibu jarinya dengan cepat menghapus kembali kata-kata yang sudah ia rangkai.

Mengapa?

Mengapa hanya mengirim ucapan selamat ulang tahun bisa semembingungkan ini?

Cantika menyerah, diletakkannya benda persegi yang sedari tadi ia genggam ke pahanya. Kepalanya disandarkan ke kaca jendela di samping kanannya. Mengistirahatkan otaknya setelah menghabiskan beberapa menit hanya untuk menulis dan menghapus kalimat yang berusaha ia susun.

Lagi pula...

Memangnya Athan peduli dengan ucapan darinya?

Tentu lelaki itu tidak akan peduli.

Cantika menggeleng-geleng, mengurungkan niatnya untuk mengirim ucapan. Tangannya bergerak untuk menggengam setir mobilnya.

Tidak.

Tidak akan peduli, gumamnya sendiri, sampai gadis itu mengumpat kala ia menolehkan kepalanya ke arah luar jendela samping.

Hampir saja jantungnya meledak kalah melihat penampakan seseorang yang tengah mendekatkan wajahnya ke kaca samping mobilnya. Gadis itu mengerang kesal, menurunkan kaca mobil itu dengan cepat.

Menatap sebal pada seseorang yang kini sudah berdiri tegak memandangi Cantika tanpa perasaan bersalah.

"Ni orang gak di mimpi gak di kenyataan datangnya tiba-tiba mulu kaya setan."

Another Side of KBYY FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang