Menyakitkan, Laki-laki dewasa berparas naif itu duduk memegang kepalanya, menjambak rambutnya kasar.
"Lagi? Hal sama yang terus berulang. bagimu menyesakkan bukan, tapi mengapa terus kau perjuangkan?"
"Belum puas juga, terus menyudutkan dirimu sendiri demi dirimu yang fana?"
"Tapi, ini kemauan mereka. aku bisa apa, ha?"
"Terus saja kau bersikap munafik bodoh! jika sudah seperti ini, siapa yang akan menyemangatimu? mereka mendukung mu?"
laki-laki itu terus bergelut dengan bayangan pikiran yang dia ciptakan. selalu menyalahkan dirinya dan menyesalkan setiap perlakuan orang lain terhadapnya.
Dia, terlalu takut untuk menolak hal-hal yang tidak dia sukai, beralasan dia tidak ingin orang lain kecewa terhadapnya. Wajahnya masih sama seperti 12 tahun silam. Tapi, kecemasan dan kekhawatiranya terus bertambah beriring dengan usianya.
Terkadang, orang lain bisa menerimanya belum sepenuhnya sebagai dirinya. Kesukaanya pada sesuatu, Ketidak tertarikanya pada beberapa hal, bahkan begitu banyaknya tekanan mental dan fisik masih dia bungkam tanpa mereka paham.
"Apa dunia sepenuhnya membenciku?"
"Ya! bukan dunia yang membencimu, tapi kau yang mencoba melawan semesta dengan segala kesedihan yang kau buat"
"Kau memang egois! tak pernah mendengarkan apa yang hati kecilmu harapkan. Kau juga bodoh! terlalu meninggikan ekspetasi yang bahkan tak pernah terjadi,"
"Tak apa, asal kau selalu disini. menemani saat aku sedang seperti ini"
"Lihat? bahkan kau tak pernah berkaca, lantas mengapa kau selalu menyalahkan dunia?"
Dia menarik napas berat lalu membuangnya, pikiranya tak pernah salah sasaran. Ia membeku, merasakan desiran angin malam. Wajahnya semakin memilu mengingat setiap hal dengan jelas yang selalu ia alami itu.
**
𝗷𝗼𝘂𝘀𝗸𝗮 ;
(n) ❛ ❛𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚔𝚊𝚙𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚘𝚝𝚊𝚔 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒
KAMU SEDANG MEMBACA
ESEDENSIES
Teen FictionDia, membenci pelangi. Tapi selalu menikmatinya. "Terlalu berwarna untuk dunia yang begitu abu-abu" jawabnya setiap kali ditanya. • on going • #start 17 agustus 2021