ZF 17 - Sebenarnya?

891 166 26
                                    

Bacanya pelan-pelan ya cakep. Fania mau jelasin sesuatu soalnya.

🦢🦢🦢

Berjalan bertiga, dengan posisi Ansel ditengah dan digandeng oleh mereka, nampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Apalagi beberapa kali mereka nampak saling melempar senyum bersamaan pada Ansel yang sangat antusias.

Beberapa menit berjalan mengitari Mal, mereka sampai di timezone ekslusif. Dimana orang berani bayar mahal hanya untuk kenyamanan anak-anak. Timezone yang dilengkapi dengan pengawas dan lebih tertib ini memang hanya ada di RM.

“Itu nggak pa-pa Ansel ditinggal?” tanya Fania pada Zafran saat melihat Ansel sudah bergabung dengan teman-temannya.

Zafran mengangguk. “Sudah ada pengawasnya.” Fania ber-oh ria. Lalu mereka duduk menunggu Ansel di bangku yang tersedia.

Fania berdiri lagi, “Aku mau beli eskrim buat Ansel dulu ya,” pamitnya lalu menuju stan eskrim dan minuman.

Zafran melihat kearah Fania yang menghampiri Ansel untuk memberikan eskrim. Ada satu pertanyaan besar dibenaknya. Ia ingin menanyakannya pada Fania. Iya, tentang konflik yang terjadi antara Fania dan Agista. Zafran memang sudah mendapatkan jawaban dari Agista. Kalau Fania adalah perempuan yang merebut kekasihnya dari Agista, sebelum Agista pacaran dengan Zafran, Agista melihat sendiri Fania berciuman di apartemen dengan kekasihnya. Tapi bukan Prana. Agista dan Fania dulu sangat dekat layaknya adik kakak. Agista selalu mengumpati Fania ketika tak sengaja bertemu perempuan itu. Makanya Zafran ingin penjelasan dari Fania. Karena Zafran tidak mau menikah dengan perempuan yang tega merebut kebahagiaan perempuan lain.

Zafran menyadari lamunannya saat tahu objek yang sedari tadi memenuhi pikirannya berdiri dihadapannya sambil menyodorkan minuman kalengan untuknya.

Zafran menerimanya dan mengucapkan terima kasih. “Maaf Mas, aku nggak tahu minuman kesukaan kamu. Jadi aku pilih random.”

“Nggak pa-pa makasih.” Fania lalu duduk disamping Zafran sembari membuka bungkus eskrimnya. Ia membeli eskrim wadah mangkuk rasa coklat.

“Fan?” Fania menoleh. “Boleh tanya sesuatu sama kamu?”

Fania mengangguk. “Boleh. Nanya apa?”

“Tentang masalah yang terjadi antara kamu dan Agista.” Ujar Zafran hati-hati.

Fania diam setelah mengalihkan tatapannya.

“Fan,”

“Oh itu. Emm.. Mas Zafran nggak dikasih tau mbak Agista?”

“Dikasih tau. Tapi, aku ingin dengar jawaban dari kamu.”

Fania mengangguk. “Sebenarnya nggak ada masalah apa-apa. Cuma kesalahpahaman aja.”

“Cuma kesalahpahaman tapi kamu buat Agista benci banget sama kamu?” tanya Zafran. Mas pengacara sukanya ngegas dan to the point.

Fania tersenyum tipis mendengar pertanyaan Zafran. Sedikit takut dengan mata tajam Zafran. “Dulu aku pindah ke Budapest nggak punya teman, cuma ada kak Agista dan kak Zergan. Kak Agista tetangga apartemen aku. Saat itu ada namanya Hugo Clavis, dia teman kampus kak Agista, kakak tingkat aku, sama-sama ambil forest kayak kak Agista, pindahan dari Rusia. Kak Agista cerita kalau dia suka banget sama kak Clavis, atau Kak Gista manggilnya Hugo. Tapi keadaannya,  Clavis adalah pacar aku sejak di S-Petersbug. Kita dua tahun pacaran, foto yang kak Agista lihatkan ke kamu itu benar. Foto aku dan kak Clavis diapartemen.”

“Aku tidak nyangkal saat itu pas dia tanya apa itu aku. Ya karena, wajar bagi sepasang kekasih berciuman. Aku dan kak Clavis menjelaskan ke dia tentang semuanya. Tapi kak Agista terlanjur sakit hati,” ujar Fania.

ZAFRANIA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang