Reasons

1.2K 62 52
                                    

[Present, 2018]

"Cieeeeee~"

Hendra langsung menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya Rian yang melongo saking kagetnya dan juga ekspresi jahil Kevin, Marcus & Fajar. Tak jauh dari mereka bertiga, terlihat Grey pun sampai menganga, tak percaya dengan yang dilihat olehnya.

"San, jangan disini yuk, nyingkir dulu" bisik Hendra, pada Ahsan yang masih menangis dipelukannya.

Ahsan tak menjawab, juga tak mengangguk. Namun tak menolak ketika Hendra mengajaknya melangkah, dengan posisi tetap menyembunyikan wajah Ahsan di dadanya. Mereka melangkah pelan-pelan meninggalkan tempat itu.

"Nanti saya mau ngomong sama kalian" saat dirinya melewati ketiga anak itu dan ketiganya tidak ada yang menjawab ataupun mengeluarkan ledekan lagi. Hendra merasakan banyak mata menatap ke arahnya. Tapi ia tidak peduli. Prioritasnya saat ini adalah ia membawa Ahsan ke tempat yang lebih tenang. Ia ingin menenangkan Ahsan dulu.

Mereka terus berjalan seperti itu, hingga mereka tiba di depan pintu kamar Ahsan. Hendra meraih kunci yang ada di sakunya, berharap lubang kunci pintu yang ada dihadapannya masih belum diganti.

Klik

Kunci itu berputar dengan sempurna. Hendra merasa lega. Berarti memang kamar itu masih belum berubah dari sejak ia meninggalkan pelatnas awal tahun lalu.

Ketika mereka sudah masuk ke kamar, Hendra membawa Ahsan untuk duduk di kasur.

"San, udah, jangan nangis terus. Kan aku udah disini" bujuk Hendra, berusaha membuat Ahsan agar mau menghentikan tangisannya.

Namun Ahsan tak menjawab, ia masih tetap menangis.

"San, aku udah balik ke pelatnas loh ini. Buat nyusul kamu. Kita main bareng lagi. Kamu nggak seneng tah?" tanya Hendra, namun Ahsan tetap menangis, malah memukul-mukul pelan bahu Hendra.

"Yaudah, iya, maaf. Iya puasin dulu aja nangisnya. Aku tetep nemenin kamu kok. Aku sayang kamu, San. Sayang banget sama kamu. Maafin aku ya, San" ujar Hendra, sambil mengusap rambut Ahsan dan kembali menciumi puncak kepala Ahsan.

Ahsan masih tetap menangis di pelukannya.

Hendra menghela napas pelan, ia melirik ke bawah sesaat, menemukan wajah terlelap Ahsan yang dari tadi bersembunyi di dadanya. Ada bekas jejak air mata di pipi dan kelopak matanya. Hendra mencoba mengusapnya dengan lembut. Sesaat terdengar suara ketukan pelan di pintu kamar itu. Hendra beringsut pelan di kasur, mencoba bergerak sepelan mungkin agar Ahsan sama sekali tidak terbangun karenanya. Setelah berhasil turun dari kasur, ia pun segera melangkah cepat-cepat ke pintu.

Ketika kepalanya muncul di pintu, ia bisa melihat ke empat juniornya berdiri di luar pintu. Mereka nampak menenteng tas raket miliknya dan milik Ahsan.

Ia memilih melangkah keluar, dan menutup pintu itu.

"Babah. . ." Kevin belum selesai bicara, namun Hendra sudah memotongnya duluan.

"Ahsan lagi tidur. Ketiduran. Kayaknya kecapekan deh" ujar Hendra kalem.

Selama beberapa saat ia bisa melihat keempat anak itu saling lirik sekilas, nampaknya sama-sama bingung mau berkata apa lagi.

"Eh iya koh, ini tas koko sm babah" ujar Marcus, berusaha menyelamatkan mereka semua dari kecanggungan itu.

"Makasih ya Nyo udah dibawain" balas Hendra, sembari mengambil alih kedua tas itu.

"Koh, sebenernya. . ." mulai Rian. Namun Hendra langsung menggelengkan kepala.

"Mungkin nanti malem atau besok malem kita makan bareng ya, biar enak ngobrolnya. Sekalian kalau misal kalian mau nanya-nanya juga" ujar Hendra.

Keempat anak itu saling lirik lagi, kemudian memutuskan bahwa jauh lebih baik mengikuti tawarannya koh Hendra daripada memaksa bertanya sekarang.

Way Back (Into Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang