---02 Ruang Istimewa--

49 31 12
                                    

---02 Ruang Istimewa---

Aku tahu selamanya kita hanya sebatas teman

Tapi, apakah aku salah jika menaruh hati padanya?

---

Pelajaran matematika menjadi akhir pertemuan, sudah siang, tenaga juga sudah habis malah disuruh mikir oleh bu Sri.

"Tugas halaman 60 kalian kerjakan. Dan kumpulkan besok dimeja saya. Daffa tolong besok di handle teman-temannya ya supaya mengumpulkan tugas," ucap bu Sri sebelum pergi meninggalkan kelas.

"Tukar otak dimana si, pusing banget ketemu angka," gerutu Aksa sudah nyerah dengan soal algoritma.

"Tukang sate, biar ditukar sama otak ayam," kata Marvel.

"Atau di warung masakan padang, lumayan bisa dapat uang," canda Daffa, langsung mendapat jitakan dari Aksa. "Sialan kalian, dikira otak ayam sama sapi," kesalnya.

"Santai teman-teman, selagi Abi masih ada kita bisa nyontek punya Abi tanpa perlu mikir auto dapat nilai 100," ucap Irsyad yang langsung disetujui oleh ketiga temannya.

"Sialan kalian," umpat Abi.

"Mulutnya ga boleh mengumpat ya Abi, ga sopan." kini Daffa berlagak menasehati Abi, padahal dirinya sering ngomong kasar.

"Kalian kenal gak sama Queennie Arshinta kayaknya anak kelas XI deh?" tanya Abi kepada teman-temannya.

"Queennie yang nama panggilannya Sinta itu kan? yang cantik itu kan?" tanya Aksa menggebu, urusan cewek cantik mah Aksa pasti akan tahu.

"Iya yang pendek itu pokoknya," jelas Abi.

"Doi gue itu," ucap Irsyad membuat dirinya mendapatkan lemparan buku dari Marvel.

"Ngadi-ngadi lo tong, Sinta itu doi gue ya. Udah jadian sejak masih dalam kandungan," Marvel tak mau kalah untuk mengakui bahwa Sinta adalah pacarnya.

"Jadi dia pacarnya siapa?" tanya Abi memastikan.

"Mereka itu manusia kebanyakan halu, yang jelas Sinta itu orang yang menyebalkan seluruh muka bumi," jelas Daffa. "Pulang kuy" ajak Daffa melihat kelas sudah sepi.

---

Kelima idaman cewek-cewek sudah nangkring diatas motor mereka, jangan lupakan Aksa yang sudah melancarkan aksinya untuk menggoda adik kelas.

"Hey cantik, diajak pulang bareng Daffa nih," ujar Aksa memanggil salah satu adik kelasnya.

"Naura pulang sama siapa? Mau bareng aku ga?" ajak Aksa kepada Naura.

"Enggak," singkat Naura. Ada yang salting, ada yang curi pandang terhadap kelima cowok tampan ini, dan ada yang bersikap bodo amat.

Sinta dan Nadine berjalan keluar kelas, karena ada tambahan bimbingan belajar makanya mereka baru keluar kelas padahal bel sudah berbunyi sejam yang lalu.

"Pulang bareng aku aja Queen, sudah sore," ajak Nadine.

"Makasih banyak Nadine, tapi maaf ya aku mau pulang sendiri aja. Aku masih mau mampir ke toko bunga dulu," tolak Sinta. "Aku anterin deh," tawar Nadine.

"Gausah ya, aku bisa pulang sendiri," tolak Sinta sekali lagi.

Nadine menyerah dan membiarkan Sinta menunggu angkot, karena ia tahu bahwa sahabatnya ini sangat keras kepala.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya," pamit Nadine meninggalkan Sinta sendirian.

Tak lama, motor Abi berhenti didepan Sinta. Abi memperhatikan gadis itu dengan seksama.

"Pulang bareng gue," ajak Abi menyerahkan helm.

"Kamu siapa? begal ya, tolong ya mas kalau mau begal jangan begal saya.

Saya ini bukan orang kaya, gak punya apa-apa," cerocos Sinta panik.

"Lucu," batin Abi.

"Bacot, Naik atau kamu dikeroyok preman itu," ucap Abi menunjuk beberapa preman didepannya.

Karena tidak ada pilihan lain, dan Sinta masih sayang dengan nyawanya, ia memilih untuk ikut Abi.

"Anak pinter," ucap Abi.

"Buruan jalan," perintah Sinta.

"Bawel banget," gerutu Abi.

Motor Abi membelah jalanan menuju rumah Sinta. Tak ada pembicaraan diantara mereka. Abi hanya fokus dengan jalanan dan Sinta fokus dengan pikirannya yang bertanya siapa cowok yang mengantarkan dia pulang.

Kini Sinta sudah sampai di depan rumahnya "Makasih ya," ucap Sinta.

"Ga ditawarin minum nih?" basa-basi Abi.

"Tau bahasa jawanya sayur depan?" tanya sinta, Abi yang tidak paham hanya menggelengkan kepalanya.

"Cari tahu dulu baru boleh masuk rumahku" jelas Sinta meninggalkan Abi yang masih kebinggungan.

"Apasih artinya sayur depan" guman Abi frustasi.

Kemudian melajukan motornya untuk pulang, sebelum itu ia melihat sekeliling rumah Sinta. Karena tampak tak asing baginya, ternyata Sinta adalah tetangga Daffa sekaligus Kia.

---(((---

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang