days 1

13 2 0
                                    


Adina mengikuti langkah panjang Aron sambil menggerutu kesal karena pria tersebut tidak peka dengan keadaannya.

Bayangin kaki pendeknya harus mengejar langkah panjang Aron, belum lagi ia menggeret sebuah koper berisi keperluannya selama 30 hari kedepan. Bahkan pria tersebut tak ada inisiatif untuk membantu.

" Jangan megumpat dibelakang saya!" Ujar aron tajam tanpa melihat ke belakang sekedar melihat kondisi Adina yang menyedihkan.

Tiba-tiba Langkah Aron terhenti di depan sebuah pintu. setelah memasukkan kode password apartemennya, Aron melangkah masuk tanpa mempersilahkan Adina yang melongo di depan pintu menatap punggung tegap tersebut.

Sabar Adina, baru hari pertama.

Mengangkat dagu, Adina melangkah masuk dengan percaya diri seolah itu adalah tempat tinggalnya juga.

Sesampainya didalam, Adina berdecak kagum dengan kemewahan dan interior apartemen Aron.

Menghiraukan keberadaan Aron yang entah dimana, Adina memilih menelusuri tiap ruangan. Mengagumi setiap lukisan yang terpajang rapi. Bahkan didapur pun ada beberapa lukisan klasik yang indah.

Adina tidak peduli dikatakan kampungan ataupun katrok, karena memang ia belum pernah melihat hunian seindah ini. Walaupun rumah dara juga mewah tapi dekorasinya tak seindah ini.

Beranjak dari dapur, Adina tertarik dengan sebuah pintu kaca yang bisa Adina tebak itu adalah balkon. Di dorongnya pintu tersebut dan mulai detik ini sampai 30 hari kedepan spot ini menjadi tempat favorit Adina. 

berdiri bersandar pada pagar besi setinggi perutnya, Adina merentangkan tangan menikmati angin pagi dari lantai 45.

Matanya di manjakan dengan Berbagai gedung pencakar langit yang membentang di hadapannya. Sungguh, ia tak sabar untuk  menjelang malam hari nanti.

Di balkon ini juga terdapat sebuah sofa panjang yang bisa digunakan untuk berbaring. Adina tersenyum membayangkan 30 hari kedepan akan menyenangkan.

" apa kamu akan tetap berdiri di situ hinggah malam" Adina berdecak kesal mendengar suara aneh itu. Dengan menghentak kaki kesal, Adina berjalan melewati Aron mengabaikan pria tersebut. Ia masih kesal dengan kelakuan Aron yang tidak membantunya tadi.

Tidak tau diri emang kamu Adin.

Aron mengernyit bingung melihat tingkah Adina yang menurut nya aneh. Perasaan ia tidak melakukan kesalahan, kenapa gadis itu terlihat kesal.

Begini yang ia tidak suka berurusan dengan kaum wanita , terlalu rumit.

Aron pun menyusul langkah Adina, dilihatnya wanita itu berseliweran kesana kemari mencari sesuatu.

" Barang-barang mu sudah saya pindahkan ke kamar dilantai dua" ujar aron saat melihat Adina yang kebingungan sendiri.

" Kenapa nggak bilang si pak, kan saya nggak usah nyari-nyari dari tadi" ketus Adina.

" Terserah"

Dari pada meladeni Adina yang sudah membuatnya pusing di hari pertama, Aron memilih melangkah ke arah dapur. Saat ini perutnya sudah meraung kelaparan karena sedari tadi belum menyentuh makanan karena Adina memaksa untuk menjemput dirinya di pagi buta.

🍁

Adina yang baru memasuki kamar Aron seketika merinding, karena aroma khas pria tercium pekat disekitarnya.

Maafin aku ma, anak mu sudah berani masuk ke kamar laki-laki bukan mahramnya.

Beda dengan ruangan lain, justru kamar ini terkesan angker. Dindingnya dicat berwana abu-abu, gorden kamar juga abu-abu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

30 days with Mr (gay?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang