Hari sudah hampir petang, tetapi Takashi tidak kunjung mendapat telepon dari sang istri. Daripada tidak fokus dengan pekerjaannya karena saat ini isi otaknya hanya [Name], Takashi memutuskan untuk menjemputnya saja sekarang.
Jika kenyataannya acara reuni [Name] memang belum selesai, Takashi bisa menunggu dari dalam mobil. Yang terpenting, ia tahu jika istrinya tidak kenapa-kenapa.
Niat awalnya yang hanya ingin menunggu dari dalam mobil tercancel, Takashi memutuskan masuk ke dalam cafe saat melihat laki-laki yang berlutut di depan [Name].
Belum sempat laki-laki itu mengucapkan kalimat yang sudah lama ia pendam, kedatangan Takashi membuatnya terkejut. Pasalnya, Takashi langsung menarik pergelangan tangan [Name].
"Taka-chan, ini tidak seperti yang kau lihat." Ucap [Name] lirih, takut jika Takashi menyimpulkan hal yang tidak-tidak.
Takashi menyunggingkan senyum ke arah [Name]. "Ya, tenang saja, aku tidak marah denganmu."
"[Name] tunggu!!"
Takashi dan [Name] menghentikan langkah kakinya, membalikkan badan dan menatap laki-laki yang berdiri di hadapannya.
"Maaf, tapi aku sudah menikah," Ucap [Name] mencoba menjelaskan. Walaupun laki-laki tadi belum mengucapkan sepatah kata pun, tetapi dengan melihat ia berlutut seraya menyodorkan cincin, [Name] tahu apa yang setelahnya akan terjadi. "Aku juga memberimu undangan, tapi kau tidak datang."
[Name] memang memberinya undangan, tetapi ia tak datang. [Name] pikir jika laki-laki itu sibuk di luar negeri, tetapi ternyata undangannya tidak sampai.
Laki-laki itu masih mencerna ucapan yang terlontar dari mulut [Name]. Tidak percaya, perempuan yang ia sukai sejak dulu ternyata sudah menjadi milik orang lain. "Sudah menikah?"
"Ya, denganku." Sahut Takashi, kembali menarik pergelangan tangan [Name] keluar dari tempat tersebut.