Chapter 5: Descartes dan Paulus

13 2 1
                                    

Sekarang sudah hampir jam 10 pagi. Setelah selesai mengobrol dengan Yumi di telepon tadi, aku merasa lebih baik dan berendam di bak mandi yang airnya sedikit kelewat panas. Gara-gara surat ancaman itu, aku ketakutan sampai tidak ingat kalau sedang memanaskan air untuk mandi. Untungnya, Yumi meneleponku dan saat itulah, aku baru teringat. Sewaktu mematikannya, airnya sudah panas sekali dan aku membiarkan baknya terbuka saat menelepon untuk mendinginkan airnya. Kalau tidak, bisa jadi kepiting rebus aku.

Lalu sekarang, aku sedang menghubungi petugas keamanan untuk mendapatkan kunci masuk ke kantor. Dengan alasan keadaan darurat dan ada barang penting yang tertinggal, aku berhasil mendapat kunci untuk masuk dan mengambil tab itu. Supaya lebih cepat, aku memilih pulang naik taxi meski harganya lebih mahal.

Sesampainya di apartemen, hal pertama yang kulakukan adalah memsan layanan pesan antar McD untuk sarapan sekaligus makan siang dan membuat kopi. Setelahnya baru aku berkonsentrasi di ruang tamu untuk memecahkan kode itu sambil duduk lesehan di lantai.

Sekali lagi aku membaca sandi itu, yang isinya,
Because reason... is the only thing that makes us men, ... [ karena alasan... adalah satu-satunya hal yang menjadikan kita manusia ] - Descartes.
Paulus merasa dirinya tidak berguna tanpa hal tersebut.

Selama setengah jam, aku terus memikirkan jawabannya tanpa sadar kalau makananku sudah habis. Aku berdiri dan berjalan ke dapur untuk membuang sampah bekas makanku di tempat sampah dan mengisi kembali kopiku yang sudah habis.

Waktu terus berjalan sementara aku hanya duduk diam dan berpikir tanpa menemukan jawaban apapun. Entah pertanyaan ini yang terlalu susah atau aku yang tidak pandai berpikir. Sudah jam 2 lewat dan sekarang aku lelah. Aku bisa merasakan kepalaku berdenyut dan sudah beberapa kali aku memijit pelipisku. Lalu, ini kesekian kalinya aku mengisi ulang kopiku.

Saat berjalan ke ruang tamu, pintu balkon yang tertutup tirai sampai ke lantai itu menggodaku. Kupikir aku butuh sedikit refreshing untuk bisa berpikir lagi, jadi aku membuka pintu balkon dan berdiri di dekat pembatas dengan cangkir kopi yang ada di tangan kananku. Suasana kota terlihat suram karena awan mendung dan angin dingin yang bertiup. Aku menghiraukan suhu yang dingin itu karena bisa kuakui, ini mengurangi denyut di kepalaku. Setelah beberapa saat hanya diam saja, aku kembali masuk dan merasakan kehangatan menjalariku.

Namun, bukannya berjalan lurus ke ruang tamu, aku berbelok ke kamar untuk mengambil laptop. Aku mulai mencari petunjuk di google, karena berpikir saja tidak membuat perubahan, meski aku sedikit ragu akan menemukan sesuatu yang membuatku puas. Pertama, aku memasukkan kata 'Descartes' di kolom pencarian. Hasil yang kutemukan terlalu luas. Semua website memunculkan biografi tokoh itu.

Lalu, aku mempersempit pencarianku dengan menambah 'because reason is the only thing that makes us men'. Hasil pencariannya cukup membantuku. Ternyata quote itu memiliki sambungan dan lengkapnya seperti ini,

Because reason... is the only thing that makes us men, and distinguishes us from the beasts, I would prefer to believe that it exists, in the entirety, in each of us...
[ Karena alasan... adalah satu-satunya hal yang menjadikan kita manusia, dan membedakan kita dari binatang, saya lebih suka percaya bahwa itu ada, secara keseluruhan, dalam diri kita masing-masing... ]

Tapi, hasil yang muncul hanya sebatas itu. Tidak ada petunjuk lainnya dan sepertinya aku harus memikirkan jawabannya sendiri. Aku kembali memasukkan kata kunci lainnya. Yang kucari adalah baris setelahnya: Paulus merasa dirinya tak berguna tanpa hal itu. Lalu, hasilnya? Terlalu acak, tidak ada jawaban yang kuinginkan.

Apa alasan yang menjadikan kita manusia? Apa yang membuat Paulus merasa tidak berguna tanpa hal tersebut?

Setelah berpikir beberapa detik, aku mencoba mengetikkan jinsei (hidup) sebagai jawaban di tab itu. Sebenarnya itu hanya tebakan iseng dan iseng-iseng juga aku mengetikkannya. Aku penasaran apa yang akan muncul jika aku menjawabnya secara asal. Setelah 3 detik, ada pesan yang masuk.

Pengirim misterius
Kotae wa machigatte imasu (jawabannya salah).

Haha. Aku menertawakan jawaban isengku. Ya, tentu saja jawabannya bukan hidup. Kalau hidup, tentu tidak membedakan kita dari binatang. Jawabannya adalah sesuatu yang bisa membedakan kita dari binatang, dimiliki setiap orang dan bisa membuat Paulus merasa berguna karena memilikinya. Aku mencoba mengetikkan jawaban lainnya, riyuu (akal) dan itu juga bukan jawabannya. Setelahnya, muncul pesan lagi darinya.

Pengirim misterius
Hint: 1 huruf

Setelah mendapat hint, aku terpikir jawaban lainnya, kokoro (hati). Kokoro ditulis dalam satu huruf kanji, tapi jawabannya masih salah. Sudah lima kali salah, aku merasa sedikit kesal. Kuletakkan tab itu di samping laptop dan menyandar ke sofa yang ada di belakangku.

Aku memejamkan mataku beberapa menit, dan tiba-tiba berjalan kembali ke kamarku. Ini adalah satu-satunya barang yang bisa kuandalkan sekarang, kamus bahasa Jepang. Kamus itu kuletakkan di atas meja setelah menepikan laptop dan tab. Beberapa lembar kertas dan pulpen kutaruh di samping kamus untuk mencatat kata-kata yang mungkin jawabannya.

Halaman pertama, dimulai dari kata yang berawalan huruf 'a'. Setelah melihat beberapa kata, aku mulai menuliskannya di kertas. Karena hanya perlu kata yang satu huruf saja, aku langsung melewati kata yang lebih dari satu huruf. Tak butuh waktu lama, aku sudah memenuhi dua lembar kertas dengan kata yang berhubungan. Aku kembali menyortir jawabannya dan menyisakan tiga kata, ai (cinta, kasih), Kami (Tuhan), dan kon (semangat).

Aku mengirimkan jawaban dari urutan paling bawah. Kon, bukan jawabannya. Kami, salah juga. Dalam hati, aku berharap semoga jawabannya ai. Karena kalau jawabannya bukan itu, aku harus berpikir lagi dari awal. Jantungku dag-dig-dug saat akan menekan tombol kirim dan menunggu balasannya yang rasanya seperti satu abad. Lalu, begitu pesannya masuk, aku seperti bisa merasakan seluruh darah di tubuhku mengalir cepat ke kepalaku.

Akhirnya! Ketegangan itu menghilang sudah dan beberapa detik kemudian, muncul pesan baru yang berisi posisinya sekarang.

Pengirim misterius
35.671975 139.69768536
Aku duduk di atas kursi di bawah pohon. Ah, jangan lupa bawa payung!

Tidak dibilang pun, aku akan membawa payung. Langitnya sudah mendung sejak tadi, nanti pasti akan hujan. Setelah memakai mantel, aku memastkan sekali lagi tempat yang akan aku tuju lewat google map. Harusnya ini tidak salah, titik koordinat itu menunjuk pada Yoyogi Kouen.

Udara dingin ini sedikit menghambatku, tapi akhirnya aku sampai juga di sana. Dengan cepat mataku menemukan bangku pertama yang ada di bawah pohon. Langkahku melambat begitu kulihat seseorang duduk di sana. Tapi, tak lama kemudian, saat aku hampir dekat dengan bangku itu, orang itu pergi. Seorang pria-mungkin-dengan jaket tebal berbulu, masker, dan topi. Dia juga memakai kacamata, jadi aku tidak jelas dengan wajahnya. Begitu orang itu meninggalkan bangku itu, aku bisa melihat dengan jelas sebuah kotak di atasnya. Apa orang itu meninggalkannya? Aku berusaha memanggilnya sambil sedikit mengejarnya. Tapi, orang itu tidak mendengarku. Aku segera berlari ke bangku tadi begitu menyerah dengan orang itu.

Kenapa orang itu ada di sini tadi? Apa dia yang mengirimkan sandi itu padaku? Dan kotak ini? Ada sesuatu yang tertulis di sana.

Omedetou[1], Koshimizu-san. Ini hadiahku untukmu. Maaf karena belum saatnya kita bertemu, mungkin lain kali. Semoga harimu menyenangkan. Oh ya, Koshimizu-san, mengasihi berarti memaafkan. Memaafkan orang lain dan diri sendiri.

Memaafkan orang lain, siapa yang dimaksudnya? Aku pulang ke apartemen setelah membaca tulisan itu bersama kotak yang kutemukan meski tidak tahu apa isinya. Hujan turun setelah aku menjauh dari taman.

Saat berjalan pulang, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Kenapa dia memilih menunggu di taman dengan udara sedingin ini? Belum tentu aku akan berhasil menemukan jawabannya. Jika aku tidak mendapat jawaban, maka dia akan ada di sana sampai malam?

Tbc 🎋

[1] Selamat

Your Touch in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang