Permintaan Yang Sulit

110 27 2
                                    

Jam 9 pagi. Apartemen Jimin tampak lengang, tapi suara gaduh terdengar di seluruh penjuru ruangan. Dari suara laci yang di buka dan tutup dengan cepat, juga suara gaduh lainnya yang lumayan memekakkan telinga.

“Dimana itu?” guman Saehee sembari mengacak-acak selimut dan melemparkan bantal yang ada di kasur ke lantai. Wajahnya terlihat sangat panik, persis seperti orang yang baru saja kehilangan asset paling berharga di hidupnya.

Saehee bergegas keluar, lalu mengobrak-abrik sofa. Tangannya dengan lincah melemparkan bantal-bantal kecil itu ke lantai dan setelah tak menemui barang yang ia cari, ia segera mencarinya ke tempat lain.

Seluruh ruangan sudah ia jelajahi. Dari kamar mandi, kamar tidur, ruang tengah, dapur hingga ia rela memasukkan sebagian tubuhnya kedalam mesin cuci demi menemukan kalung kesayangannya yang raib semalam. Seingatnya, ia tak melepas kalung itu, tak pernah. Bahkan, tadi malam ia ingat sekali masih memakainya dan tiba-tiba hilang saat ia bangun tidur. Pikirannya kacau kemana-mana. Bahkan ia sampai mengabaikan Kimchi yang sudah mengeong berkali-kali karena pemiliknya itu lupa mengisi mangkuk makanannya.

Saehee berdiri di dekat sofa. Ia berkacak pinggang, lalu mengusap keringat yang membasahi kening dan lehernya. Ia sudah mengacak-acak seisi apartemen, tapi tak kunjung menemukan kalung yang biasa menghiasi leher indahnya itu.

“Ah. Tidak mungkin aku melepasnya. Aku tidak pernah melepas kalung itu,” omel Saehee sembari mengipasi wajahnya dengan telapak tangan.

Suara bel membuyarkan pikiran Saehee. Ia segera berjalan menuju pintu dan melihat tamu yang berkunjung tanpa izin itu dari layar intercom.

“Saehee-ya, ini Eomma.”

Saehee terbelalak kaget saat melihat wanita paruh baya dengan pakaian super modis dan dandanan khas sosialita itu muncul di hadapannya. Senyuman lebar di wajah wanita tua itu terlihat sangat mengerikan di mata Saehee.

Dengan panik, Saehee membereskan kembali barang-barang yang ia obrak-obrak tadi ke tempat semula. Ia membereskan semampunya dan buru-buru kembali ke pintu dan segera membukakan pintu untuk Ibu Jimin.

“Annyeonghaseyo,” sapa Saehee dengan gugup. Ia tak tahu bahwa Ibu Jimin akan berkunjung ke apartemen mereka hari ini. Apalagi Jimin yang kembali tak pulang ke apartemen semalam membuat ia benar-benar kaget dengan kehadiran sosok itu. Jimin kembali berulah dengan mengundang ibunya ke apartemen tanpa memberitahu Saehee terlebih dahulu.

“Omo … Saehee-ya. Aku senang sekali menemuimu hari ini. Aigoo.” Ibu Jimin dengan antusiasnya langsung memeluk Saehee. Saehee hanya bisa tersenyum kikuk dan mengikuti kemauan wanita itu.

“Apa kau sudah siap?” tanya Ibunya Jimin yang langsung memancing raut bingung di wajah Saehee.

“Si-siap? Siap untuk apa?”

“Apa Jimin tidak mengatakan bahwa aku akan datang?”

Saehee menggeleng sebagai jawaban. Pria itu tak pulang semalam. Seingat Saehee, Jimin ada disampingnya saat ia menangis dengan kencang semalam dan menghilang di pagi hari. Ia bahkan tak mengucapkan satu katapun mengenai kedatangan ibunya ke apartemen mereka.

“Astaga, anak itu.” Ibu Jimin mendecak kesal. “Dia memintaku untuk menemanimu memilih gaun pengantin. Apa dia tidak bilang padamu soal itu?”

Saehee kembali menggeleng. Seperti orang bodoh, ia hanya bisa diam, menggeleng dan mendengarkan dengan seksama celotehan wanita tua itu.

“Dasar, anak itu. Dia pasti lupa mengatakannya padamu. Apa dia ada disini?”

Saehee kembali menggeleng. Ia bahkan tak melihat batang hidung pria itu sejak ia membuka matanya  pagi ini.

Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang