"TUNGGU!! TUNGGU!!" teriak Sienna sambil berlari mengejar bus yang sebenarnya sudah jauh meninggalkannya.
Merasa tindakannya sia-sia, Sienna memilih berhenti. Gadis itu membungkuk sambil memegangi lututnya yang pegal diikuti napas memburu serta keringat yang mengalir di pelipisnya.
"Haduuuhhhh ... gimana nih? Masa' murid teladan kayak gue telat masuk sekolah? AAAAAA MALU-MALUIN!!" Kedua kaki Sienna menghentak-hentak kesal.
Hentakan kakinya itu mungkin sudah bisa membuat gempa berkekuatan besar untuk semut.
Kepala Sienna menengok ke kiri dan ke kanan. Dan akhirnya, dia menemukan secercah harapan. Ada teman satu sekolahnya, Biru Aulian Vialdo yang tengah mengendarai motor. Sienna mungkin bisa membonceng.
"BIRU!! BIRU!! BERHENTI!!"
Mata Biru langsung membulat melihat Sienna yang memanggil-manggil namanya di dekat halte bus sembari melambaikan tangan.
Motor BeAT Biru berhenti tepat di depan Sienna. "Kenapa? Kok lo belum berangkat?"
"Gue bangun kesiangan. Terus ketinggalan bus," jelas remaja perempuan tersebut.
Tanpa ba-bi-bu dan persetujuan dari Biru, Sienna langsung naik ke motor berwarna garage black tersebut. Tentu saja tindakannya itu membuat Biru kaget dan heran.
"Anterin gue, ya? Kita, kan, satu sekolah. Jadi satu tujuan. Sekalian aja. Masa' gue jalan kaki ke sekolah?" Dengan manja dan lemah lembut Sienna berusaha membujuk Biru. Kentara sekali kalau cewek itu ada maunya.
Biru mendengus. "Ada syaratnya."
"Apa?" tanya Sienna dengan cepat bahkan sebelum Biru selesai bicara.
"Lo harus jalan sama gue hari ini. Masa' gue malam mingguan meluk guling doang di kamar?"
"Ah, gampang itu! Setuju!" ujar Sienna remeh. "Sekarang ayo berangkat! Jangan ngebut, ya. Awas lo."
"Iya, bawel." Biru kemudian kembali menyalakan motornya dan tancap gas.
Sesuai permintaan Sienna, tidak ngebut.
***
"Kok lewat gang? Lo mau bawa gue ke mana? Lo kau ngapa-ngapain gue, ya?" Sienna menembaki Biru dengan banyak pertanyaan.
"Lo nggak tau terima kasih, ya. Gue udah mau nganterin lo, lo malah prasangka buruk sama gue," kata Biru dengan nada jengkel. "Ini tuh jalan pintas. Buat ngehindarin polisi juga. Lo, kan, nggak pakai helm," terangnya.
Sienna mengangguk paham. Nampaknya, dia sudah salah menilai Biru.
Kedua mata Sienna langsung melotot ketika melihat ada banyak sekali laki-laki di hadapannya dan Biru yang sedang melakukan tawuran.
Tawuran di gang? Pemandangan ini sudah biasa bagi Biru. Dia sudah sering lewat gang ini. Dan di gang ini memang sering terjadi tawuran.
"BIRU!! ADA ORANG TAWURAN!!"
"Gue punya mata, Na. Nggak usah dikasih tau juga gue udah liat."
Bukannya putar balik atau memelankan laju motornya, Biru justru memacu motornya sambil membunyikan klakson.
"BIRU!! LO GILA, YA?!!"
"JANGAN BAWEL. LIAT DAN AMATI."
Kerumunan orang-orang yang sedang tawuran itu langsung menoleh ke arah Biru karena mendengar suara klakson. Beberapa dari mereka ada yang minggir dan ada juga yang masih sibuk pukul-pukulan pakai balok kayu.
"MINGGIR ATAU BADAN LO GEPENG!!" seru Biru dengan lantang.
Motor Biru seolah-olah membelah lautan. Orang-orang yang sedang tawuran itu langsung membukakan jalan untuk Biru. Beberapa dari mereka juga ada yang terserempet sampai membuat kaca spion motor Biru pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU & SIENNA
Teen Fiction"Mau, ya, jadi pacar gue?" Tak henti-hentinya Biru mengucapkan kalimat itu selama ia mengikuti Sienna seperti ekor. "Nggak." Dan tak henti-hentinya Sienna menolak walau gadis itu tahu, cowok ini tidak akan berhenti mengikutinya. "Kenapa? Why? Waeyo...