Panas matahari yang terik menyengat kulit lantas tak menyurutkan semangat Kara untuk berangkat memenuhi panggilan pindah tugas dari kantor cabang ke kantor pusat perusahaan tempat dia mengabdi.
Kara berjalan menuju halte bus mangga 2 yang tampak ramai oleh anak SMA menimbulkan tanda tanya besar di otak kecilnya.
Hingga terdengar deru knalpot racing yang saling bersahutan memekakkan telinga, membuat halte yang tadinya tenang menjadi hiruk pikuk dan memanas.
"Serangggg..." Teriak salah satu anak membuat Kara harus terjebak diantara Siswa SMA yang sedang tawuran.
Kara sedikit panik dan berusaha keluar dari padatnya kerumunan siswa SMA yang sibuk baku hantam itu.
Paniknya semakin menjadi-jadi dikala ada seorang siswa laki-laki yang mendekat dan menatapnya dengan intens seakan hendak menyeret dan berbuat yang macam-macam padanya.
"Aw sakit Tante."ujar lelaki itu ketika jemari Kara mendarat dan mencapit kuat telinganya.
Kara menatap garang ke anak lelaki itu "Apa kamu bilang?, Tante?" Sambil mengeraskan jewerannya.
Interaksi Kara dan anak itu membuat suasana yang tadinya gaduh mendadak hening dengan puluhan pasang mata yang menatap ke arah mereka berdua, namun hal itu tak berlangsung lama, hingga kegaduhan kembali terjadi.
Kara menyeret anak laki-laki tersebut hingga mereka sama-sama keluar dari tawuran itu.
"Lo mau macem-macemin gue ya?" Tanya Kara dengan tangan yang senantiasa menjewer telinga anak SMA itu.
"Nggak macem-macem kok Tan, cuma 1 macem doang" jawabnya dengan tengil.
"Kalo gue ga sibuk, habis lo sama gue"
Ucap Kara melepaskan jewerannya lalu berjalan menjauh, mengingat dirinya harus segera ke kantor."Dasar Brondong" batin Kara.
Disamping itu mata Samuel tertuju pada benda petak berwarna biru di tempat dia berdiri, "Karamela Sari Pati, Staff Adminstrasi"
"Oo Karamel" gumam Samuel sambil menggenggam benda petak berupa Id Card gadis yang beberapa menit lalu menjewer telinganya
"Unik juga namanya"
Samuel lantas memasukkan benda petak itu kedalam saku celananya dan melanjutkan aktivasinya.
Kara yang telah sampai di kantor segera mengambil barisan bergabung bersama karyawan yang lain, hari ini hari peresmian dia pindah kantor dengan menandatangani kontrak kerja.
"Id card kamu mana" tanya pak Listyo pada Kara
"Anu pak, kayanya tadi jatuh pas buru-buru ke kantor" jawab Kara sambil mengingat-ingat apakah benar terjatuh atau memang dirinya tidak membawa Id card nya itu.
Listyo menganggukkan kepalanya, "lain kali pegawai yang tidak membawa Id card tidak bisa masuk ke kantor" titah pak Listyo kepada seluruh karyawan yang ada disana.
👀
"Dimana sih, kok ga ada ya"
"Ga mungkin kan gue buang pas bersih-bersih kamar kemarin"
Kara memijat pelipisnya sembari mengingat-ingat dimana dia letakkan Id card nya.
"Bahaya njir kalau hilang" ucapnya lagi.
Di tengah Kara sedang berusaha mencari-cari Id card itu di dalam tas nya, kantor di hebohkan oleh seorang siswa yang memaksa masuk dengan kejaran satpam dibelakangnya, siapa lagi kalau bukan Samuel
"Saya mau cari Karamel sebentar pak" Ucap Samuel itu ketika tangan satpam berhasil mencengkram lengannya.
Dilepasnya cengkraman itu, lalu dia berjalan cepat menuju meja Karamel yang masih sibuk mengobrak-abrik tasnya tanpa tahu ada kegaduhan disekitarnya.
Samuel menyodorkan Id card milik Kara, "Cari ini Tan?"
"Aaa, id card kesayangan gue" Ucap Kara sambil menarik Id card lalu menciumnya, tanpa sadar siapa yang memberikannya.
"Gue ga sekalian dicium Tan?"
"Dih najisss" jawab Kara ketika melihat siswa SMA yang beberapa jam lalu sempat dia jewer.
Samuel lantas merebut id card yang Kara pegang, "Lo ikut gue dulu Tan, nanti gue balikin ini" ucap Samuel dengan nada serius.
Kara menatap siswa itu dengan intens "Lo beneran mo ngapa-ngapain gue?"
"Kaga njir, kaga selera gue." Ucap Samuel sambil mengusap lurus dadanya membuat hati Kara sebagai wanita tulen terkuliti
"Bajingan" umpat Kara, sambil menyilakan tangan tepat didepan dadanya.
"Mau ini balik nggak" Tanya Samuel sambil tersenyum licik.
Kara menghela nafas kasar dan terpaksa mengiyakan permintaan Samuel, "Iya, tunggu jam istirahat biar bisa keluar"
"Oke deal"
.
.
.
.
.
.
Next Part »