"Apaan, sih?! Lepasin nggak?!" Sienna berusaha memberontak dan melepaskan tangan besar seorang laki-laki berseragam sekolah yang menariknya.
"Nggak akan. Lo harus ikut gue!" Cowok itu memaksa. Tarikannya semakin kuat dan genggamannya semakin kuat pula. Sienna semakin kesusahan untuk lari.
"ADA APA NIH?!!"
Semua orang yang ada di lokasi seketika menoleh ke arah sumber suara.
Biru. Suara itu berasal dari mulut Biru. Walau badan Biru tidak berotot, suaranya sangat keras jika sudah menyeru atau berteriak apalagi dalam kondisi marah.
Mental lawan mungkin akan ciut mendengarnya.
Laki-laki yang memegang tangan Sienna menatap remeh Biru. Karena dia beranggapan kalau Biru lemah. Perbandingan badan mereka sangat jelas terlihat. Biru tinggi kurus, dan laki-laki itu tinggi berotot.
"Lo mau jadi pahlawan kesiangan?" tanya laki-laki yang seragamnya tidak dikancing itu. Kaus hitam yang ada di balik kemeja sekolahnya terlihat. Menambah kesan sangar tetapi Biru sama sekali tidak takut.
Biru memasukan kedua tangannya ke dalam kantong celananya. Kalung taring besi milik cowok itu menjuntai dan bergerak ke kanan lalu ke kiri seiring Biru melangkah.
"Emang Biru bisa menang?" Girang ragu.
"Menang. Walau udah lama nggak berantem, gue yakin dia masih kayak dulu," ujar Argi dengan senyuman miring. Dia sangat yakin kalau Biru akan menang.
"Lo lupa insiden 14 Maret?" Nathan bertanya pada Girang dan membuat Girang terkekeh.
Girang menghela napas lega. "Bener juga, ya. Kalau Biru aja bisa menangani insiden 14 maret sendirian, kroco di hadapan dia itu bukan apa-apa," kekehnya.
Akhirnya, Biru sampai di hadapan laki-laki besar itu. Ada Sienna di sebelahnya. Tangan laki-laki tersebut masih kuat menggenggam tangan kecil Sienna.
Ini Biru? tanya Sienna dalam hatinya. Sungguh, auranya sangat berbeda. Tidak seperti Biru yang biasanya.
"Apa? Mau apa lo?" Laki-laki berbadan besar menantang.
Kedua netra Biru menatap ke arah name tag cowok di depannya. Tertulis nama Dikta Gerald Pradipta. Biru terkekeh setelah tahu namanya.
"Lo anggota Panzelit?" Biru menebak.
Dan tebakannya benar. Dikta adalah anggota Panzelit—geng motor brutal yang sering berurusan dengan polisi. Anggotanya dari berbagai kalangan. Mulai dari anak SMA sampai orang dewasa. Tetapi yang sering berbuat onar adalah anggota yang merupakan orang dewasa.
Dikta agak terkejut karena tebakan Biru benar. "Iya. Kenapa emangnya?" Dikta bertanya balik.
Entah kenapa. Dikta tidak berani menentang dan meninggikan suaranya seperti tadi setelah Biru ada di depannya. Padahal, Dikta bisa saja melancarkan serangan saat ini juga kepada Biru. Namun, dia tidak yakin mau melakukan itu.
"Tau insiden 14 maret?" tanya Biru.
Dikta langsung merinding. Dia bertanya-tanya kenapa Biru bisa tahu insiden itu. "Kenapa lo bisa tahu tentang insiden 14 maret?"
Biru tertawa kecil. Dia tidak menjawab. Akan tetapi otak Dikta langsung mengerti. Cukup hanya dengan melihat gelagatnya saja, Dikta sudah tahu kalau Biru ada kaitannya dengan insiden 14 maret.
Tangan kiri Dikta yang awalnya mencengkram Sienna, lepas seketika. Nyali Dikta langsung ciut. Lari entah ke mana. Dia sekarang berhadapan dengan orang yang salah.
Biru Aulian Vialdo. Laki-laki humoris dengan sisi gelapnya yang tersembunyi.
"Jangan bilang lo ini ... Biru?" Dikta menerka dengan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU & SIENNA
Teen Fiction"Mau, ya, jadi pacar gue?" Tak henti-hentinya Biru mengucapkan kalimat itu selama ia mengikuti Sienna seperti ekor. "Nggak." Dan tak henti-hentinya Sienna menolak walau gadis itu tahu, cowok ini tidak akan berhenti mengikutinya. "Kenapa? Why? Waeyo...