Zefanya memeluk badan mungil Kahfi sekali lagi, meyakinkan anak laki-laki tersebut bahwa dirinya dan Kevin hanya pergi sebentar saja, benar-benar hanya seminggu.
"Jagain mami ya, Pi" titipnya takut-takut yang dihadiahi tawa oleh Kevin.
"Kahfi tenang aja, Mami mu ini lebih kuat daripada yang kamu bayangin, dia ini kaya Mulan, Fi" bisik Kevin yang terdengar di telinga Zefanya.
"Jago berantem juga Pi, kaya Mulan?" tanya Kahfi yang diangguki oleh Kevin.
"Kamu belajar yang bener, nanti mami telfon ya, Kahfi. Yang nurut sama Tante Dianty" ucap Zefanya.
"Siap mi"
Zefanya memutuskan untuk tidak membawa Kahfi, bukan tanpa alasan, anak itu harus sekolah dan melakukan terapinya, sementara Kevin, laki-laki itu pasti membutuhkan banyak waktu berdua dengan Zefanya karena selanjutnya akan jarang bertemu. Sekali lagi, Zefanya bukan meninggalkan tanggung jawabnya, Kahfi tetap diawasi oleh kak Dianty yang bersedia direpotkan.
Zefanya menatap Kevin yang sedang terlelap disampingnya, raut wajahnya yang tenang membuatnya terlihat seratus kali lebih tampan, Zefanya jadi berfikir, jika bukan laki-laki ini yang menjadi suaminya, laki-laki mana lagi yang sudi dengannya?
Memutar cincin kawin yang dikenakannya membuat Zefanya mengingat kembali semua perjuangannya untuk sampai di titik ini, titik yang sama dengan Kevin.
"Aku ganteng ya?" tanya Kevin begitu membuka mata, Zefanya yang tertangkap basah sedang menatap Kevin mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Apa?"
Zefanya masih pusing sendiri jika harus melawan gengsinya yang lumayan tinggi itu, hanya untuk mengakui suaminya sendiri tampan saja, dirinya masih malu-malu kucing.
"Berhenti merhatiin aku gitu, Kevin. Sumpah, kamu buat aku merinding" ujar Zefanya.
"Kamu itu rumit, Zefanya, tapi anehnya aku suka"
"Aku suka lihat mata kamu, rasanya kayak ada cerita menarik yang bisa digambarkan disana"
"Aku nggak ngerti" sanggah Zefanya.
Zefanya tahu, beberapa orang sering bicara seperti itu padanya. Zefanya tidak bisa membohongi tatapan matanya yang kosong, sekuat apapun dirinya, bagian itu menjelaskannya, apalagi sejak bertemu Kevin.
Menghirup udara segar sesaat keduanya menginjakan kaki di luar bandara Incheon membuat Zefanya mau tak mau mengembangkan senyumnya, mengunjungi negara favoritnya bersama orang favoritnya.
"Mau cari makan?" tanya Kevin begitu keduanya duduk di bangku taksi yang akan mengantarkan keduanya ke hotel.
"Hm, kamu mau makan apa? Dine in atau mau delivery order aja?" tanya Zefanya.
"Delivery order aja deh, penasaran juga sistem delivery order Korea gimana, katanya paling canggih di dunia, kan?" bukannya menjawab, Kevin malah balik bertanya pada Zefanya.
Hari pertama memang dihabiskan keduanya untuk bersantai ria di hotel sambil memesan makanan, setelah lelah menempuh perjalanan selama 9 jam lamanya dari Jakarta, menikmati fasilitas yang tersedia di hotel lalu mengunjungi pyeon-uijeom, semacam mini market yang menjual makanan lengkap sudah cukup membuat keduanya senang, benar kata Mama Kevin, hal sederhana saat dilakukan bersama orang spesial akan membuat memorinya menjadi spesial.
"Kamu tunggu di depan aja, aku yang seduhin mi nya. Sana" usir Zefanya pada Kevin, ia tahu laki-laki itu memang tidak berbakat di dunia masak-memasak, jadi daripada Kevin melukai dirinya sendiri dengan air panas, Zefanya lebih memilih untuk segera mengusirnya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔃𝔂𝓷𝓲𝓼𝓬𝓱
Fanfiction(n) ASDP (Antisocial Personality Disorder) merupakan gangguan mental dimana individu berperilaku agresif, impulsif, melanggar aturan hukum, dan tidak lagi memiliki perasaan bertanggung jawab terhadap perilakunya. Zefanya Anabelle Stephanie, gadis pe...