32 - Pernyataan dan Peringatan

1.7K 301 23
                                    

Lingka berusaha menghindari Samudera setelah insiden kemarin. Bukan tanpa alasan Lingka melakukan itu. Lingka hanya ingin memberikan jarak diantaranya dan Samudera, melihat kejadian kemarin seolah menjadi pukulan telak untuk Lingka.

Lingka merasa rendah sekali, tak ada apa-apanya dibandingkan dengan Ayu. Seperti namanya, Ayu memang cantik.
Seperti kebanyakan perempuan, Lingka juga bisa merasa insecure, tapi kalau dipikir lagi dengan alasan apa sampai membuat Lingka membandingkan dirinya dengan Ayu.

Karena Ayu suka Samudera? Ia jadi merasa khawatir?

Lingka menggelengkan kepala. Kenapa bisa dia berpikir demikian. Lagipula itu sah-sah saja, hak milik Ayu dan Samudera kalau keduanya benar-benar menjalin kedekatan, tapi kenapa ada sisi hati Lingka yang tidak rela.

Lingka mengembuskan napas pelan. Matanya menatap jauh tribun SMA Cakra Dirgantara yang sepi hari ini. Tak ada jadwal anak futsal seperti biasanya ataupun anak ekskul dance.

Samudera juga mungkin tak tahu kalau Lingka ada di sini, setelah tadi bel istirahat, Lingka langsung ngacir duluan disaat Samudera tiba-tiba menghilang karena panggilan Bu Vio.

Cowok itu pasti tengah panik mencarinya atau mungkin tidak karena Lingka tidak cukup penting untuk di cari keberadaannya.

Namun, praduganya salah. Sosok yang sejak tadi memenuhi pikiran Lingka berdiri menjulang dengan membawa dua botol minuman isotonik di tangan.

"Kenapa kabur-kaburan?" Samudera mendudukkan diri di samping Lingka. Gadis itu mengalihkan pandangan, tak ingin tertangkap basah kalau diam-diam ia mengagumi Samudera beberapa detik lalu.

"Enggak, perasaan kamu aja itu."

Samudera tersenyum, dari samping ia memperhatikan wajah Lingka. Meskipun beberapa helai rambut terlihat sedikit mengganggu.

"Bohong, lo marah kan sama gue?" Samudera memang bukan tipe cowok yang peka, tapi Samudera tak bodoh untuk menebak perubahan sikap Lingka dua hari ini.

Lingka menoleh sebentar, keduanya bertemu pandang sebelum terputus sepihak. "Enggak, aku enggak marah."

Sungguh, Lingka tak bohong. Ia tak marah, hanya saja lebih kepada bingung dengan diri sendiri membuat Lingka menjauh dari Samudera.

Tapi, Samudera tak puas mendengar jawaban itu. Ia perlu meluruskan ini. "Kenapa ngehindar?" tanya Samudera lagi.

"Enggak papa," balas Lingka pelan. Samudera menarik napas dalam, bingung dengan cara berpikir makhluk bernama perempuan.

Bilangnya 'enggak papa' tapi ada apa-apa. Samudera bukan cenayang. Cowok berseragam OSIS itu menyugar rambutnya ke belakang sebelum menundukkan tubuhnya dengan kedua tangan saling bertaut di anatar sela kaki.

Tiba-tiba saja kejadian saat Ayu memeluknya di Koridor melintas begitu saja.

"Apa karena Ayu?" Keduanya menoleh secara bersamaan.

Tubuh Lingka seketika menegang. Melihat reaksi gadis itu tentu saja membuat Samudera yakin, seperti mendapatkan secercah cahaya, Samudera tersenyum lebar menampiknya deretan giginya yang rapi. Sejenak, Lingka memperhatikan itu.

"Lo cemburu?"

Lingka tergelak. Bibirnya sedikit terbuka mendengar pertanyaan penuh nada bahagia. "Enggak, kamu ada-ada aja," balas Lingka salah tingkah.

Terlalu lama duduk di dekat Samudera tidak baik untuk Lingka. Gadis itu bangkit, memilih meninggalkan Samudera lebih dulu.

"Hei." Samudera menyusul di belakang. Memanggil Lingka yang tak berminat menoleh.

Hei, Lingka! [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang