12 | BULAN GOSONG

429 79 21
                                    


Kilas balik pada suatu hari sewaktu Taehyung dan Rosé masih SMA.

Jadi, hari itu, ada Prom Night di sekolah mereka. Sejak asar, Taehyung gedubrakan di kamarnya sampai hampir magrib. Dia berkaca sambil merapikan jas yang melapisi kemeja, rambutnya diatur menggunakan pomade, kakinya dibalut sneakers yang masih anyar. Setelah merasa gantengnya sudah pas—cukup lah membikin ciwi-ciwi oleng dan pacarnya enggak mampu meleng, baru dia keluar kamar.

Sebelum berangkat, Taehyung mampir dulu ke dapur. Perutnya keroncongan gara-gara belum makan. Di meja makan masih ada jengkol balado dan tumis pare sisa makan siang. Keningnya spontan mecureng. Dia enggak suka pare, doyannya jengkol, tapi ya masa makan jengkol padahal udah rapi-ganteng-plus wangi begini? Bisa-bisa Rosé ilfeel seandainya mencium bau-bau embusan jigong naga dari mulut Taehyung.

Ujungnya, lauk tersebut disembunyikan kembali di balik tudung saji. Taehyung cingak-cinguk di depan kulkas, lalu berganti ke rak kabinet. Agaknya Ibu belum belanja lagi, makanya tidak ada makanan lain. Satu-satunya pilihan adalah roti isi krim keju favorit adiknya dan susu UHT di sudut rak paling ujung. Mau gak mau, ya diambil. Dia makan sambil berjalan ke garasi. Kendaraannya khusus hari itu merupakan sedan milik Bapak. Ya kali dia jemput Rosé pakai motor, sia-sia waktu yang mereka pakai buat dandan seharian.

Sambil memanaskan mesin, Taehyung jongkok di samping mobil. Dilahapnya makanan dalam diam. Dia juga tetap enggak berkata apa pun sewaktu mendapati bagian bawah rotinya jamuran, cuma membuang bagian tersebut kemudian menghabiskannya. Begitupula dengan susu yang ternyata sudah lewat tanggal kedaluwarsa.

"Ngapain diminum? Kalo kenapa-kenapa gimana?" ujar Ibu setelah bertanya dari mana Taehyung mendapatkan susu yang diminum. Ia baru pulang dari rumah tetangga.

Taehyung melempar kotak susu yang sudah kosong. Gayanya santai. "Palingan juga mencret," balasnya, enteng. Dirapikannya lagi pakaian yang waswas kusut gara-gara jongkok, lalu ia pamitan.

Sedan tersebut dilajukan ke arah rumah Rosé. Ternyata, cewek itu sudah menunggu di depan pintu bersama orang tuanya. Dia memasang seulas senyum yang bikin wajahnya makin ayu. Tubuhnya yang ramping dibungkus gaun unik yang jatuh sampai ke mata kaki. Bagian dadanya bergaya kemban, sedangkan bagian bawah memiliki potongan samping nyaris mencapai dengkul.

Bahu terbuka serta betis yang mengintip tak pelak bikin Taehyung kebingungan mesti mengucapkan puji atau memohon ampun pada Tuhan. Jadi, sekalian saja dia melakukan keduanya. Dan kegiatan internal itu berlaku selama Rosé berada di dekatnya—artinya, di sepanjang berlangsungnya acara.

Hormon meledak-ledak ala anak muda yang ada pada dirinya hampir membuat Taehyung khilaf. Bukan sekali-dua kali tangannya terangkat ke arah bahu si gadis, hendak mencari tahu bagaimana rasanya manakala kulit mereka saling menyapa. Rosé pasti selembut kapas, pikir Taehyung. Sensasinya pasti menyenangkan sekali seandainya jemarinya menyentuh kapas tersebut. Namun, cepat-cepat dia tarik kembali kewarasannya ke permukaan ketika Rosé menengok.

"Kamu kenapa?" tanya Roseanne. Matanya yang berkilau diterpa lampu kuning berganti fokus pandangan dari tangan Taehyung yang menggantung di udara ke netra.

Taehyung mengerjap. Tangannya bergerak kaku, menyingkirkan sejumput rambut dari sisi wajah Rosé yang kemudian dikaitkan ke belakang telinga. Dia tersenyum kikuk. "Enggak kenapa-kenapa," jawabnya, lalu melengos sambil menelan ludah. Belum ada lima menit, pipinya yang panas ditusuk-tusuk. Dia menoleh.

"Ikutan dansa sama yang lain, yuk! Udah mulai, tuh." Rosé menunjuk teman-temannya menggunakan gedikan dagu.

Kendati perkataannya terdengar seperti ajakan, kenyataannya bukan. Sebab sebelum Taehyung sempat membalas apa pun, Rosé sudah keburu menyeretnya. Kedua tangan gadis itu melilit di lengan Taehyung. Mereka berdiri paling belakang. Keduanya meniru postur teman-teman. Rosé mendekat hingga ujung sepatu mereka beradu, lengannya melingkari leher Taehyung, sementara Taehyung justru kekok. Pemuda itu bertransformasi jadi maneken. Otaknya blank.

Kurang Dari TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang