prelude : Zidan Pratama Muhammad
Hari ini adalah hari minggu, hari dimana semua orang bebas untuk beristirahat sejenak dari penatnya aktivitas sehari-hari mereka. Semua orang itu termasuk keluarga Zidan, setiap hari minggu keluarga Zidan selalu menjadwalkan makan dan membersihkan kebun bersama. Jisu Apriliani, ibu 4 orang anak itu kini tengah memasak sarapan dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"Grace, tolong bangunin Zidan ya. Suruh bangun, sikat gigi sama cuci muka trus makan. " Mauren Gracia Ganesha atau yang akrab dipanggil Grace ini adalah anak ketiga keluarga Ganesha. Mahasiswi semester 5 jurusan Ilmu Komunikasi di UPH itu tersenyum menjawab ibunya. Grace berjalan gontai sembari memegang roti bakar isi kacang di tangan kanannya. Ia mengetuk pintu kayu bertuliskan 'Ketuk tiga kali sebelum masuk'.
"Dek... bangun." Tak ada sahutan dari dalam. Bisa dipastikan adiknya ini masih membuat peta dunia di bantalnya.
Grace mengetuk lagi dan kali ini lebih kencang, "Dan! Zidan bangun dek."
Masih tak ada sahutan dari dalam kamar Zidan, banyak pikiran negative yang sekarang berada dipikiran Grace saat ini. Apakah adiknya bunuh diri karena terlalu banyak tekanan saat main game? Adiknya ini sering disebut 'bocil noob' oleh orang-orang yang sok keras. Akhirnya Grace memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Zidan.
BRAAAK.
"ZIDAAAAAAN!" Drama banget sih tapi Grace benar-benar takut adiknya melakukan hal yang tidak-tidak.
Dan ternyata Zidan masih tidur, dengan headset berada di telinganya. Adiknya ini sudah berkali-kali diberitahu untuk tidak menggunakan headset saat tidur masih saja melakukannya. Grace menghela napasnya kasar lalu menggoyangkan tubuh Zidan dengan goyangan yang cukup kencang. Tak lama kemudian Zidan menggeliat didalam tidurnya tapi masih tidak mau untuk membuka matanya.
"Bangun woee, disuruh mama sarapan."
Grace duduk dikursi meja belajar yang berada dikamar adiknya itu, melihat sekeliling kamar adiknya, ada banyak beberapa merch dari E-sport Bigetron. Zidan memang bercita-cita menjadi Pro Gamers, keluarganya juga mendukung apa yang anak laki-laki satu-satunya itu.
"Kak Grace~" Suara parau Zidan mengintrupsi kegiatan melamun Grace, adiknya kini sudah sadar 50%. Zidan berusaha untuk duduk namun matanya tetap saja masih terpejam. Grace berjalan menghampiri adiknya dan mengelus rambut adiknya itu lembut.
"Cuci muka sama sikat gigi dulu ya baru turun ke bawah buat makan. Kakak tunggu dibawah sama mama, papa."
Zidan menganggukkan kepala sebagai jawaban. Sebagai anak laki-laki satu satunya dikeluarha Ganesha, Zidan cukup manja disekitar kakaknya. Apalagi disekitar Grace, karena kakak keduanya itu akan memberikan apapun untuknya. Grace tersenyum menatap adiknya, ia lalu berjalan keluar dari kamar bernuansa putih itu dan turun menuju ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Dreams
Teen FictionKatanya, setiap orang pasti memiliki mimpi. Namun tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Ada yang menyerah ditengah jalan, ada yang berhenti bahkan sebelum memulai. Tuntutan keluarga menjadi salah satu alasan yang paling menyebalkan dimasa r...