Aku menarik koperku menuju asrama baruku. Welcome to my self. Semoga kamu nyaman disini. Ucapku sembarimenginjakkan kaki pertamaku masuk. Aku tipe orang yang tak ingin berkenalan.Tapi jika diperlukan aku sudah memikirkan beberapa opsi perkenalan.
"Hii... namaku Rui..."Ahh terdengar aneh. Aku melihat papan mading yang berisi informasi kamarku.
Sebenarnya ini bukan kali pertamaku pindah asrama. Dan tolong jangan tanyakan mengapa aku pindah asrama. Aku diusir. Secara harfiah aku dikucilkan hingga aku tak nyaman.
Kampusku memiliki 3 gedung asrama untuk putri, dan untuk putrapun demikian. Disini tak ada anak kos. Semua anak masuk kedalam asrama. Kami harus hidup di asrama. Buatku ini yang terbaik. Tapi untuk dikucilkan? Aku lebih baik pergi saja.Untuk informasi saja. Mengapa kampusku hanya memiliki 3 asrama untuk masing-masing gender. Karena jika kami sudah melebihi 8 semester kami akan dilepaskan. Alias kami boleh nge-kos. Jadi aku yang masih di semester limapun harus bersabar dan tinggal di asrama dan aku harap.
Aku hanya akan sampai semester 8. Syukur-syukur jika otakku mampu melebihi batas dan sampai disemester 7 saja.
"Ada yang bisa kami bantu?" Tanya seseorang. Aku sedari tadi duduk diatas koperku sambil menatap mading. Bodoh.
"oh iya maaf kak. Saya dari asrama gedung F mau pindah kesini. Ini surat pindahnya" jawabku,
"Oh Rumi. Sini Rumi, kebetulan lagi ada teman sekamar kamu disini" teman? Sekamar?Aku mengekor kakak tadi tepat dibelakangnya. Aku harap aku memiliki teman yang aku kenal. Aamiin.
"Pril ini Rumi, teman sekamar kamu yang baru" kata kakak-kakak tadi.
"Loh. Prilly?" kataku terkaget. Dia teman satu kelasku dikampus.
"Rumi? Lo pindah kesini?" sapa prilly.
"E... Iya Pril" jawabku ragu.
"ya udah yuks kekamar, biar Lo bisa beres-beres dulu" aku mengangguk.
Aku memang tak begitu dekat dengan teman kelasku. Dulu setidaknya ada dua. Satu laki-laki dan satu perempuan. Tapi semenjak mereka menjalin hubungan secara harfiah aku disebut pengganggu.
"Gue kira Lo ga bakalan pindah Mi?"
"e.. gimana ya, mungkin kamu udah tahu beritanya jadi aku juga bingung Pril ngomongnya" jawabku jujur.
"Ya udah ga apa-apa kali. Lagiankan mereka udah jadian ya udah. Lo ga ada sangkut pautnya lagi sama mereka"
"Aku sih pengennya gitu"
"Nah ini kamarnya. Yuks masuk. Alya pasti senang deh sekamar sama Lo Rumi"
"Lo nanti tidur disini Rumi" kata Prilly sambil menunjuk sebuah kasur yang dihimpit depan belakang, dan samping.Kamarnya memang sama saja dengan asramaku yang lama. Ada mini dapur, kamar mandi, tempat tidur, meja belajar, dan lemari.
Bedanya mereka memberi sekat lemari dan meja belajar untuk privasi tidur mereka. Jangan berpikir ini benar-benar luas. Kasurku terhimpit oleh tembok dan meja belajar. Untuk bagian kepala menempel dengan tembok dan bagian kaki ada lemariku.
Semoga kakiku tak menendang apapun pada saat tidur, dan meja belajar ada disebelah kananku sehingga tak ada kursi, kita akan langsung menggunakan kasur sebagai korsinya. Sedangkan sebelah kiri adalah tembok. Benar-benar diatur untuk privasi. Aku mulai menata semua peralatanku. Masih ada beberapa barangku di asrama lama. Tapi bisa aku ambil nanti lagi lah, kunci asrama lamaku juga masih aku pegang. Mungkin besok aku harus membereskan semuanya.Aku melihat-lihat kamar dengan seksama.
Tidak ada foto bersama dan ya, inilah yang aku inginkan. Cukup ruang untuk privasi. Aku juga melihat beberapa tanda didalam lemari pendingin, ada beberapa nama seperti milik 'AYU' ataupun 'milik alya' bagus sekali, kan biar tidak tertukar. Aku merapihkan tempat makanku di dapur dan tak lupa pula memasukkan beberapa makananku kedalam lemari pendingin.
Sudah beres saatnya mandi. Tapi, entah karena sendirian aku rasa waktu berjalan lamban. Aku membuka mataku karena suara ring telphon yang tak berhenti-henti. Oh pantas saja.
"Mamahku menelphon"
"APA!!!" segera aku angkat telphon dari mamahku.
"Assalamualaikum mah..." kataku sopan.
"mbak baru bangun tidur ya? Udah jam berapa mbak?" aku melihat jam bekerku di meja, jam 5 pagi. Kenapa dari semalam tidak ada orang?
"iya mah udah bangun kok, tapi belum sholat shubuh aja hehe" kataku sembari bangun dan duduk ditepi kasur. Secara harfiah aku tak bohong. Akubenar-benar bangun.
"cepet sana mandi sholat subuh" kata mamaku lagi.
"Siap Mam"
"ya udah Assalamualaikum... jangan lupa sarapan ya mbak..." kata mamahku sembari menutup telphon. Bahkan perintahnya belum aku jawab iya atau tidak.
Aku mandi dan melakukan ritual pagiku seperti biasa. Aku mengeluarkan magic com dari kardus dan mulai memasak nasi seperti biasa. Apa mereka semua tak suka aku? Kenapa aku disini juga malah merasa di hindari orang?
"tok-tok-tok" aku melihat kearah pintu. Yang benar saja? Jam 6 pagi sudah ada yang mengetok pintu kamar?
"Rumi? Kok lo disini?" kata alya teman sekamarku sekaligus teman kuliahku.
"Kita bangunin kamu ya?" kata Ayu. Dia juga penghuni kamar ini dan temanku dikampus.
"E, iya aku pindah kesini kemarin..." jawabku agak bingung untuk memulai percakapan.Mereka langsung masuk saja dan tidak melihatku secara berlebihan.
"terus barang-barangnya udah semua?" Tanya aku sembari duduk di lantai pada bagian tengah kamar kita.
"udah kok tinggal tas sama beberapa sepatu aja yang belum diambil" jawabku.
"ya udah nanti kita bantuin. Biar kamu ga sendirian ke Asrama baru kamu. Rasanya tuh nyebelin banget kalo harus ketemu sama teman roommate yang lama. Benar ga Yu?" terang Alya.
"gak usah Al, nanti aku bisa sendiri kok" pintaku. Aku tak ingin dianggap punya teman baru jadi aku punya banteng baru.
"kita temenin aja, nanti kita tunggu dibawah Mi"Ayu memberi solsusi.
"ya udah. Eh... aku bikin nasi nih, ada yang mau makan bareng enggak?" tanyaku.
"boleh emang?" Tanya Alya. "ya bolehlah. Masa ga boleh sih. Yuks makan bareng. Aku bikin nasi campur sayuran. Jadi kaya nasi goreng gitu, semoga suka ya.
"Aku, Ayu, dan Alya makan bersama. Kami beberapa kali saling bercerita.
Walaupun kami dikelas tak saling akrab mungkin karena aku dulu terbiasa dengan Ica dan mereka terbiasa bersama. Tapi tidak seburuk itu kok. Mereka bahkan bercerita mengapa memberi tag pada makanan mereka dikulkas. Aku memikirkan beberapa hal jika mereka berdua memiliki kesamaan dengan diriku.Jam makan selesai. Saatnya memindaghkan barang sisaku dari asrama lama.
Alya dan Ayu kekeh ingin membantuku. Ya sudahlah, lumayan juga mendapatkan teman baru dan kehidupan baru. Semoga ini lebih baik.
Sesampainya di asrama lama, aku lihat barangku sudah ada didepan kamar, dan mungkin sudah semua. Tapi untuk jaga-jaga aku masuk kamar dan mengecek semuanya. Aku hanya mengecek tempatku, ternyata sudah ada yang nemenpati baru, ya sudahlah. Mungkin bagi mereka aku cepat tergantikan. Aku meletakkan kunciku di tempat mejaku dulu. Aku tak bilang pamit atau apapun. Karena sedari aku masukpun tak ada satu diantara mereka yang menyapaku. Aku benci untuk dibenci.
"Udah tinggal ini aja?" Tanya Alya.
"Iya Al, aku udah ngecek didalam dan gak ada lagi." Jawabku.
"Kok berantakan banget? Lo sendiri yang packing disini?" Tanya Ayu. Kami bertiga saling menatap.
"Okay gak usah dijawab. Suatu saat nanti mereka akan sadar kok siapa yang salah dan siapa yang benar" sambung Ayu kembali.
Kami merapihkan sisa barangku yang hanyadibiarkan saja didepan kamar asrama mereka. Aku ingin menangis, tapi ada Alya dan Ayu yang menemaniku rasanya sedikit melegakan. Ada beberapa barang yangkita beli bersama dan mereka membuangnya. Oh god. Ya sudahlah, haruskah akujuga buang kaktusku? Tidak. Aku akan merawatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Huband
RomanceSiapa tahu kamu akhirnya menikahi mantan pacar temanmu sendir? Mungkin memang terdengar sedikit tabu dan sepertinya tidak masuk akal. Ya, tapi itulah kami. Aku dan Mas Arman. Dia mantan temanku sendiri. Cerita ini akan dimulai dengan beberapa kejadi...