27

677 42 11
                                    


Warning!! Ada keuwuan diantara mereka tapi tidak diantara aku dan kamu!!😢😢 Mengsedih, mengcapek mikirin dia gak peka!!

Jangan pada baper lo! Awokawok...
_________________

"Gistara!!"
_________________

Masih dalam keadaan sesegukan Gistara menangis didalam kamarnya. Dia menutupi bagian wajahnya menggunakan bantal. Dibiarkan tubuhnya tertutupi selimut sampai ujung kepalanya. Entah, perasaan cemburu saat melihat sekertaris suaminya. Tentu saja ia cemburu, karena sekertarisnya adalah kakak kelasnya sendiri. Masih ingat Nadia? Gadis yang dulu juga mencintai Iqbal. Dia  sedangkan bermesraan bersama suami didalam satu ruangan.

Tok...tok...

Suara ketukan pintu membuatnya semakin mengecilkan suara tangisannya. Gistara mengenali suara ketukan itu, siapa lagi ialau bukan suaminya. Aroma parfum mint menyerbak keseluruh ruangan, parfum yang membuat Gistara candu menciumi tubuh Iqbal.

"Yang, aku bisa jelasin... Jangan marah, tadi--"

Gistara membenahkan posisinya berubah menjadi duduk diatas ranjang dengan mata yang sudah memerah, "Tadi apa hah?!" suara Gistara meninggi, dia sangat kesal setelah mengingat kembali kejadian dikantornya.

"Makannya dengarkan penjelasan aku dulu, baru bisa marah sama aku!!" bentak Iqbal pada Gistara.

"Kok malah kamu Mas yang marah, hiks...S-seharusnya aku yang marah sama kamu. Kamu jahat Mas, benci sama kamu."

Gistara kembali meringkuk tubuhnya diatas ranjang. Dia kembali menangis setelah mendengar suara Iqbal melengking memenuhi seisi ruangan.

"M-maaf Yang... Aku juga gak tau kalau kamu mau kekantor. Aku juga gak tau kalau Nadia bersikap seperti itu, Yang maafin aku ya?"

"Hiks... Penjelasan kamu gak masuk akal Mas. Bohong kan? Bilang aja kamu suka didekati Kak Nadia cabe itu."

"Yang! Aku udah minta maaf dan jelasin yang sebenarnya, kenapa kamu bilang aku bohong?"

"Hiks... Hiks... Tuhkan suaranya ngomelin aku lagi. Aku dari dulu gak lernah suka suara yang meninggi, Mas."

Iqbal mengacak rambutnya kasar. Dia lebih memilih meninggalkan istrinya keluar kamar, "Aku keluar, kalo kamu udah tenangan kita selesaikan masalah kita. Jangan buat masalah kecil jadi membesar!" ucapnya penuh penekanan.

Kalimat terakhir membuat Gistara memutar pikirannya. Dia jadi merasa bersalah dan tidak enak. Bukanya mendengarkan penjelasan suaminya, justru sebaliknya menuduh Iqbal keenakan didekat Nadia. Gistra sangat sebal melihat wajah Kakak kelasnya yang cabe itu. Kakak kelas yang gila mencintai Iqbal. Belum tau saja Iqbal sudah memiliki istri. Sampai saat ini, Iqbal belum mempublikasikan hubungannya dengan Gistara karena kemauannya. Katanya tunggu dia lulus terlebih dahulu baru bisa dipublikasikan.

***

Gistara mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruang tamu. Dia mencari laki-laki yang tadi membuatnya berfikir akan menyelesaikan masalahnya.

Gistara berjalan menuju dapur untuk membuat makan malamnya dengan sang suami. Akan masak apa malam ini? Gistara mengetuk-ngetuk jari telunjuknya. Masak simple saja, dia ingin memasak telur orak-arik dengan tahu dikecapin. Sungguh nikmat dimakan dengan nasi yang masih panas. Apalagi dengan cita rasa yang pedas.

Tiba-tiba saja dari arah belakang ada yang melingkarkan tanganya dipinggang Gistara. Semakin dalam pelukannya, semakin risih pula saat dagunya diletakan di bahu Gistara. Dia kesusahan kalau masak ada yang memeluknya dari belakang.

"Berat Mas, lepas!" ucapnya masih ketus. Iqbal membalikan tubuh Gistara menjadi menghadap kearahnya. Wajah mereka sangat dekat, bahkan hanyak berjarak satu centimeter saja.

Cup

Iqbal mencium bibir istrinya tanpa persetujuan. Gistara membelalakan matanya dan menatap tajam kearah Iqbal. Tetapi Iqbal hanyal tersenyum jahil. Dia kembali mencium bibir istrinya sampai terbuai menarik tengkuk leher Gistara. Gistara mulai kehabisan nafas, ciuman kali ini sungguh berbeda dari sebelumnya. Lebih ganas!

"Hmphh..."

"Hmphh... M-mas u-dah! Awh sakit!!" Akibat Iqbal mencium terlalu kasar, bibir Gistara menjadi kesakitan.

"M-maaf, sini aku kecup."

Cup

"Kurang ajar, tadi nyiumnya kasar. Sekarang main sosor-sosor lagi. Bibir gue udah gak suci lagi," batin Gistara. Sekaligus menetralkan degub jatungnya yang berpacu lebih kencang dari sebelumnya.

"Mas udahan dulu ya, aku mau masak."

"Jadi kamu udah gak marah?" tanya Iqbal yang masih saja merangkuli Istrinya.

"Masihlah!! Orang kamu belum menjelaskan semuanya. Awas! Aku masak dulu... Pergi sana," Gistara mengusir Iqbal.

Iqbal mengerucutkan bibirnya, "Gak usah manyun bebek!! Duduk sana di sofa dulu."

Senyum laki-laki tersebut merekah mendengar ucapan istrinya yang kembali manis. Dia berjanji akan menjelaskan semua kejadian yang terjadi dikantor.

Setelah selesai memasak, Gistara menata rapih diatas meja yang sudah ditutupi tudung saji. Dia mengajak Iqbal untuk melaksanakan shalat magrib terlebih dahulu, baru dilanjutkan makan malam.

Sehabis shalat magrib, mereka mengaji ayat suci Al-Qur'an. Kesahariannya memang berubah saat sudah menikah dengan Iqbal. Dulu Gistara sangat anti yang namanya baca Al-Qur'an. Sejak menjadi istri Iqbal dia diajarkan untuk mengaji dikit demi sedikit. Sampai tajwid dan makhrojnya benar.

Suasana meja makan hanya ada suara sahutan piring dan antek-anteknya. Kami berdua saling diam karena sedang menikmati masakan yang super lezat. Mungkin, ini akan menjadi menu favorit Iqbal.

"Alhamdulillah," ucap Iqbal.

"Alhamdulillah, nih Mas minum dulu nanti kayak ular gak minum."

Iqbal mengacak rambut Gistara, "Iya sayang." Gistara masih belum terbiasa disebut 'sayang' soalnya dia tidak terbiasa dengan detak jantungnya yang selalu mengajak loncat-loncat didalam sana. Takutnya jantung Gistara pindah sampai keususnya, akibat loncat-loncat karena dipanggil 'sayang'.

"Duduk sini Yang, aku mau jelasin sama kamu."

Gistara menurut dan kini dia sudah duduk disamping Iqbal yang memeluknya dari samping, "Jadi ini semua salah paham. Aku dan Nadia tidak melakukan apapun. Aku sebenarnya terkejut saat mendapat sekertaris baru yaitu Nadia. Dia baru masuk hari ini, aku juga gak menyangka dengan kejadian tadi."

"Hmm," jawabnya singkat.

"Nadia yang mendekati aku duluan sampai aku tidak habis pikir. Tiba-tiba dia meraba kearah kemejaku. Posisi aku juga takut Gis, aku takut ada setan lewat. Aku teringat kalau sudah beristri. Ketika aku mau lepasin itu tangan cabe dari kemeja aku, kamu keburu datang. Aku ngejar kamu sampe lobi, kamu udah gak keliatan. Maafin aku ya? Janji aku gak bakal kayak gitu lagi."

"Iya Mas, aku maafin. Tapi awas kalo ketahuan membalas ajakan Nadia untung hal yang gak baik, aku bakal marah besar sama kamu."

"Iya Sayangnya Iqbal," ujar Iqbal mencubit pipi tembam milik Gistara.

"Sayang-sayang pantat lo peang!"

"Hust!! Aku ini suami kamu Yang, bukan Kakak kelas kamu lagi. Dijaga kalo berbicara sama suami, aku kasih hukuman kalo kamu begitu lagi."

"Hukuman apaan? Aku gak takut," ucap Gistara seakan-akam menantang suaminya.

"Nih--"

Cup

Iqbal kembali mengecup singkat bibir ranum milik Gistara. Setelah itu dia berlari meninggalkan Gistara yang masih termangu memegangi bibirnya.

😍😍😍

Yang baca ini kira-kira umur berapa? Dan askot mana? Disarankan buat yang bawah umur jangan baca... Eh pasti pada baca sih.

Aku mau kasih tau ke kalian, aku update tergantung mood. Aku usahain satu minggu aku update satu kali atau dua part.

Jangan lupa klik vote gratis oy... Yuklah.


Boyolali, 15 Agustus 2021




Waketos Is My Husband [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang