BAB 7

7.8K 1.2K 60
                                    

Sagara menatap Arsha tajam, memukul kepala gadis itu yang membuat Arsha berdecak kesal. Arsha membalas tatapan tajam pria itu, ia tidak akan pernah menurut pada siapapun. Apalagi disuruh belajar matematika. Dirinya anti matematika atau sebut saja alergi matematika.

"Gue gak mau belajar. Pokoknya gak mau"

"Jadikan aku babumu maka kau akan hidup senang"

Arsha menatap Sagara dengan tatapan memohon namun tak mendapat respon apapun dari Sagara. Sagara meletakkan buku yang ada ditangannya ke depan Arsha dan memberikan gadis itu pulpen.

"Tulis rumus mencari keliling persegi panjang"

Sagara memberikan pulpen dan menatap Arsha yang cemberut.

"Astaga Gara. Please gue ditakdirkan untuk mengetahui gosip terhangat yang sedang terjadi. Bukan untuk mencari keliling persegi. Buat apa keliling persegi dicari?" ucap Arsha menatap Sagara.

"Bodoh. Belajar itu penting" Sagara menyentil kening Arsha. Ia sangat gemas dengan kebodohan gadis di hadapannya ini. Rumus keliling bahkan sudah di pelajari saat sekolah dasar.

"Gara"

"Gue boleh punya handphone kaya lo gak?" tanya Arsha menatap Sagara penuh harap.

Sagara menggelengkan kepalanya dan membuka buku miliknya. Arsha menatap Sagara yang tengah fokus mengerjakan soal matematika. Arsha heran kenapa harus wajib belajar matematika, tidak bisakah ia lebih fokus pada kemampuan stalk nya. Arsha selalu berpikiran jika bakatnya di asah maka jadi seorang agen pun ia bisa.

"Buat apasih lo susah - susah ngawinin huruf"

"Mending lo saja yang kawin"

"Lebih bermanfaat" ucap Arsha menggaruk kepalanya.

Menatap angka dan huruf yang ada di buku Sagara saja membuat otaknya mendidih, rasanya kepalanya panas dan ingin siap meledak kapan saja.

"Gara. Gue memang gak pintar matematika, tapi gue bisa dalam karya sastra atau dalam hal ngarang - mengarang"

"Dalam hal bermain peran gue juga bisa kok tapi harus di asah lagi. Apalagi kalau jadi paparazi, beuh gue jagonya"

Arsha menatap Sagara bersungguh - sungguh dan menyatukan kedua tangannya. Arsha sering kali mendapat pekerjaan dari teman - temannya untuk mencari tahu mengenai gebetan atau pacar mereka, tentu saja dengan bayaran yang lumayan untuk uang jajannya. Kadang di bayar satu piring nasi goreng saja dia mau. Orang rakus seperti Arsha makanan apapun masuk kedalam mulutnya.

"Udalah pusing gue bicara sama anak pintar gak nyambung sama anak bodoh seperti gue"

Arsha bangkit dari bangkunya dan memilih keluar dari kamar Sagara, dirinya tidak perduli jika besok ia mendapat hukuman karena tidak mengerjakan tugas. Ia tidak ingin otak yang ia rawat dengan penuh cinta hancur gara - gara matematika.

Sagara menghela napas kasar, ia menatap punggung Arsha yang semakin menghilang dari jangkauannya. Ia tidak mengerti kesalahan apa yang ia perbuat di masa lalu sehingga bisa bertemu cewe seaneh Arsha. Gadis yang mengaku - ngaku berasal dari tahun 2021, ia juga bingung kenapa waktu ia mau menampung Arsha. Bisa saja ia mengabaikan gadis itu dan membiarkan hidupnya tenang seperti dulu. Tidak seperti sekarang yang selalu di penuhi dumelan gadis itu.

Sagara kembali fokus pada bukunya dan kembali mengerjakan tugasnya, namun selang beberapa menit Arsha kembali datang dan menatapnya dengan senyuman manis milik gadis itu. Sagara menaikkan sebelah alisnya menatap Arsha bingung.

"Kiw kiw cowo rajin amat" goda Arsha menaik turunkan alisnya.

"Gue sudah tahu rumus keliling persegi panjang"

"Keliling = panjang+ lebar+ panjang+ lebar atau,

Keliling = 2 x ( panjang+ lebar)"

"Pintarnya diriku, setelah sekian lama tidak bisa menjawab pertanyaan matematika"

Arsha tersenyum manis menatap Sagara yang dihadiahi dengusan oleh pria itu.

"Gue tadi cari pencerahan dulu Gar, jadi bagaimana?" tanya Arsha lagi.

Sagara menutup bukunya dan memberikannya pada Arsha yang mendapat tatapan bingung dari perempuan itu.

"Tugas lo udah gue kerjain. Belajar yang rajin dan cepat pergi dari sini"

"You are so annyoing" Sagara menatap Arsha remeh.

Arsha tersenyum manis membalas ucapan Sagara tersebut, tanpa mengatakan apapun ia keluar dari kamar pria itu.

"Apakah ini saatnya mengeluarkan bakatku?" gumam Arsha pada dirinya sendiri sembari memasuki kamarnya.

"Oke mari kita berjuang. Pertama cari relasi sebanyak mungkin. Gue harus dekat sama banyak orang, tawarkan sesuatu yang special dan mari kita beraksi" Arsha mengangguk- anggukan kepalanya.

"Mending tidur ah, besok saja mikirnya. Otak butuh istirahat" gumam Arsha merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

Baru beberapa menit ia terjun dalam dunia mimpinya, ia harus terganggu dengan Sagar yang menggedor - gedor pintu kamar miliknya dengan tidak sabaran. Arsha berdecak kesal, ia bangun dan membuka pintu.

"Kenapa sih ganggu?" Arsha menatap kesal Sagara.

"Ini apa?" Sagara menunjukkan kertas yang penuh dengan photo.

"ASTAGA KOK BISA KETINGGALAN DI KAMAR LO" Arsha merampas kertas tersebut dan mengelus - elus kertas tersebut.

"Ini harta karun gue"

"You know roti sobek? this is roti sobek" Arsha menunjukkan photo yang ada dalam kertas tersebut.

Kertas itu merupakan kumpulan potret sixpack para laki - laki yang mempunyai wajah tampan dan tubuh yang bagus. Photo yang sengaja dulu ia cetak sebagai bahan cuci mata untuk dirinya. Kemanapun ia pergi ia tidak pernah melupakan photo tersebut.

"Jangan sentuh harta gue. Ini hal sensitiv" Arsha menatap tajam Sagara.

"Lo ngapain simpan hal gak berguna kaya begitu?" ujar Sagara tidak habis pikir dengan Arsha yang aneh.

"Bro, saya termasuk golongan cewe yang gampang stres dan stres akan hilang jika melihat roti sobek. Jadi hargai. Ini demi kesehatan saya"

"Ini satu - satu caranya agar bisa bertahan hidup ditengah badai yang mengguncang" ujar Arsha lagi.

"Gue juga kayanya perlu nambah koleksi lagi" gumam Arsha menatap photo - phot tersebut.

Sagara menarik kertas yang berada ditangan Arsha dan menatap gadis itu tajam. Bukannya belajar rajin tetapi malah rajin mengoleksi photo yang tidak bermutu.

"Gue bos lo dan lo ngerti kan?" Sagara menatap tajam Arsha yang membuat gadis itu cemberut.

"Arsha yang di otak lo apasih?" Sagara mengacak rambutnya frustasi.

"Besok malam lo harus bisa hapal 10 nama unsur diluar kepala dan gak boleh ada koleksi photo kaya gini"

Sagara meninggalkan Arsha dan menutup pintu gadis itu.

"Gila. Gue bisa gila, harta karun gue di culik. Hidupku sudah tak berdaya"

Arsha menjatuhkan tubuhnya pada kasur miliknya, ia tidak bisa jika tidak melihat roti sobek. Sedetik kemudian senyum Arsha tercetak dibibirnya.

"Kan ada di handphone gue banyak. Hahahaha"

Arsha mengambil ponsel yang ia bawa dari tahun 2021 dan membukagaleri ponselnya yang menampilkan ratusan photo roti sobek dan juga ribuan photo pria tampan.

"Gak sia - sia" gumam Anne tersenyum lebar melihat satu per satu photo yang ada digaleri ponselnya.

"Meskipun handphone gue kalah jauh dari handphone yang ada di sini tapi punya gue jauh lebih berharga. Karena ribuan harta karun tersimpan disini"

Arsha mencium ponselnya itu dan menyimpannya kembali dalam tasnya.

"Selamat malam, mimpi indah Arsha" ucap Arsha pada dirinya sendiri.

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang