36. Love You Like You Love Me Too

1K 105 16
                                    





Rambut panjangnya yang indah di biarkan tergerai begitu saja,  baginya tidak ada hal yang jauh lebih penting daripada pria tampan yang kini terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Jieun berlari keluar rumahnya bahkan di saat matahari belum menampakkan cahaya terangnya untuk menyinari setiap sudut dunia.


Jieun terus berlari, tidak menghiraukan teriakan sang suami yang mengejar dirinya dari arah belakang. Jinggo di buat khawatir saat melihat wajah panik istri cantiknya  yang tiba-tiba saja terbangun dari tidur. Wanita cantik itu bahkan tidak sempat membasuh wajahnya dan juga mengenakan pakaian hangatnya sebelum ia keluar dari rumah di pagi buta.

.

"sayang, kumohon berhentilah berlari. Kau bisa jatuh jika berlari kencang seperti itu "

Jieun menggelengkan kepalanya, tidak berniat untuk menghentikan kakinya dan bahkan juga laju dari larinya. Ini benar-benar situasi yang sangat darurat. Karena kondisi Jungkook saat ini bisa di bilang hampir sekarat. Mungkin saja kan pria itu sedang menunggu kedatangannya? Jieun tahu betul sebesar apa pengaruh dirinya bagi kehidupan Jungkook. Apalagi pria itu pernah memiliki perasaan khusus untuk dirinya. Jieun adalah cinta pertama Jungkook. Cinta masa muda yang sayangnya dengan begitu mudahnya langsung tergantikan posisinya di hati Jungkook oleh kehadiran pria berparas cantik bernama Jimin.


Jujur, Jieun sempat merasa kecewa saat mendengar keputusan Jungkook waktu itu yang dengan tiba-tibanya datang dan mengatakan padanya jika ia berniat untuk menikahi pria yang bahkan belum lama ini ia kenal. Jieun tidak setuju apalagi setelah melihat bagaimana perangai asli Jimin saat pria itu berada di luar profesinya sebagai seorang publik figur, aktor yang dalam sekejap mata langsung meraih popularitas tinggi berkat kepiawaiannya  dalam hal beradu akting dan juga karena keindahan parasnya yang sempat di gadang-gadang melebihi kecantikan seorang wanita.  Jieun akui, Jimin memang terlihat sempurna saat ia berada di luar rumah namun pria itu bisa menjadi iblis dalam waktu yang relatif singkat saat ia bersama dengan Jungkook. Tak ada perlakuan manis yang di terima oleh Jungkook, melainkan  makian dan juga hinaan yang harus ia telan setiap harinya.

Namun karena cintanya yang begitu besar pada Jimin membuat Jungkook memilih bertahan dengan pria itu,  berharap jika suatu hari nanti Jimin akan merubah sikapnya. Dari hari ke hari jauh lebih menghargai kehadiran Jungkook dan melengkapi kekurangan yang ada pada dirinya. Baik itu sebagai seorang pasangan maupun sebagai teman hidup sekalipun. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Jungkook tahu jika sebenarnya Jimin itu adalah pria yang baik.

' sebenarnya tidak ada orang jahat di dunia ini namun karena keadaan dan juga lingkungan tempat mereka tinggal yang kemudian memaksakan mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang buruk. Semua orang baik jika saja kita bisa lebih memahami kehidupan mereka.'



Jinggo hampir saja menyerah untuk mengejar Jieun tapi untungnya wanita itu mau mendengarkan permintaannya kali untuk tidak kembali meneruskan larinya. Jinggo menghela nafas panjang saat melihat istrinya itu berjongkok di pinggir jalanan dengan bahu mungilnya yang tidak berhenti bergetar. Jinggo pikir ada sesuatu yang tidak beres dan sekarang waktunya ia untuk bertanya pada Jieun.


Jieun mendongakkan wajahnya ke atas, tak ragu menunjukkan pada pria di depannya tentang seberapa berantakannya penampilannya saat ini. Rambutnya yang acak-acakan karena tidak sempat di tata dan juga wajahnya yang kusam karena baru saja bangun tidur. Jieun tidak malu dengan semua itu karena ia tahu Jinggo menerima dirinya apa adanya. Hanya pria itu yang benar-benar mencintai setiap kekurangan yang ada pada Jieun.


"Sekarang katakan padaku, hal apa yang membuatmu jadi sepanik ini? " Air mata yang mengalir di pipi Jieun di hapus pergi. Wanita itu bahkan tidak menghentikan tangisnya bahkan di saat Jinggo memeluk tubuhnya sekalipun.


"J-jungkook, dia masuk rumah sakit lagi." Dan saat itu juga Jinggo jadi tahu jika ia tidak akan pernah bisa menjadi pemenang. Karena hingga detik ini Jieun masih menyimpan rasa untuk Jungkook.




.

                            🍃🍃🍃








"Dokter, tolong katakan bagaimana kondisi suamiku sekarang. Dia baik-baik saja, kan? Mata yang sembab dan juga tubuh yang menggigil bahkan tak di hiraukan olehnya. Karena bagi Jimin kondisi Jungkook saat ini jauh lebih penting daripada kondisinya sendiri. Ini bukanlah apa-apa, rasa sakit di tubuhnya bahkan tak akan pernah bisa sebanding dengan semua rasa sakit dan juga penderitaan yang telah Jungkook alami selama hidup dengannya.


" Bagaimana jika anda di rawat juga, Tuan.
Saya pikir  keadaan anda saat ini tidak jauh lebih baik dari keadaan Tuan Jungkook. " Jimin menggeleng kencang, itu bukan keputusan yang baik untuk saat ini. Bagaimana jika ia tidak di sini dan Jungkook tiba-tiba mencarinya. Jimin tidak ingin membuat  pria itu khawatir karena dirinya.


"bagaimana bisa dokter mengatakan hal itu padaku, lalu siapa yang akan menjaga suamiku jika aku tidak ada di sini. Apa dokter tidak lihat, aku baik-baik saja. " ucapnya sambil menyentuh dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

Dokter muda yang bernama Kim Namjoon itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Jimin adalah salah satu pasien yang keras kepala. Sudah lama Jimin tidak melakukan kunjungan ke rumah sakit karena setahu Namjoon pria itu sempat di rawat di rumah sakit jiwa yang letaknya kebetulan berada tidak jauh dari rumah sakit tempat Jungkook di rawat saat itu. Tidak ada satupun orang yang pernah mengatakan  Jika Jimin adalah orang yang sehat secara fisik maupun mentalnya. Jimin tidaklah jauh beda dengan Jungkook, ia masih dalam tahap pemulihan pasca trauma yang ia alami di masa lalunya. Bukan hanya itu melainkan juga dengan penyakit lain yang diam-diam ia derita selama 5 tahun lamanya. Tidak ada yang tahu mengenai hal itu kecuali Jimin dan juga Namjoon, selaku dokter yang menangani Jimin.  Semuanya di rahasiakan dari publik, di sembunyikan dengan rapat-rapat karena Jimin tidak ingin orang lain tahu kelemahannya. Ia tidak ingin di kenang dunia sebagai artis yang lemah dengan juga penyakitan.


"Anda sudah lama tidak melakukan check up ke rumah sakit, jadi bagaimana anda bisa membuat kesimpulan mengenai kondisi kesehatan anda sendiri. " Jimin tersenyum tipis, setidaknya kondisinya saat ini jauh lebih baik dari Jungkook yang hanya bisa terbaring di atas ranjang dengan kedua mata yang tertutup rapat.


"Aku merasa sehat, jadi dokter tidak perlu melakukan hal apapun padaku. Aku yakin, aku pasti akan baik-baik saja." Jimin berbalik, memilih untuk mengakhiri pembicaraannya bersama Namjoon, dokter sekaligus kakak kelas yang pernah menjalin kasih dengan dirinya di masa lalu.



Setelah melihat Jimin masuk ke dalam ruangan Jungkook, Namjoon pun kembali melanjutkan langkah kakinya. Kedua sudut bibirnya terangkat, ingatan akan waktu indah dalam hidupnya yang ia lalui bersama Jimin kembali terputar di dalam otaknya. Seharusnya waktu itu ia tidak melepaskan Jimin untuk kemudian menjalin hubungan dengan pria lain yang tidaklah jauh lebih baik daripada dirinya.






"J-jungkook, kau akan baik-baik saja, bukan? Tidak perlu takut aku akan pergi karena aku berjanji akan tetap disini menemanimu sampai kau membuka matamu kembali."

Jimin mengenggam tangan Jungkook, membelainya dengan lembut dan juga penuh kasih sayang. Jimin berharap semoga ia bisa lebih lama menghabiskan waktunya bersama dengan Jungkook. Namun bagaimana jika yang terjadi malah sebaliknya, bukan Jungkook yang meninggalkannya terlebih dahulu melainkan ia yang meninggalkan pria itu. Jika saja ia bisa memilih, Jimin ingin ia dan Jungkook hidup bersama hingga hari tua. Karena dengan begitu maka tidak akan ada
Hati yang akan terluka bila satu di antara mereka pergi dan meninggalkan satu orang lainnya untuk kemudian hidup sendirian.


Jimin tidak tahu seberapa lama lagi ia bisa menemani Jungkook dan sebaliknya ia pun tak tahu berapa lama Tuhan memberikan Jungkook waktu untuk tetap tinggal di sisinya.









Tbc.

















Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang