Zennita 06 - Terungkap

51 37 20
                                    

Pagi ini zennita berencana untuk jalan-jalan dengan Tasya dan via, mengingat sekarang adalah hari Minggu mereka pun ingin pergi ke mall yang tidak jauh dari sekolahnya

Dan kini mereka sedang asyik berbincang-bincang diatas eskalator, sesekali tertawa membahas hal random

"Gila Lo Zen kenapa Lo mau jadi babunya ka ardhan?" Via menatap kesal kearah zennita

"Ya gimana lagi Vi, kemaren gue bener-bener terpaksa Nerima itu"

"Seharusnya Lo cari alasan lain lah biar ga jadi babunya dia," Tasya kini angkat bicara

"Duh udah deh gue lagi pusing, jangan kalian bikin nambah pusing lagi, kan kita kesini mau havefun okey?"

"Iyaiya," ujar via terkekeh

Mereka memasuki toko baju ternama di mall
Zennita ragu karena ia tidak membawa uang banyak, jadi ia memilih untuk tidak membeli baju di toko itu

"Eh bagus ga?" Tasya mengarahkan satu kemeja coklat polos pada tubuhnya

"Bagus tas, Lo mau ngambil yang ini?" Tanya via pada Tasya

"Iya deh gue ambil yang ini, Lo juga udah dapet Vi?" Tanya Tasya yang melihat via sedang memilih- milih baju

"Gue udah dapet ni satu, tinggal nyariin buat nyokap aja, mumpung sekalian disini kan," tutur via

Zennita sedari tadi menyaksikan dua insan yang sedang memamerkan bajunya, namun ia memilih untuk tidak membeli sepotong baju pun, karena uangnya tidak cukup

Tasya yang melihat zennita hanya memilih-milih saja pun langsung menegur nya

"Zennita Lo ga beli?"

"Eum- engga tas, ga ada yang cocok soalnya," ujar zennita pada Tasya

"Yauda deh gue sama via mau ke kasir dulu ya," tutur Tasya pada zennita

Zennita menunggu kedua temannya itu di luar toko, dan tiba-tiba ia melihat ada sosok pria yang tidak asing baginya, Zennita pun mengikuti lelaki paruh baya itu diam-diam

Sampai akhirnya pria itu berhenti menghampiri wanita yang kira-kira seumuran dengan zennita,
Zennita terkejut bahwa pria itu adalah papah nya yakni Hardi pradana, dan ia melihat jelas wajah wanita muda itu tidak asing, seperti Pernah bertemu tapi zennita tak ingat

Zennita mendengarkan percakapan mereka diam-diam

"Hai pah," sapa yoland pada Hardi

"Hai sayang," jawab Hardi sembari mengecup pucuk kepala yoland

"Ayo pah mamah udah nungguin di dalem"

"Ayo,"  Hardi masuk kedalam resto yang ada di mall itu

Dan dari kejauhan zennita masih terus memantau mereka dengan air mata yang terus mengalir di pipinya

Ia melihat bahwa Hardi beserta anak tirinya itu menghampiri wanita paruhbaya yang kira-kira umurnya seperti raini sang ibunda dari zennita

Sakit, sesak, kesal

Itulah yang zennita rasakan saat ini, tidak sia-sia ia datang ke kota ini yang dimana memang tujuannya untuk mencari tau tentang mereka, tapi zennita balik berfikir apa ia mampu melalui hari-hari nya jika sudah bertemu dengan mereka, dan apakah ia masih bisa tenang? Ntah lah ia hanya bisa pasrah

"Hikss," zennita berlari keluar mall ia tidak peduli dengan tatapan dari para pengunjung yang memerhatikan nya

'aku benci mereka, aku janji bakal bikin mereka sengsara,' batin zennita

ZENNITA || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang