11. Dreamis

164 30 4
                                    

.

.

.

Didalam sini, hanya ada 10 manusia, tetapi entah kenapa rasanya aku sedang berada dipasar. Bahkan, kurasa pasar tidak seribut dan serusuh ini.

Aku hanya geleng-geleng melihat tingkah member Dream yang lari kesana-kesini sambil berteriak. Padahal, mereka baru saja selesai latihan koreografi untuk comeback. Bukannya istirahat, mereka malah merusuh disini. Walau aku sudah 3 bulan lebih menghadapi tingkah mereka, tetapi kayaknya aku masih kena culture shock oleh tingkah mereka.

"Kamu mau tetap disini Yoora?"- Tanya salah satu pelatih yang tadi mengajari member Dreamis.

Aku berdiri dari dudukku sambil mengangguk, "Iya, saya nungguin Jeno. Kakak mau langsung pergi?"-

"Iya, kita mau langsung ke bawah. Kita duluan ya Ra.."- pamit kedua pelatih itu lalu pergi meninggalkanku bersama ke-7 makhluk tampan ini.

Aku pergi untuk memunguti topi dan hoodie Jeno yang tercecer dilantai. Ia sedang asik bermain dengan membernya. Entah, jangan tanya mereka sedang apa. Kalian pasti tau bagaimana rusuhnya member Dream jika sudah berkumpul seperti ini.

Terkadang aku heran, mereka semua bukan lagi anak laki-laki, tapi tingkahnya tidak jauh dari anak-anak disekolah dasar. Terutama Haechan, tingkahnya benar-benar sangat mencengangkan.

Seperti sekarang, dia sedang meledek Renjun yang tidak menyisir rambutnya dan membuang kupluk Renjun hingga nyangkut diatas plafon. Lalu ia malah berlari mengelilingi ruang latihan karena dikejar Renjun. Lain lagi dengan Chenle, dia sibuk berebut memeluk Mark dengan Jisung. Aku kasihan melihat Mark yang sampai menutup telinganya karena ada duo bayi besar yang sedang berteriak memperebutkan dirinya.

Aku duduk dilantai, meluruskan kakiku sambil masih menyaksikan kelakuan ajaib member Dream. Aku tidak tau apa yang sedang Jeno lakukan dengan Jaemin, sepertinya mereka sedang curhat atau sedang membicarakan sesuatu. Apakah kalian pikir mereka berdua lebih tenang dari yang lainnya? Tidak! Sama saja, mereka semua sama aja. Berisik!

Haechan berlari kearahku diikuti Renjun dibelakangnya.

"Yoora, tolong selamatkan aku!!!!"- Haechan berteriak, namun sayangnya ia berhasil tertangkap oleh Renjun. Dan mereka berdua malah gelud dihadapanku.

"Kalian nggak capek apa berantem terus?"- tanyaku.

Haechan dan Renjun menjeda sebentar aktifitasnya, menatapku. "Nggak.!"- jawab mereka serentak. Lalu keduanya saling pandang seakan senang karena mempunyai jawaban sehati.

Dan kalian tau, mereka sekarang malah berpelukan dan tertawa seakan tidak terjadi apa-apa barusan. Secepat itu baikannya? Padahal barusan udah kayak mau perang dunia.

Nggak salahkan kalau aku bilang, mereka itu ajaib? Dan kadang aku juga mikir, apa mereka punya kepribadian ganda ya?

Iya, kadang mereka memang serusuh ini, tapi kadang mereka semua dingin, dan kadang juga galak. Pokoknya, aku masih belum tau gimana karakter asli mereka semua.

"Ra, beliin minum dibawah dong."- kata Haechan, menyuruhku.

"Eh, aku nitip milk tea juga dong."- Renjun ikut-ikutan.

Kebetulan juga haus sih, aku akhirnya mengiyakan permintaan mereka. "Kamu mau apa Chan?"-

"Aku taro milk tea aja deh."- jawab Haechan.

"Okay."- aku berdiri dari dudukku.

"Nanti pas bayar, bilang atas nama kami ya. Jangan pakek uang kamu."- Tambah Haechan.

Forbidden Rencard | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang