Aku tahu itu lagu kesukaan Wang Yiren; Ia selalu menari ballet dengan lagu itu. Siapa kira lagu itu juga diputar pada saat pemakamannya, seolah orang-orang berharap ia bangkit dari kubur, menari serta bernafas seraya berkata, "Surprise motherfucker...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"GUE CUMA NEPOK lo, demi?" ujar Soobin ketika mereka sudah selesai dihukum hormat bendera sejam mapel biologi.
"Huh!" Minju cuma mencibir. "Cuma nepok, kata lo enak banget. Yah ... gue nepok pala lo gue pikir kepala lo semangka."
"Jahat bener."
"Bodo—"
"Woi! Minju, Soobin dihukum ya? Hahaha!" Tiba-tiba suara memekik bak lumba-lumba terdengar dari arah lapangan yang ada di balik mereka. Sontak Soobin dan Minju menoleh—Mendapati sosok sepupu jauh Kim Minju—Zhong Chenle—Menertawai mereka sambil main basket. Minju merotasi kedua bola mata sementara Soobin mengacungkan kepalan tangan kepada Chenle.
"Panggil 'Kak' ya anak dongo," ujar Minju sinis, capek gegara disuruh hormat bendera. "Sopan!"
"Kenapa?" tanya Chenle yang menghampiri Minju dan tak mengindahkan kalimat perintah dari sepupunya yang lebih tua delapan bulan doang. "Ketahuan pacaran ya? Hehe--"
Minju berdecam sebal. Apaan sih, dikit-dikit dikira pacaran, batin Minju. "Nih!" Jari telunjuk Minju menunjuk muka Soobin. "Dia cari gara-gara duluan!" Soobin tertohok. Merasa ngak terima di tuduh padahal sebenarnya dia sadar kalau dia yang salah. "Apaan!" ujarnya. "Gue cuma nepok, lo begayaan kaya mau nge-koit-in orang."
Chenle pun tertawa lagi. Minju yang bosan dengan suara tawa Chenle yang mirip lumba-lumba itu pun mengibas-ngibaskan tangannya—Tanda mengusir Chenle. Si sepupu jauh pun mencebik, mencibir, kemudian lari ketika Minju hendak melakukan ancang-ancang menendangnya.
Minju pun menghela nafas.
"Eh, anak itu Sabtu habede kan?" tanya Soobin sembaru melirik Minju. Kedua mata Minju membola. Dalam hatinya dia ber-Hah? Masa? sebelum akhirnya ia meringis karena lupa beli kado.Soobin yang melihat Minju meringis merotasi kedua bola matanya. Pasti lupa kado, pikir Soobin. Gue juga lupa sih.
Habis percakapan itu Minju dan Soobin sepakat untuk kabur ke kantin karena mereka kepanasan dan masa bodo juga dengan hukuman.
Untuk bisa sampai ke kantin, mereka harus melewati ruang guru dan ruang kelas-kelas lainnya. Kalau melewati ruang kelas sih mudah sekali! Mereka tinggal merunduk lalu wuush! lari sambil bungkuk-bungkuk seperti ninja. Tapi kalau ruang guru ... rasanya kalau menginjakan kaki satu tekel di depan pintu keramat itu, satu guru akah keluar dan menciduk mereka.
Soobin dan Minju pun bersitatap. Melakukan telepati meski mereka sama sekali ngak bisa telepati lewat tatapan mata. Soobin mengangguk, Minju pun mengangguk. Setelah ber-musyawarah dan mem-mufakat-kan pemikiran mereka, mereka mengambil ancang-ancang untuk berlari.
Pada hitungan ketiga mereka lari sekencang-kencang melewati ruang guru sampai-sampai guru fisika yang kebetulan keluar mau jogging mikir apa ada tuyul yang lewat.
Well, the point is ... mereka ga keciduk, dan mereka sampai di kantin dengan selamat sentausa. Minju bergegas membeli mi instant kari dan teh kotak, sementara Soobin membeli tiga macam roti dan susu—Sialan, pantes tinggi kek tiang.
PRANGG! Minju yang lagi niup-niup mi instant nya terkaget-kaget karena suara piring pecah. "JALAN PAKE MATA!" teriak seseorang yang membuat Minju kembali kaget. Soobin yang duduk di depannya juga kaget sampai keselek roti. Gadis Kim pun menyodorkan teh kotaknya cepat-cepat.
"Waduh, apaan tuh?" tanya Soobin sambil mencari sumber kegaduhan. Begitu netra coklatnya mendapati sosok Heejin dan Gowon saling berhadapan dengan keadaan Gowon basah kuyup kena siram kuah soto, Soobin langsung ngeh. Pemuda itu masih menonton drama bawang merah-bawang putih versi 2021 di hadapannya alih-alih fokus makan. Menurutnya semua hal yang Heejin lakukan itu cukup seru; Tapi kadang-kadang Heejin suka kelewatan.
"Tampang doang imut-imut, mulutnya kasar banget," gumam Soobin yang dibalas anggukan Minju. Seketika Minju merasa kasihan kepada sesosok cewek yang ia kenal bernama Gowon. Setahu Minju, Gowon ini se-geng sama Heejin. Minju pikir, Heejin ngak akan membully teman se gengnya sendiri, eh ternyata.
"Eh, setahu gue Gowon itu anaknya donator sekolah ngak sih?" tanya Minju. Soobin pun mendekatkan diri, mode gibah on. "Kayaknya? Oh! Heejin cuma anak guru gak sih?" Soobin mulai terkekeh-kekeh, Minju ikutan ketawa.
"Masa Heejin ngak tahu?"
"Heejin mana peduli?"
"Waduh, waduh, lucu sih kalo Gowon udah muak, terus laporan ke bapaknya."
"Bayangin Heejin mohon-mohon coba? Ngakak sih—"
"WOI! TOLONG! HEEJIN LAGI GULAT SAMA GOWON!" Tiba-tibaada anak berseru minta tolong kepada seisi kantin. Soobin dan Minju sempattukar-pandang, sebelum akhirnya mengangguk dan berlari ke dua arah yangberbeda. Soobin kepada Heejin-Gowon, buat nonton sama ngebantu; dan Minju kepada Heo Hwall—Pacar Heejin, dan mantan sahabatnya.
"Eh! Sori-sori!" Minju ngak sengaja menabrak seorang murid laki-laki. Minju ngak sempat lihat muka murid yang ia tabrak karena pemuda itu hanya mengacungkan jempol kepadanya kemudian bergegas pergi, meninggalkan Minju yang kebingungan akan sifat murid itu.
"Apaan coba?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.