Empat belas

377 40 1
                                    

Untuk pembaca yang budiman. Tolong lah kasih Like donk. Itu akan jadi dukungan buat autor. Please sempatkan untuk komen dan like. Yg belum follow autor harap sgera follow yah....!!

Untuk IG dan Fb autor juga boleh di follow juga.
@ayyana_haoren

*****

Aku kembali dibuat malu akan ulah sahabatku yang konyol. Bahkan saat aku mulai memasuki ruangan pribadiku tampak Mas Irham yang Masih senyum-senyum sendiri. Pikir ku hanya satu, mungkin karena dia memikirkan ucapan Neneng tadi.

"Sekali lagi Anisa minta maaf yah Kak, atas perkataan sahabat Anisa," ucapku yang membuat dia menggelenglan kepala.

"Tidak, De. Ngapain minta maaf. Justru tadi Kakak sempat terhibur karena ulah dia. Kakak udah bayangin pasti kamu bahagia banget yah punya sahabat kaya dia?"

Aku mendehem dan mengangguk singkat "Banget. Mungkin karena dia unik," kataku yang membuat dia mengerti.

Ka Irham menatapku, sebelum akhirnya menyuruh aku untuk naik ketempat tidur dan duduk di sebelanya.

Meski sudah beberpa hari menyandang sebagi istri Kak Irham, tetap saja rasa gugup itu terus menyelimutiku.

"Kakak sebaiknya tidur!" pintaku mencoba mengalihkan rasa gugup.

"Ya, sebaiknya seperti itu. Kakak juga mulai mengantuk. Mungkin karena efek samping obatnya yang sudah mulai bekerja," ucap Kak Irham yang membuat kami saling terdiam untuk sesaat.

Kak Irham merentangkan sebelah tangannya dan menyuruhku untuk tidur di atasnya.

Dengan pantuhnya aku menuruti permintaan suamiku. Aroma tubuhnya mampu mengingatkan aku kembali pada kejadian beberapa hari lalu.

Setelah tubuhku sejajar dengan suami. Ka Irham malah menarik lenganku dan melingkarkannya di tubuh miliknya.

Aku tersipu malu dan memilih menenggelamkan wajahku di dada bidang miliknya.

Ka Irham mengecup keningku sebelum akhirnya mengusap lembut. "Sekali lagi maafin Kakak yah, De," katanya.

Wajah yang tadinya ditenggelamkan kini kembali menatap ke arah wajahnya. "Kenapa harus minta maaf terus. Bukankah itu sudah jadi kewajiban seorang istri. Kata maaf itu boleh di ucapkan ketika melakukan kesalahan. Dan sakit itu bukanlah sebuah kesalahan," ucapku yang membuat kedua mata Kak Irham berkaca-kaca.

"Kakak bersyukur banget karena Allah udah kirim wanita seperti kamu ke dalam kehidupan Kakak." Kak Irham yang kembali meletakan bibirnya di kening ku.

Kami saling memuji satu sama lain. Dan berpelukan setelahnya.

"De!" panggil Kak Irham yang ku jawab dehaman.

"Apa perlu kita lanjutin yang sempat tertunda!" ucapnya yang membuat aku mendelik ke arahnya.

"Ih ... Apaan sih! Genit banget. Udah tau lagi sakit, masih berani macam-macam. Awas aja kalau macan-macam!" Seruku mencubit pinggangnya kencang dan membuat Kak Irham meringis kesakitan.
"Makannya jangan aneh-aneh," sarkasku mengulum senyum.

"Siapa juga yang macam-macam. Dan siapa juga yang aneh-aneh. Lagian Kakak cuma satu macam aja, kok," katanya yang terus menggodaku.

"Mau De cubit bagian mana lagi, nih! Biar berhenti godain istrinya." ancamku yang membuat kak Irham menyerah. "Oh iya Kak. Boleh gak Anisa tanya sesuatu sama Kakak?"sambungku.

Ha Irham terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Boleh, dong ...! Tapi ada syaratnya."

Akupun menaikan sebelah alis. "Syarat? Harus yah pake syarat?" tanyaku yang merasa curiga.

"Harus dong. Jadi nanya gak, nih?"

"Yah, jadi. Tapi syaratnya apa dulu nih?"

"Syaratnya setiap satu pertanyaan itu berarti harus kasih satu kecupan di pipi. Gimana?" ungkap Kak Irham yang membuat aku meringis geli.

"Mana ada syarat seperti itu. Anisa gak mau. Itu sih namanya mencari keuntungan. Mana boleh seperti itu." tawarku tak terima dengan persyaratannya.

"Tapi kalau kiss sama Istri boleh kok, De. Gak dosa, malah wajib," katanya yang membuatku menyeritkan dahi.

"Udah akh, Anisa gak jadi nanya nya." Aku yang mencoba melepaskan pelukan. Tapi semakin berusaha melepaskan, Kak Irham malah semakin kuat memeluk ku.

Hingga akhirnya aku menyerah dan membiarkan dirinya tetap memelukku.

Ada hal yang masih mengganjal di pikiranku sampai saat ini, yaitu tentang sosok Raisha. Jujur saja tatapan dia pada Kak Irham sangat tak biasa bagiku. Bahkan tersirat pikiran yang tidak-tidak akan sosoknya. Raisha tidak pernah menatap lelaki seintim itu sebelumnya. Meski sebentar mengenalnya, tapi sedikit banyaknya aku tau akan dia.

Semua Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang