Saat berjalan di bawah terpaan hujan deras. Aku telah menemukan sebuah harta yang tak tergantikan.......
Yuta menemukannya. Pemuda itu nampak nyaman berbaring diatas tanah basah, kulitnya yang mulanya seputih salju tanpa noda kini tercemar oleh warna merah yang langsung luntur oleh sapuan hujan, lumpur adalah barang yang begitu bandel seolah tak mau menghilang dari kulit tubuhnya yang kini di penuhi luka-luka kecil yang hampir tak kasat mata.
"....megumi," Yuta memanggil dengan suaranya yang tenang, sangat percaya diri bahwa suaranya itu tak akan kalah dari derasnya suara hujan. "Apa kau masih hidup?" tanyanya sambil berpura-pura tak menyadari degup jantungnya yang bertabuh cepat.
".....okkotsu senpai?"
Tidak lama kemudian, sepasang mata bak permata hijau itu berlahan menunjukan wujudnya. Hal pertama yang dilakukan Megumi setelah siuman adalah mengacungkan jari Ryomen Sukuna yang berhasil didapatkannya setelah berhasil membasmi kutukan tingkat khusus. Dan setelah itu, barulah pemuda itu mengeluarkan suara seraknya lagi.
"Itadori dan Kugisaki?" tanyanya
Hanya dengan mendengar nama kedua anak kelas satu, Yuta langsung memahami bagaimana Megumi selalu mempriotaskan keselamatan orang lain ketimbang dirinya sendiri.
".....sudah bersama Ichiji-san," jawab Yuta seraya mengambil barang pusaka tersebut dari tangan Megumi. "Berbahaya tidur sambil menyimpan barang beginian," tegurnya lirih lalu berjongkok untuk memapah tubuh pemuda sekarat itu.
Rasa bersalah tergambar jelas di permukaan wajah lelaki yang lebih muda. Megumi lantas hanya bisa mengangguk-angguk lemah untuk membalas teguran dari kakak kelasnya itu, menyembunyikan ketakutannya dari tatapan Yuta yang memicing tajam.
Padahal seperti biasanya, sorot mata biru lautan itu bersinar redup, bagaikan permukaan air yang tenang. Justru ketenangan itu kini dapat diibaratkan sebagai kematian dalam ruang kosong, begitu dingin sekaligus kejam, jauh berbeda dari tatapan mata sang pembunuh penyihir ketika pria itu menggila.
Yuta marah akan sesuatu, Megumi menyadarinya namun belum mengerti apa gerangan penyebabnya. Mau bertanya pun, kini pita suaranya rusak parah, terlebih lagi dibutuhkan keberanian yang cukup besar untuk mengajak Yuta berbicara sekarang.
"....senpai...aku...."
Pada akhirnya, perasaan yang bercampur aduk antara takut dan bersalah mulai mengendalikan otaknya. Spontan Megumi ingin menjelaskan situasinya meskipun paling mengetahui kondisi tubuhnya sendiri.
Sudut matanya mulai mengeluarkan air mata, walau menjadi tidak begitu kentara karena air hujan yang membasahi mereka berdua. Tapi rintihan halus yang lolos dari bibirnya yang membiru, jelas-jelas menunjukan kesakitan dan keletihannya.
Darah terus merembes dari puncak kepalanya, selain membuat kepalanya pening dan sakit, pandangannya pun jadi tertutup warna merah. Organ tenggorokannya hampir hancur karena tak sengaja terkena serangan di bagian lehernya, sadar kalau kepalanya masih menempel dipundaknya saja Megumi sudah bersyukur.
Dan sisa lukanya adalah beberapa luka lebam di area punggung dan perutnya, Yuta melihat dengan mata kepalanya sendiri saat melucuti pakaian pemuda tersebut
".....ma-maaf....." ucap Megumi walau tidak mengatahui mengapa ia meminta maaf.
Cengkraman Yuta semakin mengerat, sampai membuat Megumi merintih lagi karenanya. Tanpa mengatakan apapun, tiba-tiba sang kakak kelas mencengkram erat dagu Megumi, masih menggunakan kekuatan yang mampu untuk menyakiti pemuda penuh luka tersebut.
Posisi tersebut memaksa Megumi mengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya agar tak bertatapan dengan sorot mata yang menakutkan itu. Spontan dia pun merapatkan bibirnya, menahan suaranya tidak keluar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Petra
FanficDiscontinued Pairing: Okkotsu Yuta x Fushiguro Megumi Rating : M Type : semi AU Summary: Fushiguro Megumi adalah murid pindahan yang baru saja masuk ke SMA Jujutsu. Ini pertama kalinya dia menjalani kehidupan remajanya sebagai seorang ahli...