Aku semakin bingung dengan apa yang dia ucapkan apalagi soal keempat penciptaku.
"Jangan dengarkan dia, Ila!" tegur Manjari ketika dia mengantarku ke kamar. "Para penyihir memang jago menipu."
"Apa semua penyihir begitu?" heranku.
"Ya," jawab Manjari. "Itulah mengapa kami melarangmu melihat dunia luar. Karena kamu akan bertemu dengan sosok seperti itu setiap saat."
Pada saat itu, di lubuk hati, aku tahu dia tidak sepenuhnya benar. Kalau semuanya sama, kenapa dunia tidak juga hancur? Logikaku waktu itu begitu sempit hingga aku sendiri tidak bisa memahami.
Dunia luar memang seperti itu? Apa hanya ada satu sifat saja dari penghuni di luar sana? Dari sekian banyak makhluk yang diceritakan? Rasanya janggal.
"Selamat malam, Ila."
Manjari berpaling kemudian menutup pintu kamar.
"Selamat malam, Dama."
Aku pun tidur.
❀❀❀
Pada dini hari, diam-diam aku pergi menemui wanita yang telah dikurung atas dasar kebencian tidak jelas dari keempat penciptaku.
Istana tempat dia dikurung bukan tempat tinggal Sardee sepenuhnya. Keempat penciptaku masing-masing punya rumah sebagai tempat singgah sementara lalu lenyap entah ke mana. Aku sendiri tidak tahu ke mana mereka pergi sebenarnya.
Ketika tiba di istana yang dingin ini, aku mencoba memastikan tidak ada yang berjaga. Anehnya, memang benar tidak ada yang menjaga tawanan itu. Seakan-akan Sardee yakin penyihir ini terlalu lemah untuk diawasi.
Aku mendekati tawanan para penciptaku. Dia masih terlelap tampaknya.
"Halo?" Aku mencoba menyadarkannya yang berbaring membelakangiku.
Tubuhnya tampak menyedihkan tanpa ditutupi kain panjang tadi. Dipenuhi luka bekas cakar atau bisa jadi lebih buruk. Kulitnya yang tadi mulus kini tampak semakin menyakitkan untuk dilihat.
Dia lantas duduk dan menatapku. "Ah, apa lagi ini?"
"Aku anak mereka," jawabku gamblang. "Aku ingin bertanya sesuatu padamu."
"Silakan."
"Bagaimana bentuk dunia luar itu? Tempat asalmu?" tanyaku dengan penasaran. "Apa banyak bahaya di sana?"
Tidak kusangka, dia membalas pertanyaanku dengan lebih santun.
"Dunia luar ... Di sana ada banyak tempat yang indah, bahkan beragam, jauh lebih megah dibandingkan Vanam ini."
"Benarkah?" tanyaku.
Dia mengiakan. "Ada banyak sungai lengkap dengan binatang yang kujamin berbeda dari yang biasanya kalian lihat. Tidak hanya itu, beragam makhluk hidup juga hidup berdampingan dan kupastikan kamu akan berdecak kagum melihatnya. Ada banyak negeri yang perlu dijelajahi, begitu indah dan beragam."
"Contohnya?" Aku semakin tertarik dengan pembahasannya.
"Misalnya dari tempatku berasal, ada tempat di mana engkau bisa makan makanan yang banyak dan lezat. Biasanya aku dapat kari lengkap dengan daging ayam serta bumbunya juga sedap," jawabnya.
Dari tatapannya, aku tahu betul dia tengah menginggat kembali apa yang dialami. Dari situlah aku yakin dia tidak berbohong.
"Lantas, kenapa orang tuaku tidak ingin aku ke sana?" tanyaku pada akhirnya. Memastikan jika semua yang kupikirkan ini ada benarnya.
Wanita itu kemudian menjawab dengan nada yang pelan.
"Mereka menyimpan semua keajaiban di dunia untuk mereka pribadi, tidak mau orang lain memakai. Sungguh egois untuk ukuran makhluk seperti itu."
"Egois?" beoku ragu.
"Di Vanam, ada banyak tanaman indah yang bisa menyembuhkan penyakit," jawabnya. "Tapi, mereka sepertinya tidak mau melihat orang sakit sembuh dan membiarkannya mati."
"Lalu, kenapa Vanam katanya dilindungi?" tanyaku. Ingin mendengar alasan dari sudut pandang yang berbeda.
"Vanam adalah jantung dunia, penyelamat seribu umat. Tapi mereka hanya ingin menikmatinya sendiri."
Aku diam saja. Tidak menanggapi.
"Para penjaga itu egois yang hanya ingin memakai sesuatu hanya untuknya." Wanita itu mengulangi poin tadi. "Maka dari itu, Putri Hutan, engkau bersedia membantuku menyelamatkan seribu orang yang sakit dan dunia?"
Maka, aku pun menjawab.
❀❀❀
The Forest's Daughter
Tamat Arc 1
Cerita akan dilanjutkan dengan arc baru nanti.
Kalian siap?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forest's Daughter [✓]
Fantasy~ Tales of Gods Series ~ Vanam, negeri tersembunyi yang hanya terdiri dari pepohonan serta satwa langka, penuh misteri serta keajaiban. Di negeri Vanam, tinggallah Ila bersama keempat Penjaga Hutan. Mereka hidup dengan damai. Suatu ketika, penyihir...