Happy Reading!
***
Cuaca yang panas ditemani dengan alunan melodi adalah surga tersendiri bagi Maura. Jari jemarinya dengan lihai memainkan gitarnya. Dari satu kunci ke kunci lainnya, menghasilkan suara yang merdu di telinganya.
Suasana kost yang sedang sepi, membuatnya lebih leluasa bermain gitar sepuasnya. Tidak akan ada yang mengomel dengan alasan berisik. Namun, mau dikata apapun, musik sudah melekat dalam dirinya.
Kali ini dia juga sambil menyanyi lagu Rasa Sunyi-Sherly Sheinafia. Suaranya juga begitu merdu, sebab dia sering bernyanyi.
Rasa sunyi, tolonglah kau pergi
Jangan kau kembali
Rasa sunyi, tolonglah jangan menghantui
Ku ingin kau berhenti
Membuatku sedih
Belum sampai lagunya selesai, dia berhenti. Seperti ada yang seketika melesat mengenai jantungnya. Itu membuat dadanya terasa sesak. Matanya memerah, dengan air mata yang sudah hampir jatuh di pipinya.
"Gue kenapa sih?" tangannya meremas di dadanya.
"Cengeng banget, cuma gara-gara lagu doang. Sepi deh nggak ada Ayah yang bisa gue ajak cerita."
Tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas. Dicari kontak ayahnya, namun disaat akan menekan call, Maura mengurungkan niatnya.
"Ehh, tapi jam segini Ayah pasti sibuk kerja. Lain kali aja lah."
Segera dia letakkan gitarnya di samping lemari dan merebahkan tubuhnya di kasur. Pinggangnya sudah pegal-pegal sejak pulang dari sekolah, dan hal yang tepat untuk dia lakukan saat ini hanyalah tidur di kasurnya yang empuk itu.
"Hufftt, persiapan buat besok udah siap. Tinggal main gitar sama nyanyi, beres. Yang penting nggak malu-maluin karena suara fals."
Tidak butuh waktu lama, Maura sudah terlelap, dan mungkin sudah sampai bermimpi.
***
Seluruh anggota OSIS SMA Merdeka datang lebih pagi untuk mempersiapkan acara pentas seni. Tiga orang bertugas memasang banner bertuliskan "PENSI SMA MERDEKA DALAM RANGKA MASA ORIENTASI SISWA TAHUN PELAJARAN 2014/2015". Sedangkan yang lainnya, mengurus hal-hal yang berkaitan dengan sound sistem.
Mereka juga menata panggung kecil di lapangan, yang tidak lupa diberi sentuhan dekorasi bunga. Ini bukan konser besar yang harus terlihat mewah, namun setidaknya acara itu akan terus dikenang.
Tepat jam tujuh, semua murid baru sudah diminta untuk berkumpul di lapangan. Senyum ceria terukir jelas diwajah mereka. Tidak ada juga wajah-wajah menyeramkan dari para senior.
"Baik, selamat pagi semuanya," ucap Bagas membuka acara tersebut.
"Pagi Kak!" jawabnya serentak.
"Hari ini bisa kami lihat betapa antusiasnya kalian dengan menunjukkan senyuman. Kami harap setelah ini, tidak ada dendam dihati kalian. Sebab selama ini, yang kami lakukan hanya mengikuti prosedur yang ada. Jadi, marilah kita tutup kegiatan Masa Orientasi Siswa ini dengan penampilan kalian hari ini."
"Yeeeeyyy," semua bersorak, rasanya seperti tertebas dari terkaman binatang buas.
"Oh iya ada tambahan, untuk yang mau tampil, kalian bisa ambil undian yang ada di meja itu," jarinya menunjuk meja yang letaknya tidak jauh dari sisi kiri panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't : Rumah Yang Tak Utuh [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SUDAH BACA? MINIMAL TINGGALKAN VOTE AND COMMENT!] Maura Deana bercita-cita menjadi atlet lari namun tak pernah mendapat dukungan dari ibunya. Permasalah keluarga lainnya cukup memberatkan setiap langkahnya. Mulai dari tuntutan prestasi akademik, bu...