Julian sudah siap dengan setelan jas putihnya. Ia sedang menunggu Jihan yang sedang berdandan didalam kamar mereka. Padahal gadis itu sudah berdandan sejak satu jam yang lalu dan 30 menit lagi acara promnight sekolah mereka akan mulai.
"JIHAN, KAMU DANDAN APA LAGI SEMEDI SIH?!" teriak Julian dengan keras agar suaranya dapat terdengar oleh Jihan yang berada didalam kamar. Sebenarnya ia malas berada di ruang keluarga. Duduk seorang diri. Arya dan Jasmine sedang pergi menghadiri acara pernikahan salah satu anak kolega Arya. Sebenarnya ia, Jihan, dan Julio juga diajak tadi, hanya saja menolak. Tak mungkin mereka meninggalkan acara perpisahan sekolah mereka yang hanya akan mereka rasakan sekali seumur hidup. Lagipula mereka sudah bukan anak kecil lagi yang akan ikut kemanapun orang tua mereka pergi.
Sedangkan Julio, cowok itu sudah pergi sejak 15 menit yang lalu.
Julian sebenarnya ingin berada di kamar agar ia tau apa saja yang dilakukan Jihan sehingga selama ini. Ia tipikal orang yang tidak sabar saat sedang tidak melihat wujudnya. Tapi saat Julian ingin menetap, Jihan malah mengusirnya dengan alasan jika ada dirinya gadis itu tidak akan fokus dan malah grogi karena ia tatap terus.
"IYA, YAN. BENTAR LAGI INI. SABAR." Jihan balas berteriak pada Julian. Ia berdecak, cowok itu sangat tidak sabaran. Ia merapikan sedikit poninya yang ia miringkan, karena memang poninya yang sudah mulai panjang yang sebentar lagi akan menghalangi pandangannya. Tak lupa ia juga memasang aksesoris kecil dikepalanya. Mahkota.
Setelah memastikan penampilannya, Jihan segera keluar kamar, menuruni tangga, dan menemui suaminya yang sedang asik dengan ponselnya. Ntah apa yang cowok itu lakukan.
"Ayo berangkat," ajak Jihan yang langsung membuat Julian mendongak menatapnya. Julian bergeming ditempatnya, ia masih terpesona dengan penampilan Jihan malam ini yang seperti seorang putri. Bahkan gadis itu lebih cantik daripada saat mereka menikah dulu.
Jihan melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Julian yang sedari tadi menatapnya tanpa kedip. "Kenapa sih? Jelek ya? Atau ketebelan? Aku hapus aja deh make up-nya kalo gitu." Jihan langsung berbalik dan berniat untuk kembali ke kamarnya. Tapi baru beberapa langkah, sebuah tangan mencekalnya.
"Nggak usah, kamu cantik." Setelah mengatakan itu, Julian langsung menggamit tangan Jihan dan mengajak gadis itu untuk segera berangkat. Tak lupa mereka juga mengunci pintu rumah.
"Beneran?" tanya Jihan memastikan. "Aku kurang pede sebenernya."
"Buat apa aku bohongin kamu?" Julian membukakan pintu depan mobil bagian penumpang untuk Jihan. Setelah gadis itu masuk, ia segera menutup pintunya kembali, berlari memutar, dan membuka pintu bagian supir dirinya sediri.
"Ya nggak ada untungnya juga sih buat kamu," balas Jihan sesaat setelah Julian sudah duduk disampingnya.
"Nah tuh tau." Julian menyempatkan diri untuk mencubit gemas pipi kanan Jihan barulah ia menjalankan mobilnya menuju salah satu hotel tempat sekolah mereka mengadakan promnight.
Jihan sudah mulai kebal dengan tingkah dan tangan Julian yang celamitan. Tapi tak urung ia tetap tersenyum, hatinya pun ikut berdesir senang akan perlakuan Julian.
***
Jihan memasuki ballroom hotel sendirian. Saat memasuki hotel, Jihan masih bersama dengan Julian. Tapi saat berada di lobby, salah satu teman sekelah Julian menghampiri cowok itu, mengajaknya mengobrol dan berfoto. Cukup lama. Makanya Julian menyuruhnya untuk pergi dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian Untuk Jihan [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsRank #8 julio [2 September 2020] Rank #6 julio [11 September 2020] Rank #5 julio [14 September 2020] Rank #10 takdianggap [19 Oktober 2020] Rank #9 takdianggap [2 November 2020] Rank #4 julio [22 November 2020] Rank #7 takdianggap [1 Januari 2021] R...