15.

901 150 18
                                    


᯾ ------------- ᯾
Tidak ada manusia yang menjamin aku untuk bahagia
᯾ ----------- ᯾

----------------------------------------

"mau kemana Lo sepagi ini?" Ucap Rengga yang sedang berdiri dihalaman depan.

"Sekolah" jawab Joan datar.

Laki laki itu kemudian pergi meninggalkan saudaranya berdiri dengan tatapan bingung. Iya tentu saja bingung bagaimana tidak, Joan berangkat kesekolah jam 5 pagi padahal tidak biasanya dia berangkat sepagi ini. Apalagi matahari juga masih samar samar.

"Lo ngeliatin siapa?"
"Anjing lo"

"Ngapain juga Lo liatain tu anak udah biarin aja suka suka dia, sekarang masuk Lo dipanggil Abang Lo"
"Abang Lo juga ndra"
"Ga nanya"

"Ada apaan Lo manggil gue? Gak biasanya Lo manggil gue sepagi ini" ucap Rengga duduk didepan marsen.
"Gue tanya sama Lo jawab jujur" ucap marsen yang membuat Rengga bingung namun akhirnya dianguki. "Tanya apaan?"

"Joan di sekolah di bully"

"Ahahahah, hoh ngapain Lo bahas itu anak? Katanya gak peduli kok sekarang malah kayak khawatir hahaha karma kali ya" ucap haendra yang turun dari lantai 2.

"Gue gak ngomong sama Lo ndra" ucap marsen menatap haendra Tajam dan dibalas tatapan juga oleh haendra.

Melihat ke 2 saudaranya sedang tidak bersahabat Rengga cepat cepat menjawab pertanyaan marsen padanya.

"Dia gak di bully" ucap Rengga cepat.

Mereka ber 2 yang awalnya beradu tatapan pun kemudian mengalihkan pandangannya kearah Rengga.

"Wesss apa apaan nih, coba bilang sekali lagi" ucap haendra sembari berjalan kearah Rengga.

"Apa salah ucapan gue? Kan emang bener kalo Joan gak ada yang bully, lagian juga siapa peduli hah" ucap Rengga.

"Jadi Joan gak dibully?"
"Hadeh percuma juga gue adu argumen sama orang tolol kayak lo berdua, dahlah gue mau berangkat, ga usah bawain gue bekal gue makan disana." ucap haendra pergi keluar.

Rengga dan marsen yang melihat haendra pergi hanya diam tidak bersuara, kemudian tidak lama ke 3 adik marsen lainnya turun untuk sarapan.

-Disisi Lain

Joan berdiri sembari bersandar pada tiang halte untuk menunggu bus jemputannya datang. Hari ini dia berniat untuk datang lebih pagi, entah kenapa tapi suasana jam seperti ini yang Joan suka. Hari ini hampir jam setengah 6 pagi tapi awan masih terlihat gelap tidak masalah, dia suka.

Lama dia berdiri dihalte sendirian akhirnya bus jemputannya datang, dengan cepat Joan langsung masuk kedalam lalu menuju kursi paling belakang. Entahlah dia hanya menyukai tempat paling belakang, baginya tempat itu sudah menjadi tempat favorit nya saat naik bus ini.

Jam 06.00 tepat Joan sudah ada tepat didepan gerbang, dia mengamati sekitar. Masih agak sepi kesempatan bagus untuk cepat sampai ke kelas. Joan berlari menuju lantai 2 tempat dimana kelasnya berada, saat berlari menaiki tangga kepala Joan terasa sedikit pusing tapi karna niatan dia untuk menghindar dari Angga dan kawan kawan Joan tidak memperdulikan tentang rasa sakitnya. Dia terus berlari sampai akhirnya tiba di kelas miliknya.

Sebelum masuk kedalam dia sempat mengambil banyak oksigen, Karan selama berlari tubuhnya sangat engap dan seperti kesulitan bernapas. Setelah itu Joan masuk kedalam, tidak ada siapa siapa suasana masih sepi. Hanya ada dia sendiri yang duduk dikelas. Jika dibayangkan sedikit horor karna didalam kelas tidak ada siapa siapa. Hanya Joan sendirian yang duduk dipojok sebelah jendela dan menghadap keluar jendela.

Joan bukan tuhan || Jisung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang