Kini semua murid IPA-6 sedang mengerjakan soal ulangan matematika yang telah diberikan oleh Pak Bima. Banyak yang protes akan ulangan ini, karena ulangan hari ini sangatlah mendadak. Semua murid dari IPA-6 tidak diberi kesempatan untuk mempelajari materinya terlebih dahulu.
Sama seperti yang lainnya, Clarissa ikut memprotes guru matematika-nya itu. Namun, Pak Bima tidak mendengarkan semua protesan murid-muridnya, dan tetap melangsungkan ulangan itu hari ini.
Karena usahanya tidak dianggap oleh Pak Bima, akhirnya Clarissa menyerah dan langsung mencoba untuk memecahkan sebuah soal yang akan ia kerjakan dengan semampu dirinya.
"Aini, Nia, dan Nisa pergi bersama-sama ke toko buah. Aini membeli 2 kg apel, 2 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp 67.000,00. Nia membeli 3 kg apel, 1 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp 61.000,00. Nisa membeli 1 kg apel, 3 kg anggur, dan 2 kg jeruk dengan harga Rp. 80.000,00. Tentukan harga 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk." Clarissa membaca sebuah soal yang belum ia kerjakan dengan suara pelan.
"Aaaah ini soal apaan, dah?" Clarissa menggaruk lehernya yang tidak gatal sambil memikirkan bagaimana cara mengerjakan soal ini.
"Sst, lo bisa gak, Cla?" Azila menyenggol-nyenggol tangan Clarissa.
"Gak tau gue. Gue gak belajar semalem." Clarissa menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.
"Oh yaudahlah." Azila kembali memperhatikan soal itu.
Clarissa terdiam sebentar, sebelum akhirnya ia menggebrak meja dengan sekuat tenaganya.
BRAK
Suara gebrakan itu mampu mengagetkan semua orang yang berada di sana. Mereka langsung menoleh ke arah Clarissa sambil mengusap-usap dada mereka masing-masing untuk menormalkan degup jantungnya.
"Astagfirullah ngagetin aja sih, Cla." Ucap salah satu siswi di sana.
"Hehe ya maaf!" Clarissa menjadi merasa tidak enak kepada teman-teman dan gurunya.
"Kenapa, Cla?" Tanya Pak Bima.
"Saya mau protes pak." Jawab Clarissa.
"Protes apa lagi?" Pak Bima mengangkat alisnya sebelah.
"Pak ini kan yang mau beli buah itu si Aini, Nia, sama Nisa. Terus kenapa saya yang harus mikir berapa harga 1 kg apel dan yang lainnya? Kan mereka bisa tanya sama penjualnya. Kayak gini nih, 'Pak maaf ini apelnya 1 kg berapa ya?' gitu, kan bisa pak. Apa untungnya juga buat saya menjawab soal ini, orang saya aja gak kenal sama mereka? Mereka juga bisa hitung sendiri juga, kan? Udah gitu kalo saya udah berhasil menjawab, mereka juga gak bakal ngasih apel, anggur, sama jeruknya ke saya." Ucap Clarissa panjang lebar.
Selain Pak Bima, siswa-siswi-nya pun ikut mendengarkan ocehan dari Clarissa. Mereka juga sedikit kebingungan dengan sikap Clarissa sekarang. Biasanya ia tidak akan peduli dengan semua ini, karena semua tugas-tugasnya akan dikerjakan oleh orang lain.
Sebenarnya semua murid itu ingin bertepuk tangan atas keberanian Clarissa. Namun, mereka tidak mempunyai nyali yang cukup besar untuk melakukan hal itu. Akhirnya mereka hanya diam saja dari luar, dan bertepuk tangan dari dalam.
"Kalo kamu gak mau kerjain soal itu, silahkan keluar!" Ucap Pak Bima dengan santai.
"Alhamdulillah Ya Allah." Bukannya panik, ia malah bersyukur telah diusir oleh Pak Bima.
"Tapi kamu tidak memiliki nilai dalam pelajaran kali ini, dan saya akan menganggap kamu tidak hadir hari ini." Ucap Pak Bima.
"Yaah Pak, masa dianggap gak hadir? Kan saya bukan setan, Pak. Saya juga udah ngerjain beberapa soal, kok." Protes Clarissa.
"Yaa itu terserah kamu. Orang itu bukan urusan saya."
"Gini aja deh pak! Bapak pilih mau meng-alfakan absen saya, atau mau mengosongkan nilai saya?"
"Kok jadi kamu yang ngatur saya?"
"Yaa lagian gak adil dong bagi saya, pak. Masa udah cape-cape pergi ke sekolah, terus ngerjain beberapa soal juga. Tapi, gak dianggap sama bapak."
Pak Bima terdiam sebentar, kemudian ia menghembuskan nafasnya kasar. "Oke. Kalo kamu keluar bapak akan mengosongkan absen kamu." Final Pak Bima.
"Azeeekkk, gitu dong." Clarissa pun segera membereskan alat tulisnya ke dalam tas, kemudian ia mengambil lembar jawabannya untuk diserahkan kepada Pak Bima.
"Dadah pren. Gue bolos dulu ya hari ini. Selamat mengerjakan buat kalian semua! Lopyu pul, Pak!" Ucap Clarissa, sebelum akhirnya ia pergi keluar dari ruangan itu.
"Jangan dicontoh!" Titah Pak Bima kepada murid-muridnya.
Clarissa pun kembali membuka pintu kelasnya karena mendengar ucapan dari sang guru. "Dilakukan hanya untuk profesional ya pren."
"Anj, balik lagi tuh orang." Ucap salah satu siswa di sana.
Sekarang tujuan Clarissa adalah kantin. Tidak ada tempat lain yang bisa Clarissa kunjungi selain kantin. Karena ia juga tidak mungkin untuk membolos dari sekolah ini. Ia mempunyai misi untuk membahagiakan orang yang ada di sekitarnya, dan inilah salah satu caranya.
"Anjaaay baru kali ini gw liat kantin sepi kayak gini." Clarissa tersenyum lebar.
Matanya berkeliling, sampai akhirnya ia melihat 5 orang pria yang sedang duduk bersama sambil memperhatikannya dari kejauhan.
"Apa lo liat-liat?" Tanya Abrasi.
"Dih njir PD banget lo." Clarissa memutar bola matanya malas, sebelum akhirnya ia berjalan menghampiri mereka.
"Ngapain lo di sini? Bolos, kan lo?" Tanya Abrasi.
"Dihh suudzon mulu kerjaan lo. Gue tuh gak bolos, orang gurunya aja tau gue keluar dari kelas." Jawab Clarissa yang sudah mendudukan dirinya di kusi yang tersisa di meja itu.
"Anj, bisa gitu yaa. Bolos, tapi gurunya tau kalo kita bolos. Nahloh, gimana konsepnya tuh?" Ucap Kevan.
"Jadi gini. Gue, kan lagi ulangan matematika tuh. Terus gue protes, kan, karena si Aini yang mau beli apel, tapi gue yang disuruh ngitung harga 1 kg nya berapa. Yaa gue, kan males gitu ya. Terus kata si bapaknya gini 'kalo kamu gak mau ngerjain soal itu, silahkan keluar!' yaudah deh gue keluar." Jelas Clarissa panjang lebar.
"Terus lo ke sini ngapain?" Tanya Erosi kepada Clarissa.
"Emmm, tadinya gue mau beli batagor. Tapi, karena gue liat lo berlima, gue ubah tujuan gue. Sekalian mau nanya basecamp Daksa, kan tadi pagi belum dijawab." Jawab Clarissa santai.
"Gak usah ngadi-ngadi deh lo! Mereka itu orang yang cukup berbahaya. Lo gak bakal bisa lawan mereka. Lo mau bikin emak bapak lo nangis karena liat jenazah lo?" Malik berusaha melarang Clarissa. Karena Daksa itu benar-benar berbahaya.
"Percaya sama gue, kalo gue gak bakal kenapa-napa!" Clarissa berusaha meyakinkan mereka.
"Meskipun lo nangis darah pun, kita gak bakal ngasih tau basecamp mereka. Jangan nekat jadi orang!" Ucap Abrasi.
"Gan, basecampnya di mana?" Tanya Clarissa kepada Regan. Ia berharap Regan akan menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Clarissa
FantasyIni akan menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit tomboy bertransmigrasi ke dalam raga seorang gadis feminim dan dikenal sebagai seorang pembully oleh teman-temannya. Enggak pinter bikin deskripsi kayak gini:( Saya malas revisi ya gaess ya WA...