00 ~ PROLOG

40 4 0
                                    

"ENGGAA! ENGGA MUNGKIN! AYAH! AYAH DENGAR SELLIN KAN! AYAAHHHH!"  suara histeris milik seorang gadis terdengar memenuhi sebuah ruangan. Ia terus mengguncang sebuah tubuh yang sudah terbaring kaku di atas tempat tidur rumah sakit.

Terlihat seorang wanita mencoba menenangkan gadis yang terus menangis itu. "Sellin ikhlas ya nak, ikhlasin ayah ya ada bunda kok disini." bisik wanita tersebut sambil mengusap bahu gadis yang di panggil Sellin tadi.

"BUNDA AYAH BUN?" pekik Sellin keras sambil menatap wajah bundanya yang terlihat jelas menahan tangis. Sellin menggeleng tidak percaya ia sangat berharap semua ini adalah mimpi dan dirinya akan segara terbangun. "DOKTER! JANGAN DI BUKA, AYAH MASIH BAIK-BAIK AJA! DOKTERRR!" teriak Sellin lagi bahkan kali ini suaranya terdengar sangat bergetar begitu dokter melepaskan semua peralatan medis yang melekat pada tubuh ayahnya yang sudah tidak bergerak.

Tap... Tap...
Suara langkah kaki yang sangat tergesa-gesa terdengar memasuki ruangan. Terlihat wanita cantik memakai stelan jas kantor memasuki ruang ICU dan langsung menatap nanar kearah ranjang rumah sakit.

Wanita tadi langsung menghampiri Sellin dan memeluk gadis itu dengan erat. "Sellin yang sabar ya sayang, ada tante disini mulai sekarang kalau Sellin butuh apa apa bilang ke tante ya, tante yang bakal ngegantiin posisi ayah, its okey Sellin jangan sedih."

Sellin tidak menjawabnya, ia hanya menangis dalam dekapan wanita tersebut. Seketika memori Sellin kembali mengulang ketika tengah bersama ayahnya, senyuman sang ayah selalu membuat Sellin bahagia. Sellin tidak pernah membayangkan bagaimana dirinya bisa hidup tanpa sosok ayah. Apalagi Sellin mempunyai adik laki-laki yang baru berusia 1 tahun.

Sellin terduduk lemas seolah kakinya tak kuat lagi menopang berat tubuhnya, ia melihat nisan yang bertuliskan nama ayahnya dengan tatapan nanar. Air matanya masih setia membasahi pipi indahnya. "Ayah tega banget ninggalin Sellin sama Zean, padahal ayah udah janji gak bakalan ninggalin kita! Ayah gak nepatin janji! kenapa ayah bohong! AYAHHHH JAWAB!" sellin terus memukul gundukkan tanah dihadapannya dengan sisa-sisa tenaganya.

Para pelayat sudah meninggalkan pemakaman, hanya tersisa bebarapa keluarga saja yang masih belum beranjak.

"Sellin! Sellin dengerin bunda." tutur bundanya sambil berusaha menghentikan tangan Sellin. Ia menggendong seorang bocah laki-laki tampan yang tidak tahu apa-apa, bocah laki-laki tersebut hanya menatap bingung sambil memandangi semua orang yang menangis. Kemudian bocah lelaki tadi diambil dan digendong oleh tantenya.

"Sellin harus kuat ya nak, ayah pasti sedih kalau ngeliat Sellin nangis gini." ujar bunda Sellin yang juga sudah terisak hebat sambil memeluk tubuh mungil anak perempuannya ini. Ia mengerti betul perasaan Sellin, anak seusia Sellin pasti sangat membutuhkan sosok ayah.

"Its okey Sellin." tutur wanita yang menggendong Zean, bocah kecil tadi sambil mengusap bahu Sellin lembut.

"Permisi apa benar ini keluarga Anton Siregar." suara berat milik seseorang terdengar, semua yang berada disana segera menatap sang pemilik suara. Terlihat seorang pria bertubuh tegap menatap kearah Sellin. Namun dengan cepat Sellin membuang tatapannya.

"I- iya pak benar, saya kakaknya." ujar wanita yang berdiri di samping Sellin. Wanita yang menggendong Zean tadi.

"Maaf sebelumnya almarhum Anton selaku direktur di SR group terbukti telah menipu investor dan menggelapkan dana, saat ini saya minta keluarga terdekat ikut dengan saya."

Bunda Sellin yang bernama Sarah itu terkejut begitu mendengar penuturan pria asing ini barusan. Tidak hanya Sarah semua keluarga yang berada disana juga sama terkejutnya. Bagaimana bisa selama ini mereka mengenal Anton adalah sosok yang baik, sopan bahkan Anton selalu menyumbangkan kekayaannya ke pihak-pihak yang membutuhkan. Ia juga termasuk jujur dalam menjalankan bisnis tak ayal jika SR group yang diturunkan ayahnya (kakek Sellin) dapat berkembang dan berjalan menjadi perusahaan yang sukses.

"Bapak pasti salah orang, almarhum suami saya gak pernah dan gak mungkin ngelakuin hal keji seperti itu! saya tau betul pak. Bapak punya bukti apa!" seru Bunda Sarah menekankan setiap kata-katanya. Tangannya mengepal menahan emosi. Bagaimana bisa orang ini memfitnah suaminya, ia tidak terima.

"Sarah kamu tenang dulu, bapak bisa bawa saya untuk di introgasi jangan ganggu anak atau istri almarhum, mereka masih dalam suasana berduka. Mohon dimengerti." ujar Tiara yang merupakan kakak Anton.

***

SELLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang