⸙͎ Tadaima

256 47 39
                                    

Tadaima

Pair: Hyakkimaru x Dororo

Setting: Canon

Genre: Friendship, Family.

Fandom: Dororo

Happy Reading!











Tadaima











Kedua manik cokelat itu menatap langit cerah yang berhias ulasan putih di atasnya. Sesekali, Ia menutup matanya, merasakan terpaan dan nyanyian angin yang menerpa tubuhnya.

Tidak banyak yang mengenalnya, walaupun dia adalah pangeran pertama kerajaan Daigo. Tidak banyak yang mengetahui keberadaannya, walaupun tanah Daigo makmur untuk sementara karena pengorbanannya. Namun, Hyakkimaru tidak peduli. Selama perempuan itu tak melupakannya, selama gadis yang telah berkelana dengannya itu selalu mengingatnya, hal itu sudah lebih dari cukup bagi pria tersebut.

Berapa lama Ia telah meninggalkan gadis itu? Entahlah, Hyakkimaru juga penasaran, seperti apa Dororo saat ini? Bagaimana kabar gadis itu? Apa yang dilakukannya selama Ia pergi? Apakah Dororo sudah menemukan pasangannya?

Pertanyaan terakhir dalam benak Hyakkimaru membuatnya menurunkan pandangannya, menatap lurus ke depan.

Apakah Dororo sudah melupakannya? Bagaimana jika Dororo menemukan pria yang lebih baik darinya?
Akankah Dororo mengabaikannya setelah menemukan pasangan hidupnya?

Segera Ia tepis jauh jauh pikiran itu. Hyakkimaru juga tidak tahu kenapa Ia merasa tidak rela Dororo-nya diambil orang lain. Dororo adalah keluarganya, orang yang disayanginya, dan perempuan yang telah menjaga sisi kemanusiaannya. Pria bersurai cokelat itu tidak mau jika Dororo diambil orang lain.

Hyakkimaru menyayangi Dororo. Itu sebabnya Ia meninggalkannya di desa. Manakala jika dia jatuh kembali ke dalam kegelapan, Hyakkimaru tidak akan membuat gadis itu dalam bahaya. Dororo akan lebih aman, ketika Ia menjalani kehidupan normalnya di desa.






Lamunan panjangnya terhenti ketika samar-samar, suara langkah kaki diatas jembatan terdengar oleh telinganya.

Hawa kehadiran ini, sama persis dengan orang yang tengah dipikirkannya. Hyakkimaru menunduk, sudut bibirnya terangkat ke atas. Dororo masih mengingatnya, Dororo sanggup menunggunya. Perasaan senang memenuhi hati pria itu.

Hyakkimaru menoleh ke belakang, menunjukkan senyum hangat yang jarang Ia gunakan.

Tampak seorang gadis berlari ke arahnya dengan terburu-buru. Rambutnya bergoyang mengikuti arus lari, iris cokelatnya mengeluarkan air yang tersapu oleh angin yang melawan arus.

Pria itu berbalik sepenuhnya sambil mengulurkan tangan, berharap mendapat pelukan hangat setelah beberapa lama berkelana.

***

Dororo terus berlari, berusaha menggapai orang di depan. Air mata bahagia juga haru tak bisa ditahannya lagi. Perasaan senang, juga kesal tak bisa Ia tentukan dengan pasti. Yang jelas, Dororo rindu. Dia merindukan Aniki-nya.

Semakin dekat dan dekat. Tanpa aba-aba, gadis itu memeluk Hyakkimaru.

Kalau saja keseimbangan tubuh pria itu buruk, sudah dipastikan dia akan terjungkal ke belakang saking kuatnya tubrukan itu.

Hyakkimaru sedikit terkejut dengan kekuatan gadis satu ini. Bahkan, ia sempat bertanya-tanya, apakah benar dia adalah Dororo?

Tangan pria bermanik cokelat itu terangkat, membalas pelukan Dororo sambil mengelus rambutnya. Perempuan yang Ia peluk sudah berubah, tingginya, kekuatannya, dan wajahnya. Semuanya tampak berbeda dibanding dengan yang Ia lihat dulu.

***

Air mata gadis itu turun semakin deras. Seluruh pemikiran negatifnya tentang Hyakkimaru yang tidak akan kembali sirna seketika.

Dororo ingin marah, dia kesal. Ingin rasanya Ia melempar Aniki-nya ke sawah. Namun Dororo tidak bisa. Rasa rindunya telah mengalahkan amarah yang bergejolak dalam hatinya.

Setelah puas melepas rindu, mereka saling mengendurkan pelukan. Tangan Dororo yang tadi memeluk Hyakkimaru erat kini tengah sibuk menghapus air mata yang terus bercucuran.

"Baka, Aniki! Kau pikir berapa lama aku menunggumu?!" Ucapnya sambil terisak.

Tidak ada jawaban, hanya ada kedua ibu jari sang Aniki yang mengusap air mata gadis itu, "Tadaima, Dororo."

Hyakkimaru tersenyum, bahkan suaranya yang cempreng pun telah berubah. Tak lama kemudian, Ia menggosokkan jidatnya ke kepala Dororo, tradisi dadakan yang mengungkapkan rasa sayang, "Dororo, kau cantik."

"Baka! Apa yang kau katakan di saat seperti ini?!" Tak bisa dipungkiri lagi semburat merah muncul di pipi perempuan bermanik cokelat itu yang hanya dibalas senyuman tanpa dosa Hyakkimaru.

Gadis itu kembali menangis. Mengeluarkan rasa kesal yang telah Ia pendam selama bertahun-tahun sambil memukuli dada Hyakkimaru.






Kedua insan itu kembali melepas rindu. Ditonton oleh kilau keemasan padi siap panen dengan angin yang menerpa mereka berdua, seolah merayakan pertemuan Hyakkimaru dan Dororo setelah sekian tahun.











Kritik, saran, dan komen sangat dianjurkan U_U.

Terimakasih sudah mau mampir^^.

Selamat hari kemerdekaan juga 🇮🇩❤🤍

Selasa, 17 Agustus 2021

⸙͎ Tadaima || MaruDoroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang