Episode 15: A Maze

18 3 0
                                    

______________________________________________

Bagaikan tengah berada dalam sebuah labirin, semua misteri ini membuatku hampir gila karena tidak dapat menemukan jalan keluar.
______________________________________________

❄️°°°ZO: WTWSFAW°°°❄️


"Anggota klub musik yang pernah bermasalah dengan Beomgyu?" Tanya Rana. Aeri mengangguk. Berharap mendapat jawaban. "Ah, ya. Tentu aku tahu. Tapi, untuk apa kau bertanya?"

Sontak mematung, Aeri seolah mendadak kehilangan kemampuan berbahasanya, kala dia sadar bahwa pertanyaannya itu memang terkesan tiba-tiba dan tanpa alasan.

Dia mau menjelaskan bagaimana memangnya? Rana mana bisa percaya semua keanehan yang ia alami selama ini? Terkait kemampuan itu dan juga pemuda yang ia curigai di tangga tadi pagi, apa dia bisa jamin bahwa Rana tidak akan menganggapnya sebagai bualan semata?

"Aeri?"

"Ehㅡiya? Kenapa?"

"Aku tadi bilang, untuk apa kau bertanya soal itu? Apa ada masalah?"

"Um ... itu, anu ..." Sial. Seharusnya aku memikirkan kemungkinan terburuknya dahulu sebelum benar-benar membicarakan hal ini. Sumpah. Aeri ingin segera menghilang saja kalau begini caranya. "Eung ... aku hanya ... umm ... hanㅡah! Ya, itu ... k-karena kau bilang ... anak itu tidak suka pada Beomgyu yang lebih tenar dibanding dirinya. Oh! Dan kau tahu? Adik sepupuku juga anggota klub musik. Makanya aku, aku ..."

"Makanya kau?"

Oke. Biarkan otak Aeri merangkai kalimat kebohongan untuk saat ini. "Makanya, aku takut kalau sampai orang itu akan berbuat hal buruk pada sepupuku nantinya, sama seperti yang dia lakukan pada Beomgyu dulu. S-setidaknya ... aku bisa memberitahu padanya agar lebih berhati-hati pada orang ini." Gadis itu meneguk ludah. Wah, alasan yang masuk akal! Park Aeri, kau memang cerdas!ㅡ"Yah, adik sepupuku ... terlalu tampan, dan kurasa dia akan terkenal lebih cepat dari yang kukira. Bahkan sewaktu kami baru pindah ke sini saja, seseorang sudah memberikannya surat. Apa itu hal yang bisa ku anggap remeh?" Ia menggeleng. "Tentunya tidak, bukan?"

Mendengar itu membuat Rana hanya bisa menganga di posisi. Mengangguk-angguk. Ikut terbawa alur kebohongan gadis di depannya. "Oke, aku mengerti maksudmu. Juga kekhawatiranmu." Gadis itu menepuk-nepuk bahu Aeri. Berusaha memberinya ketenangan. "Jadi intinya, adik sepupumu itu terprediksi olehmu akan jadi tenar seantero sekolah seperti Beomgyu, dan kau takut jika anggota klub musik yang pernah memukuli Beomgyu itu jadi iri padanya juga dan melakukan hal yang sama, 'kan?"

Aeri mengangguk setuju. Nampak lega kali ini.

"Itu pemikiran yang bagus, Aeri. Kurasa ... itu memang penting untuk berjaga-jaga."

Ah, adegan drama macam apa ini? Kenapa Rana jadi serius sekali?

Aeri menatapnya antusias. Bertanya sekali lagi. "Jadi, siapa namanya?"

+×+


"Orangnya sekelas dengan Beomgyu tahun lalu. Kelas 2-2. Perkelahiannya dengan Beomgyu waktu itu benar-benar nyaris tidak diketahui siapapun karena Beomgyu tidak melawan dan tidak melapor. Beruntung, hari itu seseorang mendapatinya tengah menghajar Beomgyu sampai pingsan di belakang sekolah. Dan setelahnya, kau pasti bisa menebak apa yang terjadi. Umm, biar ku ingat-ingat dulu, kalau tidak salah namaㅡ"

"NUNA!"

"Eish! Kenapa kau suka sekali mengagetkan orang, sih?!"

"Uh? Apa aku membuat kaget? Aku 'kan hanya memanggil. Apa yang salah?"

[1] ZERO O'CLOCK: When The World Stops For A WhileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang