Tom Riddle memandang gadis yang tengah tidur bersandar pada kakinya, pikirannya menerka apalah Hermione El Dumbledore punya kebiasaan sleep walking sehingga membawanya ke menara Astromoni dan melantur saat ia mengajak gadis itu berbicara? Ia tak ingin penasaran pada seorang Dumbledore. Tangan pria itu bergerak kearah gadis yang tengah tertidur dan menggendongnya untuk menaruhnya kembali di asrama biru tempat Rowena berada.
Tidak susah menebak apa yang penjaga asrama ajukan padanya karna Tom Riddle termasuk murid yang pintar di sekolah. Langkahnya hati-hati dan meletakkan gadis itu kembali di tempat tidurnya yang nyaman. Darimana pria itu tahu letak tempat tidur gadis itu? Tentu dari Clara Lovegood yang terbangun untuk mengambil segelas air.
Hermione terbangun dengan sinar mentari pagi yang mengarah ke arahnya. Oh lihat, betapa cantik mata hazel miliknya yang terpapar sinar milik bintang paling panas itu. Good morning world, katanya dengan senyuman. Tiba-tiba saja gadis itu melunturkan senyumannya kala teringat siapa yang membawanya kembali ke asrama? Apakah Tom Riddle? Oh, wait. WHAT? TOM RIDDLE?!
Gadis itu tak ingin bertanya kepada teman-teman asramanya karena bisa saja mereka menggoda Hermione. Bukannya ia kepedean, tapi biasanya asrama Gryffindor akan seperti itu. Ah, tapi mungkinkah Ravenclaw seperti itu mengingat terkadang anak-anak Ravenclaw sangat tidak tertarik mengurusi kehidupan orang lain. Hermione menghela nafas. Gadis itu turun dari ranjangnya untuk bersiap-siap menuju aula bersama teman-teman seper-kamarannya.
Hermione merasa stylenya meningkat ke arah yang lebih bagus sejak tiba disini. Entah mengapa ia sangat suka melihat dirinya terlihat rapi dan cantik. Ia punya aksesoris yang lumayan banyak dan baju-baju yang bagus. Saat ini Hermione memutuskan menggunakan bandul dengan ukuran sedang berwarna hitam pekat diluar kemeja, menggerai rambut coklat gelombangnya, dan memasang jam tangan yang ia beli dari toko Lurach bersama Ginny. Hermione mengambil tas dan pergi ke Great Hall untuk sarapan.
Apa yang dilakukan Hermione kemarin di kelas pertahanan terhadap ilmu hitam tidak membuat gadis itu mendapat kecaman, mungkin karena ia cantik? Biasanya begitu. Wajah akan mengalahkan perbuatan yang kau lakukan. Setidaknya itulah yang dipikirkan murid-murid disana kala melihat Hermione memasuki Great Hall. Ya, ia dimaafkan. Astaga ia tak meminta maaf untuk itu dan tak merasa bersalah karena memang tidak salah. Hermione tau hanya dari tatapan mereka yang bersinar imut padanya. Acuhkan saja mereka, Hermione.
Makan dengan tenang sebelum ke perpustakaan. Rasanya rindu sekali dengan tempat berisi buku-buku itu. Hermione menepuk pelan bahu teman yang duduk di sebelahnya sekedar basa-basi mengatakan aku duluan ya walaupun tak perlu dilakukan. Untungnya Gina Chang membalas basa-basinya.
Hermione tahu jika ia diikuti oleh seseorang, jadi ia berhenti di tumpukan buku mengenai Sihir Hitam Paling Kuat, terbukti dengan pria itu yang tiba-tiba bertanya.
"Mengapa kau membaca buku ini Ms. Dumbledore?" Ucap pemuda dengan rambut sedikit mencuat. "Ah, perkenalkan namaku Rick Mclaggen" dengan tangan yang mengajak bersalaman. Hermione tak sedikit pun menoleh. Astaga mengapa selalu Mclaggen? Tidak di zamannya maupun disini. Ia pusing.
"Bosan dengan bacaan yang lain" ucap gadis itu sekenanya, malas menanggapi. Ia melirik dari sudut mata tangan si Mclaggen yang perlahan turun dengan kikuk.
Hermione sangat kesal karna ia berusaha menghindari pria aneh yang sedari tadi mengikutinya dan mengoceh tak karuan. "I'm sorry, Mclaggen. Tak bisakah kau lihat aku terganggu? Disini aku ingin belajar dan menjernihkan otakku tapi kau datang dan membuat mood ku menjadi rusak" dengan kesal ia meninggalkan perpustakaan dan beranjak ke arah danau hitam.
Tom Riddle melihat Hermione Dumbledore keluar dari perpustakaan dengan wajah yang tertekuk, di belakang gadis itu ada makhluk menyebalkan bernama Mclaggen. Kemungkinan pria itu membuat sang gadis kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Story & The Deathly Hallows
Fantasia[COMPLETED] Tom Riddle × Hermione 𝗦𝗶𝗻𝗼𝗽𝘀𝗶𝘀 Tubuh itu terselimuti oleh pusaran putih dengan bising suara serta angin yang bertiup kencang. Tangan kanannya erat memegang tongkat di depan dada, jatuh terduduk dengan pandangan tak kuasa. Oh, bag...