"Ini bau parfum Alana," gumamnya.
"Huh, untung aja gak jatuh Dave..." Ucap wanita itu belum sadar, tapi tak lama kemudian.
"... Dave! Kamu udah sadar! Alhamdulillah, aku kangen banget sama kamu Dave," ucap wanita itu dan langsung memeluk Dave erat, Dave membalas pelukan
"A-alana."
"Iya, ini aku. Maaf aku gak ada saat kamu sadar tadi."
Dave melepas pelukan dan meraba raba wajah Alana, niat maksud ingin memegang pipi Alana.
"D-dave itu kening aku," ucap Alana heran.
"Oh, maaf maaf. Aku mau megang pipi kamu, kangen Al."
Alana mengerutkan dahinya, otaknya bertanya tanya.
"K-kamu gak bisa lihat aku Dave..." Alana melambaikan tangannya didepan wajah Dave. Namun lagi lagi, Dave tak merespon.
"... D-dave kamu?" Mata Alana mulai berkaca kaca ketakutan. Namun Dave hanya tersenyum manis.
"Tuhan ngambil penglihatan aku Al..." Ucap Dave masih tersenyum.
"... Tapi gak apa apa kok, aku masih bisa hidup tanpa Mata. Tapi kamu mau ya yang jadi Mata aku," ucap Dave yang masih tersenyum tak ingin membuat Alana khawatir.
Alana terdiam mematung, air matanya mulai mengalir deras. Kenyataan yang merobek-robek hatinya. Air mata yang kini menjadi hiasan pipinya. Alana langsung memeluk Dave erat.
"Hua, hiks Dave..." Alana benar benar hancur melihat kondisi Dave yang seperti ini.
"Terlalu berat Dave, kenapa? kenapa harus kita. Kita baru aja bahagia, tapi Tuhan udah merenggutnya lagi," Alana menangis histeris sambil meremas kaos rumah sakit Dave.
"Ini ujian Alana, supaya kita bisa naik kelas. Agar kita bisa mencapai titik kebahagiaan yang kita nantikan," ucap Dave sambil tersenyum.
"Jangan senyum Dave, aku tau ini berat buat kamu. Senyuman kamu buat dada aku sesak..."
"... Kenyataan pahit yang cukup menyakitkan hati kamu..." ucap Alana sambil memegang dada Dave.
"... Apa gak cukup dengan semua yang udah kita lalui sama sama Dave? Kenapa harus ditambah lagi dengan kenyataan pahit ini."
"Jangan pernah menyalahkan takdir Alana, gak ada gunanya."
Alana menangis sesegukan, sambil melihat wajah Dave. Dengan mata yang bengkak dan sudah Alana pastikan pasti Dave baru selesai menangis.
Tapi kenapa, dihadapan Alana. Dave yang sedang hancur ini, berlagak sok kuat.
"Aku udah nyiapin mental supaya aku gak akan menangis didepan kamu, aku gak tega ngeliat kamu nangis Al..."
"... Apalagi karna aku."
Alana semakin menangis melihat wajah Dave yang tak kunjung melunturkan senyumannya.
"Terlalu sakit Dave, terlalu berat. Seolah olah hal hal baik tak pernah berpihak."
"K-kamu salah.. aku ketemu kamu. Itu udah hal baik yang sangat aku syukuri dalam hidup aku yang terlalu abu abu ini..."
"... Kedatangan kamu memberikan warna bagi hidup aku," ucap Dave sambil berusaha memegang puncak kepala Alana.
Alana histeris, tak sanggup rasanya Alana untuk menangis. Namun hatinya serasa ditusuk tusuk belati tajam saat melihat Dave yang malah memikirkannya.
Padahal Dave lah yang kini butuh dukungan, dikala penglihatan nya diambil.
"Dave, kita lagi kena musibah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Argalana
Teen FictionApa yang kalian pikirkan tentang gadis yang berusia 16 tahun, menikmati masa SMA? atau bersenang senang untuk menemukan jati diri? hahaha. Itu semua tidak berlaku untuk gadis cantik nan malang Alana Chessa Bagaskara, untuk menyebutkan nama akhirnya...