Hari ini, [Name] pergi menemui Luna dan Mana. Tadi Takashi yang mengantarnya, tetapi ia langsung pamit karena ingin menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan. Laki-laki itu bilang jika nanti siang atau sore akan menjemputnya.
Ketiga perempuan bermarga Mitsuya itu hanya berbincang seraya minum jus dan makan snack yang [Name] bawa. Luna dan Mana memang sudah akrab dengan [Name] sejak dulu.
Jika dulu hanya sekedar bermain, kini Luna lebih sering curhat dengan [Name], begitupun dengan Mana. Tidak terasa jika kini kedua bocah itu sudah beranjak dewasa.
Saking asiknya bergurau, [Name] sampai tidak menyadari jika ia sudah duduk lebih dari satu setengah jam. Saat itu juga, terdengar suara klakson motor dari luar rumah.
Motor lama, tapi [Name] menyukainya. Bagi [Name], motor itu mengingatkan tentang masa remaja dimana ia dan Takashi tidak pernah akur.
"Cepat sekali." Luna bergumam seraya beranjak dari duduknya. Padahal ia masih ingin berbincang dengan kakak iparnya.
"Besok kesini lagi." Ucap [Name] seraya tersenyum simpul.
[Name] keluar rumah, terlihat Takashi tetap duduk di motornya. "Kukira kau akan menjemput ku sore."
"Pekerjaan ku sudah selesai."
Saat [Name] akan memakai helm, terdengar ponselnya berdering. Tangan [Name] bergerak mengambil benda pipih tersebut dari dalam tas kecilnya.
[Name] menatap Takashi sekilas, setelah laki-laki itu mengangguk, [Name] sedikit menjauh untuk menerima telepon.
Menunggu [Name] yang tengah menerima telepon--entah dari siapa, Luna menggunakan waktu tersebut untuk berbicara sebentar dengan Takashi.
"Kapan kakak akan memberiku keponakan?"