15. For Us

737 118 11
                                    

Gercep kan ya udah Update lagi.

Bayar parkir dulu coba haha.

Udah siap ketemu Alwi-Almira-Lentera?

Udah siap ketemu Alwi-Almira-Lentera?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Alwi meraih jaket dan kunci mobilnya. Ia gegas keluar kamar dengan pakaian kasual. Kaus hitam dipadu jeans dengan warna senada. Ia mengetuk pintu kamar Antari. Malam ini keduanya akan menikmati suasana pasar malam setelah sekian lamanya ia terlalu sibuk di dunia kedokteran.

"Abang, pokoknya nanti Antari beliin gula-gula kapas, boneka, terus temenin naik bianglala, terus ..." ocehannya saat membuka pintu. Alwi hanya menatap datar.

"Oh iya, naik kora-kora!" seloroh Antari.

"Nggak." tegas Alwi. Ia tidak menyukai wahana tersebut.

"Cemen!" cibir Antari. "Padahal seru loh, kalo nggak mau ikutan naik ya udah Antari beliin I-Phone sekarang. Hp Antari udah lemot nih." pintanya dengan raut dibuat sedih.

"Minta ke Om Ikhwan lah, saya tidak ada uang segitu banyak buat beli I-Phone." ujarnya malas.

"Pelit banget!" Antari mencubit lengan Abangnya dengan kesal. "Buruan jadi ke pasar malam nggak?!" Antari menghentakkan kakinya.

"Dari tadi kamu ngomel, saya sudah siap dari sebelum kamu keluar kamar." gumam Alwi menggeleng lelah.

"Tapi nanti Abang harus ke capit boneka ya? Antari maunya boneka yang di kotak itu, harus yang itu ya?" Alwi menghela napas. Baru kali ini keponakannya itu bawel. Sebenarnya dari awal juga sudah bawel, hanya saja ini kali pertama Alwi merasa lelah mendengarkan ocehan Antari.

"Abang, gimana kabar Lentera?" tanyanya sembari memasang seat belt.

Mendengar namanya, terbayang wajah gadis itu. Muram namun juga ekspresif. Selalu terlukis dalam ingatan Alwi saat gadis itu berucap dengan ekspresi marah, terlihat menggemaskan.

"Malah bengong," celetuk Antari.

"Baik," jawab Alwi yang kemudian direspon helaan napas oleh keponakannya.

"Besok boleh ikut Abang nggak?" tanyanya.

"Kamu punya teman kan? Libur kan bisa kamu gunakan buat jalan-jalan sama teman kamu, jangan ikut saya." ujar Alwi dengan pandangan fokus pada jalanan.

Antari mencebik. Menatap Abangnya dengan dongkol. "Abang nggak tahu ya? Antari kan nggak punya temen deket. Mereka nggak mau kalo Antari ikutan kumpul, sedih kan? Makanya Antari kerjaannya ngedrakor." keluhnya.

"Memangnya kenapa? Kamu nggak terlihat buruk untuk dijauhi," ucap Alwi.

"Ya nggak tahu! Antari juga kesel. Salah apa sih sampe Antari nggak di temenin," sahutnya.

My Perfect PsikiaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang