15

521 62 5
                                    

Kim Seokjin, Lee Joohyun, Lee Hoseok dan Roseanne Park berjalan menuju ruang yang mereka duga sebuah kamar. Rumah tersebut sangatlah besar. Mereka sudah mengecek dua kamar dan sekarang masih berlanjut. Lampu yang menerangi kurang terang. Remang berwarn kuning. Cukup membuat bulu kuduk merinding. Setidaknya itu yang dipikiran Rose maupun Joohyun. Tapi keduanya berusaha terlihat kuat. Keduanya sama-sama gengsi dan malu jika terlihat takut.

"Mom..."

"Eum.."

"Kita hari ini belum sempat menghubungi Dohyun. Nanti kita cari tempat yang tinggi ya? Siapa tau ada sinyal."

Joohyun menganggukkan kepala. Membahas Dohyun membuat rasa rindunya menyeruak.

"Ummm apa kalian pernah meninggalkan Dohyun begini?" Tanya Rose yang mencoba ingin mencairkan suasana.

Hoseok melirik perempuan cantik itu yang tepat berada di sebelahnya.

"Tidak. Kita tak pernah meninggalkan Dohyun. Jika aku harus ke luar kota atau luar negeri, Joohyun harus di rumah. Begitu juga sebaliknya,"ucap Seokjin.

Rose merasa takjub. Awalnya ia merasa jika Joohyun adalah sosok yang hanya mementingkan karir. Tapi ternyata, merek berdua cukup kompak.

"Kalau salah satu dari kami ada yang harus pergi selama beberapa waktu, maka yang ada di rumah harus pulang lebih awal. Meski kami sibuk, Dohyun tetap harus merasakan perhatian dari kami, orang tuanya," lagi-lagi Seokjin bercerita.

"Kalian orang tua yang hebat. Saat berkunjung ke rumah besar tuan Lee, aku benar-benar melihat Dohyun tumbuh dengan sangat baik. Sopan, pintar, tampan. Ramah juga."

Joohyun menaikkan sudut bibirnya mendengar pujian dari Rose. Apa ia harus melunak?

"Mommynya juga punya aturan yang lucu, tapi bagus untuk diterapkan."

"Apa itu?" Tanya Rose antusias menanggapi ucapan Kim Seokjin.

"Pillow talk. Kami menyebutnya demikian."

"Itu kan..."

Seokjin mengangguk. "Biasanya istilah itu dipakai pasangan tapi kami memang begitu kami menyebutnya," Seokjin terkekeh. "Jadi, sebelum  tidur, lampu utama sudah dimatikan, sebisa mungkin kami berdua mengajaknya berbincang santai. Mulai dari kegiatan dia sehari-hari, kesulitan maupun pencapaiannya. Itu juga moment yang pas untuk bicara dari hati ke hati antar orang tua dan anak."

"Wah..."

"Tapi itu juga menjadi kekhawatiran kami," kali ini Joohyun yang bersuara.

"Kenapa begitu... k kak?" Ragu-ragu Rose memanggil Joohyun dengan sebutan 'kak' agar terlihat akrab.

"Apa dia merindukan kami, apa dia mempunyai tempat berkeluh kesah, apa dia bisa tidur dengan nyenyak, apa kebiasaan-kebiasaan yang kami ajarkan masih ia lakukan... kami mengkhawatirkannya."

"Bukankah di sana banyak orang-orang hebat kak? Pasti Dohyun baik-baik saja," Rose menenangkan.

Hoseok membuka pintu kamar yang mereka tuju. Suara derit engsel kamar tersebut menambah suasana mengerikan dari bangunan yang sudah beberapa waktu tidak dihuni.

"Oh Gosh... debunya," gumam Rose.

"Design yang klasik," Joohyun menggumam setelah meneliti seluruh sudut ruangan.

"Rose," panggil Seokjin.

"Ya?"

"Pasti akan sangat romantis jika kau bisa bulan madu di sini dengan Hoseok."

"Apa?!"

*

Yoongi melihat wajah istrinya yang murung. Sejak pertengkaranya dengan Seulgi di tenda, Seungwan tak begitu menikmati perjalanan ini. Seperti banyak yang dipikirkan.

Problematic Family {{BangtanVelvet}}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang